Daftar Blog Saya

Minggu, 09 Oktober 2022

Persiapan Lebih Lanjut Konsili Vatikan II

 



Pada bulan Maret 1960 Panitia Persiapan yang pada umumnya beranggotakan unsur-unsur kongregasi dalam Kuria Roma menyebarkan pertanyaan tentang bahan-bahan (Quaestiones Commissionibus praeparatoriis Concilii Oecumenici Vaticani II positae) yang akan dibahas dalam Konsili kepada para Uskup, pimpinan ordo/kongregasi, dan lembaga-lembaga akademis di seluruh dunia. Dari sekitar 2700 alamat yang dihubungi, 2100 atau 76% memberikan jawaban. Sebagian besar yang terhalang menjawab adalah mereka yang berada di negara-negara dalam sistem sosialis/komunis. Yang luar biasa adalah bahwa jawaban-jawaban kebanyakan tidak persis mengenai apa yang ditanyakan dalam “Quaestiones” Panitia Persiapan, dan lebih merupakan vota, atau harapan autentik dari pihak-pihak yang dihubungi mengenai Konsili. Hal itu menunjukkan ada arus besar di luar Kuria Roma yang berbeda sudut pandang dengan apa yang dipersiapkan oleh Panitia Persiapan/Kuria Roma, dan merumuskannya dalam “harapan-harapan” atau vota.

Sejak berkumandangnya semangat “aggiornamento” yang dilontarkan Paus St Yohanes XXIII ketika menyampaikan niatnya untuk menyelenggarakan Konsili, setidaknya ada dua arus utama yang menghendaki pembaruan. Yang pertama adalah arus utama pembaruan teologi (dengan berbagai cabangnya) dan pembaruan liturgi Gereja, yang kedua adalah arus utama pembaruan sikap Gereja terhadap situasi eksternal.

Schema pro Concilio Oecumenico yang diserahkan kepada Paus St Yohanes XXIII oleh Kardinal Tardini bukanlah agenda yang pasti. Pada bulan Juni 1960 dibentuk 12 komisi dalam Panitia Persiapan selain Komisi Pusat. Komisi Teologi berkenaan dengan Kitab Suci, Tradisi, Iman dan Moral. Sembilan Komisi lain sama dengan 9 kongregasi dalam Kuria Roma. Ini membuat banyak pihak skeptis tentang “pembaruan” karena pada umumnya Kuria Roma dan kongregasi di dalamnya dianggap konservatif. Komisi Kerasulan Awam adalah badan baru karena sebelumnya ada anggapan bahwa belum diperlukan badan selevel komisi yang otonom untuk awam dalam Kuria. Yang sungguh baru adalah Sekretariat untuk Memajukan Persatuan Kristiani.

Dalam dua tahun dari Juni 1960-Juni 1962 Komisi (Panitia) Persiapan Konsili bekerja keras. Mereka menghasilkan 72 skemata teks bahasan. Namun yang diserahkan kepada Paus pada 13 Juli 1962 hanya tujuh skemata yang empat di antaranya disiapkan oleh Komisi Teologi berkenaan dengan sumber wahyu, perlindungan iman, norma moral kristiani, perkawinan, keluarga dan keperawanan. Skemata yang lain adalah tentang pembaruan liturgi, media komunikasi sosial, dan kesatuan Gereja (khususnya terkait Gereja Timur). Ketika skemata yang diserahkan itu didiskusikan hanya skemata tentang pembaruan liturgi yang dianggap memenuhi kriteria pembaruan Paus St Yohanes XXIII. Yang lain-lainnya masih perlu direvisi.

Catatan yang diperoleh sungguh parah. Sementara Paus menghendaki Konsili bersifat pastoral, skemata yang disajikan bernada dogmatik dan skolastik. Ini langsung berbenturan dengan arus utama perubahan metode teologi yang diusung teolog-teolog besar Yves Congar, Chenu, dan Henri de Lubac yang menginginkan kebebasan dari metode teologi induktif skolastik dari abad XIII yang tidak menjawab persoalan masa sekarang. Skemata-skemata dinilai Roma-sentris, kurang menghargai peran Uskup gereja lokal yang situasinya berbeda-beda di seluruh dunia, sehingga timbul keinginan agar Kuria Roma yang praktis menjadi tulang punggung Komisi Persiapan Konsili lebih terbuka bersifat internasional. Hal itu menjadi perbincangan tersembunyi di antara para Uskup yang nantinya akan hadir sebagai Bapa-bapa Konsili, seperti bara api yang akan menyala pada persidangan Konsili.

Hasil kerja keras Komisi (Panitia) Persiapan selama dua tahun yang menghasilkan 72 skemata selain dianggap mengikuti pola Konsili Vatikan I dan sangat kurang dialogis dengan kenyataan baru (kritik Kardinal Frings yang ditopang oleh peritusnya, Ratzinger), juga dinilai masih campur aduk belum terkoordinasi dalam urutan agenda menyeluruh (run-down) mana yang utama dan mana yang kurang penting, sehingga Paus Yohanes XXIII meminta beberapa pihak antara lain Kardinal Suenens untuk membuat sistematika jalannya Konsili. Konsultasi ini berlangsung dari Juli 1962 sampai menjelang akhir bulan Oktober 1962 setelah Konsili dibuka pada 11 Oktober 1962, termasuk konsultasi dengan Kardinal Montini (nantinya menjadi Paus St Paulus VI) yang menyerap banyak sumbangan pikiran dari Yves Congar.  Pada dasarnya Konsili bersifat Ekumenis, dan Pastoral. Tema-tema digolongkan ad intra, dan ad extra. Sesuai dengan itu susunan bahasan mulai dari yang bersifat Konstitutif, Dogmatis, dan kemudian Pastoral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar