Hari Sabtu dan Minggu di kota dan jalan pedesaan banyak
orang gowes, naik sepeda pancal, sepeda angin, atau gondang-gandung dengan
bergaya. Yang di kota sepada tipis dengan ban tipis. Yang di pedesaan sepeda
dengan ban lebar besar. Siap menempuh jalan geronjalan. Orang menyebutnya
sepeda gunung. Mereka tidak mencari jalan serba mulus tapi yang berbatu-batu.
Geronjalan memaksa seluruh tubuh bekerja. Mereka memang mau olah raga. Yang di kota
orang gowes untuk udara segar sambil bergaya. Sepeda belakangan sangat populer. Harga sepeda
melonjak. Penjualan di seluruh dunia naik 109% dari 2019 sampai 2021.
Ibu-ibu nggeleser dengan E-bike, sepeda listrik, moped, dengan
keranjang dan tas belanjaan ke pasar. Tapi sepeda listrik juga banyak dipakai
anak-anak muda untuk ke gereja. Penuh warna dan pesona. E-bike yang pada 2017
dijual Rp 2 juta belakangan setelah dibuat modis ditawarkan sampai Rp 60 juta
per unit dilengkapi baterei yang tahan lama. Belum lagi kehadiran skuter
listrik yang bertambah marak.
Kota-kota dan daerah-daerah menyiapkan jalur khusus sepeda
di jalan-jalan. Ada peningkatan mikromobilitas, kenaikan pemilikan sarana
mikromobilitas, kenaikan lalulintas roda-dua yang tidak menyebabkan polusi dan
menambah nuansa keakraban dalam kesegaran udara.
Mikromobilitas juga ditandai dengan banyaknya mobil kecil
yang dirancang mengurangi polusi. Mobil listrik dengan energi surya. Nama-nama
merk pun terpampang mengesankan “yang kecil-kecil”. Kecil itu indah. Dan udara
yang kurang polusi itu menyegarkan dan menyenangkan.
Penggunaan sarana mikro-mobilitas yang tidak berbahan bakar
akan sangat mengurangi konsumsi BBM. Di Indonesia akan banyak menghemat uang
negara yang “terbakar habis” dalam subsidi BBM. Jika orang pergi ke kantor dan
bekerja naik sepeda situasi yang tampak akan sangat berbeda, kohesi sosial akan
bertambah, nuansa pertemanan akan lebih nyata. Ini akan menjadi semacam disrupsi
positif yang ramah lingkungan. Lalu perlu pengaturan agar mikromobilitas yang
tidak polutif itu juga bisa cepat dan aman, mengurangi tingkat kecelakaan yang
fatal, namun tetap ramah.
Mungkin selain kantor-kantor dan pabrik-pabrik, paroki-paroki
dapat membantu meningkatkan kecenderungan yang positif ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar