Pada bulan Maret 1960 Panitia Persiapan yang pada umumnya
beranggotakan unsur-unsur kongregasi dalam Kuria Roma menyebarkan pertanyaan
tentang bahan-bahan (Quaestiones Commissionibus praeparatoriis Concilii
Oecumenici Vaticani II positae) yang akan dibahas dalam Konsili kepada para
Uskup, pimpinan ordo/kongregasi, dan lembaga-lembaga akademis di seluruh dunia.
Dari sekitar 2700 alamat yang dihubungi, 2100 atau 76% memberikan jawaban.
Sebagian besar yang terhalang menjawab adalah mereka yang berada di
negara-negara dalam sistem sosialis/komunis. Yang luar biasa adalah bahwa
jawaban-jawaban kebanyakan tidak persis mengenai apa yang ditanyakan dalam “Quaestiones”
Panitia Persiapan, dan lebih merupakan vota, atau harapan autentik dari
pihak-pihak yang dihubungi mengenai Konsili. Hal itu menunjukkan ada arus besar
di luar Kuria Roma yang berbeda sudut pandang dengan apa yang dipersiapkan oleh
Panitia Persiapan/Kuria Roma, dan merumuskannya dalam “harapan-harapan” atau
vota.
Sejak berkumandangnya semangat “aggiornamento” yang
dilontarkan Paus St Yohanes XXIII ketika menyampaikan niatnya untuk menyelenggarakan
Konsili, setidaknya ada dua arus utama yang menghendaki pembaruan. Yang pertama
adalah arus utama pembaruan teologi (dengan berbagai cabangnya) dan pembaruan
liturgi Gereja, yang kedua adalah arus utama pembaruan sikap Gereja terhadap
situasi eksternal.
Schema pro Concilio
Oecumenico yang diserahkan kepada Paus St Yohanes XXIII oleh Kardinal
Tardini bukanlah agenda yang pasti. Pada bulan Juni 1960 dibentuk 12 komisi
dalam Panitia Persiapan selain Komisi Pusat. Komisi Teologi berkenaan dengan
Kitab Suci, Tradisi, Iman dan Moral. Sembilan Komisi lain sama dengan 9
kongregasi dalam Kuria Roma. Ini membuat banyak pihak skeptis tentang
“pembaruan” karena pada umumnya Kuria Roma dan kongregasi di dalamnya dianggap
konservatif. Komisi Kerasulan Awam adalah badan baru karena sebelumnya ada
anggapan bahwa belum diperlukan badan selevel komisi yang otonom untuk awam
dalam Kuria. Yang sungguh baru adalah Sekretariat untuk Memajukan Persatuan
Kristiani.
Dalam dua tahun dari Juni 1960-Juni 1962 Komisi (Panitia)
Persiapan Konsili bekerja keras. Mereka menghasilkan 72 skemata teks bahasan.
Namun yang diserahkan kepada Paus pada 13 Juli 1962 hanya tujuh skemata yang
empat di antaranya disiapkan oleh Komisi Teologi berkenaan dengan sumber wahyu,
perlindungan iman, norma moral kristiani, perkawinan, keluarga dan keperawanan.
Skemata yang lain adalah tentang pembaruan liturgi, media komunikasi sosial,
dan kesatuan Gereja (khususnya terkait Gereja Timur). Ketika skemata yang
diserahkan itu didiskusikan hanya skemata tentang pembaruan liturgi yang
dianggap memenuhi kriteria pembaruan Paus St Yohanes XXIII. Yang lain-lainnya
masih perlu direvisi.
Catatan yang diperoleh sungguh parah. Sementara Paus
menghendaki Konsili bersifat pastoral, skemata yang disajikan bernada dogmatik
dan skolastik. Ini langsung berbenturan dengan arus utama perubahan metode
teologi yang diusung teolog-teolog besar Yves Congar, Chenu, dan Henri de Lubac
yang menginginkan kebebasan dari metode teologi induktif skolastik dari abad
XIII yang tidak menjawab persoalan masa sekarang. Skemata-skemata dinilai
Roma-sentris, kurang menghargai peran Uskup gereja lokal yang situasinya
berbeda-beda di seluruh dunia, sehingga timbul keinginan agar Kuria Roma yang
praktis menjadi tulang punggung Komisi Persiapan Konsili lebih terbuka bersifat
internasional. Hal itu menjadi perbincangan tersembunyi di antara para Uskup
yang nantinya akan hadir sebagai Bapa-bapa Konsili, seperti bara api yang akan
menyala pada persidangan Konsili.
Hasil kerja keras Komisi (Panitia) Persiapan selama dua
tahun yang menghasilkan 72 skemata selain dianggap mengikuti pola Konsili
Vatikan I dan sangat kurang dialogis dengan kenyataan baru (kritik Kardinal
Frings yang ditopang oleh peritusnya, Ratzinger), juga dinilai masih campur
aduk belum terkoordinasi dalam urutan agenda menyeluruh (run-down) mana yang
utama dan mana yang kurang penting, sehingga Paus Yohanes XXIII meminta
beberapa pihak antara lain Kardinal Suenens untuk membuat sistematika jalannya
Konsili. Konsultasi ini berlangsung dari Juli 1962 sampai menjelang akhir bulan
Oktober 1962 setelah Konsili dibuka pada 11 Oktober 1962, termasuk konsultasi
dengan Kardinal Montini (nantinya menjadi Paus St Paulus VI) yang menyerap
banyak sumbangan pikiran dari Yves Congar. Pada dasarnya Konsili bersifat Ekumenis, dan
Pastoral. Tema-tema digolongkan ad intra, dan ad extra. Sesuai dengan itu susunan
bahasan mulai dari yang bersifat Konstitutif, Dogmatis, dan kemudian Pastoral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar