Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Organisation Practice. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Organisation Practice. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 September 2022

Praktek Organisasi Menata Diri Menyongsong Masa Depan

Bambang Kussriyanto 

Sembilan kunci persiapan

Entah perusahaan, entah perkumpulan, organisasi masyarakat, apa pun untuk dapat semakin berhasil di masa depan dalam era digital pasca pandemi menurut konsultan Aaron De Smet, Chris Gagnon, dan Elizabeth Mygat dari McKinsey & Company perlu cakap memainkan “Sembilan Kunci Imperatif” yang merangkum “siapa kita”, “bagaimana cara kerja kita” dan “bagaimana kita berkembang”.



Di masa ini ada empat kecenderungan yang memengaruhi dan menentukan kinerja. Yang pertama, adalah konekstivitas yang bertambah. Konektivitas itu ditandai oleh kecepatan dan perubahan hubungan yang mendobrak pola-pola komunikasi lama, meninggalkan tatanan struktur hirarkis tradisional, bypassing jabatan-jabatan. Bukan berarti hancur-hancuran atau ambyar semau sendiri, melainkan tetap dalam hubungan kesatuan yang bertanggungjawab. Pihak-pihak tetap mengusahakan berada dalam jaringan kontak dan rela meninggalkan posisi apa pun. Yang kedua, biaya operasi lebih ringan. Model perhitungan biaya efisiensi dan skala usaha ditinggalkan. Model birokrasi internal yang kaku lebih menimbulkan perpecahan ketimbang upaya merespon interaksi eksternal sebagai tim. Lebih diperlukan kesigapan bermain sebagai anggota tim yang tanggap untuk “assist” maupun untuk “goal getter”. Yang ketiga, automasi baru. Kemampuan bergerak secara kreatif dan antisipatif jemput bola meninggalkan cara kerja mekanistis dalam tata organisasi lama. Model pengalaman kendali manajemen yang dikembangkan selama dua abad dalam tata-kendali sudah usang sekarang. Yang keempat, adanya pergeseran tatanan sosial yang mendasar. Generasi Z (lahir 1990-an ke atas) membawa aspirasi karir yang berbeda. Mengharapkan lebih banyak variasi ketimbang pola-pola yang ada dan belajar lebih banyak, mendapat kesempatan memimpin lebih leluasa (tak suka dipimpin apa lagi oleh atasan yang picik dan kaku), dan  mau menghasilkan dampak sosial yang lebih besar. Menyesuaikan diri dengan kecenderungan-kecenderungan itu para pemimpin organisasi diharapkan cakap memainkan sembilan kunci keberhasilan organisasional di masa depan.



Sembilan kunci itu adalah:

Pertama-tama menguatkan identitas, “kita ini siapa” sebagai daya pikat dan perekat kesatuan.

1.       Imperatif #1: Fokus pada visi, maksud dan tujuan. Ini meliputi dasar-dasar umum yang harus kita punya sebagai organisasi, namun sekaligus memberi ciri yang membedakan. Mengapa dan untuk apa kita bekerja di sini: dari sisi historis, ikatan emosional, sosialitas dan praktek. Orang ingin “menjadi” lebih besar dari dirinya sendiri dengan bergabung bersama dan meraih tujuan bersama. Harus dipastikan bahwa visi, maksud dan tujuan yang digumuli memberi kesempatan untuk “menjadi” sesuai aspirasi masing-masing. Untuk apa bergabung dengan sesuatu gambaran yang kerdil dan tidak menjanjikan perkembangan?

2.       Imperatif #2: Pertajam agenda nilai-nilai anda. Semua organisasi pandai memaparkan strategi nilai-nilai, tetapi hanya sedikit yang tahu bagaimana cara mewujudkannya. Perlu dipetakan di mana nilai-nilai itu harus ditampakkan dan bagaimana cara menampakkannya.

  

The power of a clear value agenda isn’t only that it helps a company better achieve its strategic priorities today but also that it gives the organization a line of sight into how to shift resources as priorities change. Top-performing companies, after all, reallocate their people aggressively, dynamically, and continuously against their core priorities, recognizing that this activity is both an economic engine and long-term competitive strength.

 

  Imperatif #3: Budaya bersama sebagai resep rahasia. Culture is that unique set of behaviors, rituals, symbols, and experiences that collectively describes “how we run things”. Budaya kerja dalam pelayanan adalah adalah 5F “Focus, Flexible, Fast, Fun, Friendly”

signs of a strong culture of performance include leaders who consistently carry out the behaviors the company aspires to, work practices that stand out and feel fresh to outsiders, and innovative approaches to important moments—everything from employee onboarding to how meetings are run.

“In fact, they directly support a valuable business goal: helping the company reach faster, better decisions.”

Pemimpin memberi teladan yang tampak nyata. Terutama di saat-saat penting. Jangan sampai malah menghambat. “Leaders hoping to create a robust performance culture need to start by cooking up their organization’s own unique “secret sauce.” The main ingredient: specific, observable behaviors that all levels of the company adhere to. Broad themes won’t cut it. Instead, behaviors must be made an integral part of core business activities and specific work tasks, especially for the moments that matter.”

Bagaimana cara kerja kita? Utamakan kecepatan. Nggak pakai perselisihan, perdebatan, friksi, centang perenang. Jika perlu “percepat jalannya waktu”, gunakan “tempo metabolik”, maksud pokoknya “bias to action”.

4.       Imperatif#4: Pakai struktur organisasi setipis mungkin. Artinya bukan bekerja mengikuti alur piramidal namun lebih melayani jalannya mekanisme kerja. Upayakan 4F: Fitter, Flatter, Faster, Far better at unlocking considerable value. Haier, the China-based multinational maker of appliances and consumer electronics shifted away from traditional hierarchical structure and toward emergent, agile teams.

5.       Imperatif#5: Ambil keputusan dengan kecepatan turbo. Tentu saja keputusan yang “pener”. Benar dan efektif. Ini dilakukan dengan delegasi wewenang menurut algoritma yang tepat. Siapa berhak melakukan apa. Tidak semua diputuskan tim. Tidak semua perkara diputuskan pemimpin. Sehingga proses keputusan berlangsung lama. Tidak ada waktu tunggu. Setiap orang tahu wewenangnya dan memutuskan dengan cepat apa yang harus dilakukan.

To prepare for the future, many companies will need to reset their default mode by developing a bias for action and the ability to differentiate between crosscutting and delegable decisions. The great majority of decisions should be delegated to the lowest levels possible, giving employees at the company’s edges agency and accountability for decisions they are equipped, and best placed, to make.

 Imperatif#6: Perlakukan talenta lebih berharga ketimbang modal. Dunia kerja berubah dengan cepat dengan automasi dan platform teknologi. Modal datang dan pergi. Semua bisa diganti kecuali talenta sumber daya orang. Maka harus ada strategi atas talenta. Ini berkait dengan agenda nilai, peta nilai yang dibuat. Menurut peta atau agenda nilai yang dikehendaki, ditempatkan talenta yang tepat dan dikembangkan demi nilai yang dihasilkan.

Netflix says it prioritizes having “stars” in every position and at every level. While this statement might sound like an empty motto at another company, for Netflix it serves a valuable need: the company’s highly autonomous culture would suffer with the wrong people in place.

 

Bagaimana kita akan bertumbuh di masa di mana konektivitas dan automasi meningkat, aspirasi berubah? Meningkatkan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan. Dan itu terutama berarti selalu mewaspadai ekosistem kerja.

7.       Imperatif#7: Berwawasan eko-sistem. Memerhatikan situasi hulu (sistem suplai, siapa membutuhkan apa, kapan, di mana) maupun hilir (ke mana arah pelayanan produk atau jasa mengalir). Untuk keamanan suplai dan distribusi dibentuk jaringan kemitraan seluas mungkin.

The old thinking was all about gaining leverage and controlling the supply chain. Increasingly, however, value is created through networks where partners share data, code, and skills; where communities of businesses create value and antifragility together.

 

8.     Imperatif#8: Gunakan platform teknologi yang kaya data. Data bukan laporan atas apa yang terjadi, tetapi data adalah bisnis yang berharga. “Future-ready companies understand that data can continually empower decisions and the value agenda in unexpected, yet promising, ways”.

“Create compelling approaches to data governance, redesign processes as modular applications, tap the benefits of scalable cloud-based technology, and support all this through variable-cost technology.”

 

9.     Imperatif#9: Kemampuan belajar dengan cepat. Ciptakan kesempatan agar personel dapat berkembang dan memperbaiki cara kerjanya sendiri. Kemajuan Google adalah memberi 20% waktu kerja bebas untuk keleluasaan bagi setiap staf melakukan improvement atas inisiatifnya sendiri.

 

 Sumber: McKinsey & Company.