Dipetik
dari Bab VI Petunjuk
Untuk Katekese (Direttorio per la Catechesi) dari Dewan
Kepausan untuk Promosi Evangelisasi Baru Roma, 23 Maret 2020
1. 1. KATEKISMUS GEREJA KATOLIK
Catatan sejarah
182. Gereja, sejak zaman tulisan-tulisan perjanjian baru,
telah membuat rumusan-rumusan pendek dan ringkas untuk mengakui, merayakan dan menyaksikan
imannya. Sudah dari abad keempat, kepada para Uskup diberikan
penjelasan-penjelasan yang lebih luas tentang iman melalui sintesis dan kompendium.
Dalam dua momentum historis, sesudah Konsili Trente dan tahun-tahun setelah
Konsili Vatikan II, Gereja telah menganggap pantas untuk memberikan uraian
terperinci dan tersusun tentang iman melalui Katekismus yang bersifat
universal, yang merupakan alat persekutuan gerejawi dan juga titik acuan untuk
katekese (Bdk. Yohanes Paulus
II, Konstitusi apostolik Fidei depositum 11 Oktober 1992, I; KGK 11).
183. Pada tahun 1985, selama Sinode Luar Biasa Para Uskup,
yang dirayakan pada kesempatan ulang tahun kedua puluh penutupan Konsili Vatikan
II, banyak Bapa Sinode mengungkapkan keinginan perlunya disusun suatu
Katekismus atau suatu kompendium ajaran Katolik mengenai iman dan moral.
Katekismus Gereja Katolik diumumkan secara resmi pada tanggal 11 Oktober 1992
oleh Yohanes Paulus II, diikuti dengan editio typica (edisi contoh) dalam
bahasa Latin pada tanggal 15 Agustus 1997. Ini merupakan hasil kerja sama dan
konsultasi dari seluruh keuskupan Katolik, banyak institut teologi dan
kateketik dan banyak ahli dan spesialis dalam berbagai disiplin ilmu. Maka,
Katekismus ini merupakan karya kolegial dan buah dari Konsili Vatikan II.
Identitas, tujuan dan penerima Katekismus Gereja Katolik
184. Katekismus adalah «teks resmi dari Magisterium Gereja,
yang dengan otoritas mengumpulkan dalam satu bentuk yang tepat, sebagai suatu sintesis
organis, peristiwa-peristiwa dan kebenaran-kebenaran mendasar yang
menyelamatkan, yang mengungkapkan iman bersama dari Jemaat Allah dan yang
merupakan acuan dasar yang sangat penting bagi katekese.» Katekismus Gereja Katolik merupakan
ungkapan ajaran iman sepanjang masa, namun berbeda dari dokumen-dokumen
Magisterium lainnya, karena tujuannya adalah memberikan suatu sintesis
sistematis dari warisan iman, spiritualitas dan teologi sejarah gereja.
Meskipun berbeda dari Katekismus-katekismus lokal, yang melayani bagian
tertentu dari umat Allah, Katekismus Gereja Katolik, merupakan teks acuan yang
pasti dan autentik untuk persiapan Katekismus-katekismus lokal, sebagai «sarana
fundamental untuk tindakan terpadu dari Gereja mengomunikasikan seluruh isi
iman.» (Paus Fransikus,
Ensiklik Lumen Fidei 29 Juni 2013, 46).
185. Katekismus Gereja Katolik telah dipublikasikan
pertama-tama untuk para Pastor dan umat beriman, dan di antara semua ini,
secara khusus untuk mereka yang mempunyai tanggung jawab dalam pelayanan
katekese di dalam Gereja. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu «norma yang pasti
tentang pengajaran iman.»(Paus
Yohanes Paulus II, Konstitusi apostolik Fidei depositum 11 Oktober 1992, IV).
Untuk ini ia memberikan jawaban yang jelas dan dapat dipercaya terhadap hak
yang sah dari semua orang dibaptis untuk memiliki akses kepada penyajian iman
Gereja dalam keutuhannya dan dalam bentuk yang sistematis serta dapat dipahami.
Katekismus, justru karena menjelaskan Tradisi Katolik, dapat mendorong dialog
ekumenis dan dapat berguna bagi semua, juga yang bukan Kristiani, yang ingin mengetahui
iman Katolik.
186. Katekismus Gereja Katolik, karena memiliki perhatian
pertama yakni kesatuan Gereja dalam satu iman, maka ia tidak dapat
mempertimbangkan konteks-konteks budaya khusus. Namun demikian, «dari teks ini
setiap penyelenggara katekese akan dapat menerima suatu bantuan yang bermanfaat
untuk menjembatani di tingkat lokal warisan iman satu-satunya dan abadi, dan
dengan bantuan Roh Kudus, berusaha untuk memadukan secara bersama kesatuan yang
mengagumkan antara misteri Kristiani dengan keragaman kebutuhan dan situasi
para penerima pewartaannya.»
(Paus Yohanes Paulus II, Surat apostolik Laetamur magnopere 15 Agustus
1997). Inkulturasi akan menjadi perhatian penting katekese dalam
berbagai konteks.
Sumber dan susunan Katekismus Gereja Katolik
187. Katekismus Gereja Katolik diberikan kepada seluruh
Gereja «untuk suatu katekese yang diperbarui pada sumber-sumber iman yang
hidup.» (Paus Yohanes Paulus
II, Konstitusi apostolik Fidei depositum 11 Oktober 1992, I). Di antara
sumber-sumber ini, yang terutama adalah Kitab-kitab suci yang diilhami secara
ilahi, dirangkum menjadi satu buku saja, yang di dalamnya Allah «hanya
mengatakan satu perkataan saja: Sabda-Nya satu-satunya, dan di dalamnya Dia
mengungkapkan segenap diri-Nya»
(KGK 102), dengan mengikuti pandangan patristik bahwa «hanya ada satu
percakapan Allah yang berkembang dalam seluruh Kitab suci dan hanya satu Sabda
yang bergema di mulut semua penulis suci.» (Agustinus dari Hippo, Enaratio in Psalmum 103, 4, 1: CCL 40,
1521 (PL, 37, 1378)).
188. Selain itu, Katekimus Gereja Katolik menimba pada
sumber Tradisi, yang dalam bentuk tertulisnya mencakup berbagai macam rumusan
kunci tentang iman, yang diambil dari tulisan-tulisan Bapa-bapa Gereja,
berbagai Pengakuan iman,
Konsili-konsili, Magisterium kepausan, ritus liturgi timur dan barat, demikian
juga dari kitab hukum kanonik. Ditemukan pula sangat banyak kutipan yang
diambil dari amat banyak tulisan gerejawi, orang-orang kudus dan para pujangga Gereja.
Selanjutnya, catatan-catatan historis dan unsur-unsur hagiografis memperkaya
penjelasan doktrinal, yang diperkuat juga oleh ikonografi.
189. Katekismus Gereja Katolik disusun dalam empat bagian di
sekitar dimensi-dimensi fundamental hidupakristiani, yang memiliki asal dan
dasar dalam cerita Kisah para Rasul: «Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa» (Kis 2:42). Di
sekitar dimensi-dimensi ini disusun pengalaman masa katekumenat Gereja purba,
kemudian disusun penyampaian iman dalam berbagai Katekismus sepanjang sejarah,
meskipun dengan penekanan dan cara yang berbeda-beda. Dimensi-dimensi itu adalah:
pengakuan iman (Simbol, Syahadat), liturgi (sakramen-sakramen iman), hidup
kemuridan (10 perintah), doa Kristiani (Bapa Kami). Dimensi-dimensi ini merupakan pilar-pilar
katekese dan paradigma untuk pembentukan ke dalam hidup Kristiani.
Sesungguhnya, katekese membuka iman kepada Allah yang Esa dan Tritunggal dan
kepada rencana keselamatan-Nya; mendidik dalam kegiatan liturgis dan
menginisiasi hidup sakramental Gereja; mendukung jawaban kaum beriman kepada
rahmat Allah; mengantar kepada praktek doa kristiani.
Arti teologis-kateketis Katekismus Gereja Katolik
190. Katekismus Gereja Katolik sendiri bukanlah suatu usulan
metode katekese, juga tidak memberikan petunjuk-petunjuk tentang hal itu, dan tidak
dikacaukan dengan proses katekese, yang selalu memerlukan suatu mediasi.(KGK 24). Meskipun demikian,
strukturnya «mengikuti perkembangan iman-kepercayaan langsung kepada tema-tema
besar dalam kehidupan sehari-hari. Di setiap halaman demi halaman kita temukan,
bahwa apa yang disajikan di sini bukanlah teori belaka, akan tetapi sungguh
suatu perjumpaan dengan Seorang Pribadi yang hidup di dalam Gereja.»(Paus Benediktus XVI, Surat apostolik, Porta fidei
11 Oktober 2011, 11). Katekismus Gereja Katolik, dengan mengacu pada
keseluruhan hidup kristiani, mendorong proses pertobatan dan pendewasaan.
Katekismus menyelesaikan karyanya,
apabila pemahaman akan kata-kata mengacu pada keterbukaan hati, tetapi juga sebaliknya,
apabila rahmat keterbukaan hati menimbulkan keinginan untuk mengenal dengan
lebih baik Dia yang di dalam-Nya orang beriman menaruh iman-kepercayaannya.
Maka, pengetahuan yang dirujuk dalam Katekismus Gereja Katolik ini tidak
abstrak: sesungguhnya strukturnya dalam empat bagian mengharmoniskan iman yang
diakui, dirayakan, dihidupi dan didoakan, dengan demikian membantu untuk
berjumpa dengan Kristus, meskipun secara bertahap. Bagaimanapun juga, program
kateketis tidak harus mengikuti aturan/tata susun bagian-bagian Katekismus Gereja Katolik.
191. Struktur Katekismus Gereja Katolik yang harmonis dapat
dilihat dalam hubungan teologis antara isi dan sumber-sumbernya, dan dalam
interaksi antara Tradisi Barat dan Tradisi Timur. Selain itu, struktur ini
mencerminkan kesatuan misteri Kristiani dan perputaran kebajikan-kebajikan
teologis dan menyatakan keindahan harmonis yang menjadi ciri kebenaran Katolik.
Pada saat yang sama, ia memadukan kebenaran sepanjang masa ini dengan aktualitas
gerejawi dan sosial. Jelaslah bahwa Katekismus Gereja Katolik yang tersusun
demikian, meningkatkan pentingnya keseimbangan dan harmoni dalam penyampaian
iman.
192. Isi Katekismus Gereja Katolik disajikan dengan cara
sedemikian rupa untuk menunjukkan pedagogi Allah. Pemaparan doktrin menghormati
sepenuhnya jalan-jalan Allah dan manusia
dan mewujudkan kecenderungan sehat pembaruan katekese pada abad kedua puluh.
Narasi iman dalam Katekismus Gereja Katolik menyediakan tempat yang sangat
istimewa kepada Allah dan karya
rahmat, yang menduduki tempat terbesar dalam penyebaran materi, yakni pewartaan
katekese itu sendiri. Sejalan dengan hal itu, semua kriteria lain yang sudah
disampaikan sebagai hal yang perlu demi berhasilnya suatu pewartaan Injil juga
diungkapkan secara tidak langsung: sentralitas trinitaris dan kristologis,
cerita tentang sejarah keselamatan, ekklesialitas dari pesan, hierarki kebenaran,
pentingnya keindahan. Dalam semua itu dapat dibaca bahwa tujuan Katekismus
Gereja Katolik adalah untuk membangkitkan kerinduan akan Kristus, dengan menampilkan
Allah yang patut dirindukan yang menghendaki kebaikan bagi manusia. Maka,
Katekismus Gereja Katolik bukan merupakan suatu ungkapan ajaran yang statis,
melainkan suatu instrumen yang dinamis, yang layak menginspirasi dan menguatkan
perjalanan iman untuk kehidupan setiap orang dan, dengan demikian, tetap
berlaku bagi pembaruan katekese.
2. KOMPENDIUM KATEKISMUS GEREJA KATOLIK
193. Kompendium Katekismus Gereja Katolik merupakan sarana
yang berisi kekayaan Katekismus Gereja Katolik dalam bentuk yang sederhana, langsung
dan mudah diakses untuk semua orang. Kompendium merujuk kepada struktur
Katekismus Gereja Katolik dan isinya. Sesungguhnya, Kompendium merupakan «suatu
sintesis yang setia dan pasti dari Katekismus Gereja Katolik. Secara ringkas
Kompendium mengandung semua unsur esensial dan fundamental iman Gereja,
sedemikian rupa sehingga membentuk […] semacam “vademecum” (buku petunjuk praktis),
yang memungkinkan orang-orang, yang beriman dan yang tidak beriman, untuk
menerima, dalam pandangan keseluruhan, seluruh gambaran iman Katolik.»( Paus Benediktus XVI, Motu proprio
untuk persetujuan dan penerbitan Kompendium Katekismus Gereja Katolik 28 Juni
2005). Sifat khas Kompendium adalah bentuk dialogalnya. Sesungguhnya,
disarankan «dialog ideal antara guru dan murid, melalui serangkaian pertanyaan
yang terus-menerus, yang melibatkan pembaca dan mengundangnya untuk terus
menggali penemuan aspek-aspek yang selalu baru dari kebenaran imannya.»(Kompendium Katekismus Gereja
Katolik, Pengantar dari Kardinal Joseph Ratzinger 20 Maret 2005, 4).
Selain itu, berhargalah kehadiran gambaran-gambaran yang menegaskan struktur
teks. Berkat kejelasan dan keringkasannya, Kompendium Katekismus Gereja Katolik
juga ditampilkan sebagai bantuan sah untuk menghafalkan isi-isi dasariah iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar