Daftar Blog Saya

Senin, 06 Februari 2023

6 NAMA CALON PENERIMA NOBEL PERDAMAIAN 2023 DARI HONGKONG

 

Suatu komisi Kongres AS dipimpin  Chris Smith, dari New Jersey, Kamis 2 Februari 2023 mengumumkan nominasi enam warga Hong Kong, untuk calon penerima Hadiah Nobel Perdamaian atas upaya mereka menegakkan hak asasi manusia. 

“Jimmy Lai, Kardinal Joseph Zen, Tonyee Chow Hang-tung, Gwyneth Ho, Lee Cheuk-Yan, dan Joshua Wong dinominasikan karena mereka adalah pendukung kuat otonomi Hong Kong, hak asasi manusia, dan supremasi hukum sebagaimana dijamin di bawah Deklarasi Sino-Inggris dan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik,” demikian bunyi pengumuman dari Komisi Eksekutif Kongres AS tentang China.

“Para calon mewakili jutaan warga Hong Kong yang secara damai menentang pengikisan kebebasan demokrasi kota oleh pemerintah Hong Kong dan pemerintah Republik Rakyat Tiongkok. Melalui pencalonan itu, para anggota Kongres bermaksud menghormati semua orang di Hong Kong yang dengan keberanian dan tekadnya telah menginspirasi dunia dalam menghadapi represi.”

Mereka yang dinominasikan terlibat dalam gerakan pro-demokrasi Hong Kong, terutama sejak 2019, ketika protes besar-besaran terhadap pemerintahan otoriter China meletus di wilayah tersebut, yang merupakan wilayah administrasi khusus China.

Penduduk Hong Kong secara historis menikmati kebebasan beragama yang lebih besar daripada penduduk di daratan China, di mana pemeluk agama dari semua lapisan secara rutin diawasi dan dibatasi oleh pemerintah komunis. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Beijing berusaha memperketat kontrol atas praktik keagamaan di Hong Kong dengan kedok melindungi keamanan nasional.

Kardinal Joseph Zen Ze-kiun, 91, adalah uskup emeritus Hong Kong, yang telah memimpin umat Katolik di wilayah itu dari tahun 2002 hingga 2009. Seorang pembela kebebasan beragama dan demokrasi, Zen juga merupakan pengkritik tajam terhadap perjanjian Vatikan tahun 2018 dengan Beijing tentang pengangkatan uskup, yang diperbarui pada Oktober 2022 untuk masa dua tahun berikutnya.

Zen ditangkap Mei lalu oleh otoritas Hong Kong dan diadili karena diduga gagal mendaftarkan dana pro-demokrasi secara sipil. Dia dinyatakan bersalah dan diperintahkan untuk membayar denda, namun dia berusaha naik banding.

Kardinal itu menulis di blognya pada 31 Januari bahwa, setelah kembali dari Roma menghadiri pemakaman Paus Benediktus XVI, dia menerima perawatan di rumah sakit karena mengalami kesulitan bernapas.

Jimmy Lai Chee-ying adalah pengusaha miliarder dan mogul media yang masuk Katolik pada tahun 1997. Lai telah mendukung gerakan pro-demokrasi Hong Kong selama lebih dari 30 tahun dan mengatakan bahwa iman Katolik adalah faktor pendorong utama dalam advokasi pro demokrasi. Surat kabar yang dia dirikan, Apple Daily, telah membedakan dirinya selama bertahun-tahun sebagai publikasi pro-demokrasi yang sangat kritis terhadap pemerintah China di Beijing sebelum media itu ditutup dengan paksa.

Lai telah dipenjara sejak Desember 2020 karena keterlibatannya dalam protes pro-demokrasi dan berhadapan dengan kemungkinan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas dasar tuduhan keamanan nasional. Pada 13 Desember 2022, pengadilan Hong Kong menunda persidangan Lai dengan alasan  keamanan nasional  yang awalnya dijadwalkan pada bulan itu, hingga September 2023.

Dua calon lainnya juga mendapat hukuman penjara bersama Lai. Salah satunya adalah Tonyee Chow Hang-tung, seorang pengacara dan wakil ketua kelompok masyarakat sipil yang sekarang dibubarkan, ditangkap 2020 sehubungan dengan kegiatan memperingati pembantaian Lapangan Tiananmen 1989. Gwyneth Ho Kwai-lam, seorang jurnalis, ditahan atas tuduhan keamanan nasional karena berpartisipasi secara damai dalam jajak pendapat menjelang pemilihan umum.

Calon lainnya Lee Cheuk-yan, seorang advokat hak-hak buruh veteran dan mantan legislator yang dihukum karena bergabung dengan DPR ilegal; ia menghadapi tuduhan pidana tambahan atas dasar keamanan nasional.

Terakhir, Joshua Wong Chi-fung sebelumnya pernah dipenjara karena perannya mengorganisir protes di Hong Kong pada 2014. Pada musim panas 2019, ia berpartisipasi dalam protes prodemokrasi berskala besar di Hong Kong. Pada November 2021, tiga aktivis prodemokrasi, termasuk Wong, mengaku bersalah atas dakwaan terkait peran mereka dalam “DPR ilegal” pada 2019. Bulan berikutnya, mereka masing-masing dijatuhi hukuman penjara berbulan-bulan, dengan kemungkinan akan menghadapi tuduhan lebih lanjut.

Pengorganisir pro-demokrasi Katolik lainnya di Hong Kong telah diakui atas karya mereka dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2021, Martin Lee Chu-ming, seorang pengacara Katolik yang membantu mendirikan gerakan pro-demokrasi di Hong Kong, termasuk yang dinominasikan untuk penghargaan Nobel tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar