Surat
Paulus kepada Filemon adalah surat yang paling pendek dalam Perjanjian Baru. Paulus memberi nasehat kepada
Filemon, seorang kaya dari Asia Kecil, tentang Onesimus, seorang budak yang melarikan diri dari rumah Filemon.
Paulus menghimbau agar Filemon memaafkan dan memerlakukan Onesimus dengan baik
setelah ia pulang.
I.
PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN
Pengarang
menyatakan diri sebagai Paulus tiga kali dalam surat ini (Flm ayat 1,9,19).
Pada umumnya para ahli setuju bahwa pengarang surat ini adalah Paulus.
Pendapat ahli tidak begitu bulan mengenai
waktu penulisannya. Paulus menulis surat ini dari penjara (ayat 9-10, 13, 23),
tapi tidak diketahui, dari penjara mana surat Paulus ini terbit, apakah
kaisarea (Kis 23:31-35), Roma (Kis 28:16-31), ataukah dari lokasi yang lain (2
Kor 11:23). Waktu penulisan surat ini yang paling mendekati adalah antara tahun
60 dan 62, ketika Paulus dipenjarakan di Roma untuk yang pertama kalinya. Surat
kepada Filemon bersama dengan Surat-surat kepada jemaat Efesus, Filipi dan
Kolose disebut “surat-surat penjara”, suatu surat yang tampaknya ditulis Paulus
dari Roma.
II.
ISI
I.
Salam ayat 1-3.
II.
Ungkapan syukur (ayat 4-7)
III.
Permintaan untuk Onesimus (ayat 8-21)
IV.
Permintaaan Kebaikan Hati (ayat 22)
V.
Salam dari Temn-teman Paulus (ayat 23-24)
VI.
Berkat (ayat 25)
III.
MAKSUD DAN TEMA
Surat
ini ditujukan kepada seorang Kristen pemeluk baru, pemilik budak yang bernama
Filemon, serta Apfia (mungkin isteri Filemon) dan seorang pemimpin komunitas
Kristen yang bernama Arkhipus (mungkin
putera Filemon). Karena hubungan yang dekat antara surat ini dan surat kepada
jemaat Kolose, tampaknya Filemon dan keluarganya tinggal di dalam kota Kolose
atau di dekat kota itu (bdk Kol 4:9.17). Surat ini berbicara tentang Onesimus,
seorang budak yang melarikan diri dari pekerjaannya di rumah Filemon dan
berjumpa dengan Paulus dalam penjara yang terakhir dan telah menjadi Kristen.
Paulus menyebut Onesimus sebagai “saudara
yang setia dan yang kekasih” (Kol 4:9) dan mengirimnya kembali kepada Filemon
bersama dengan Tikhikus yang membawa surat kepada jemaat Kolose. Nama budak itu
(Bahasa Yunani, Onesimus, artinya “yang berguna”) adalah dasar yang perlu
diingat: “dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat
berguna baik bagimu maupun bagiku” (ay 11). Seorang majikan mempunyai hak untuk
memberikan hukuman yang terberat atas budak yang melarikan diri, terutama budak
yang mungkin bersalah mencuri uang atau harta kekayaan (ay 11, 18), maka Paulus
menambahkan dalam permintaannya “Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman,
terimalah dia seperti aku sendiri. Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun
berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku -- aku, Paulus,
menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya--agar jangan
kukatakan: "Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!" -- karena engkau
berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri. Ya saudaraku, semoga engkau berguna
bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus!” (ay 17-20).
Surat yang pendek ini mengajak kita
sekilas pintas melihat sistem perbudakan Roma dan menanggapinya sebagai orang
Kristen. Paulus sadar bahwa Filemon berhak untuk menghukum mati Onesimus,
tetapi ia tetap mengirim budak itu pulang. Hal itu dilakukannya karena Onesimus
harus memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya, dan Paulus menyatakan
kesediaannya membayar kerugian yang diakibatkan oleh Onesimus kepada Filemon
agar keadilan dilaksanakan (ay 18-19). Paulus menantang Filemon agar menjadi
seorang Kristen sejati dan mengakui kewajiban Kristen yang jauh melampaui hukum
Kekaisaran Roma yang keras. Paulus mendesak orang kaya itu agar memaafkan si b
udak, dan menambahkan dengan halus bahwa Filemon harus mengembangkan Onesimus
(ay 16 dan 21). Hubungan lama antara budak dan majikan tidak ditinggalkan,
tetapi diubah, sehingga Onesimus dan Filemon bukan lagi budak dan majikan,
melainkan saudara-saudara dalam Kristus.
Tradisi kuno menyatakan bahwa Onesimus
akhirnya dibebaskan dan menjadi seorang Uskup.