Sejak mengawali kepausannya pada 2013, Paus Fransiskus mengusahakan untuk membersihkan Vatikan dari kemelut korupsi, kejahatan dan segala macam penyelewengan keuangan. Selain berusaha menguatkan sistem dan prosedur keuangan, kasus-kasus keuangan terbuka untuk pengadilan publik. Untuk itu semua hak privilese kardinal dan uskup dihapuskan dan sejauh menyangkut tanggungjawab keuangan semua orang sama di depan hukum. Seperti orang dan awam biasa, kardinal dan uskup dapat digugat dan dihadapkan dalam pengadilan umum. Paus Fransiskus menjelaskan bahwa prioritas reformasi hukum pidana itu adalah untuk memastikan agar semua anggota gereja diadili secara setara, dengan posisi dan martabat yang sama, tanpa ada yang memiliki hak istimewa apapun.Agar tidak menghalangi jalannya pengadilan, seperti yang menyangkut pejabat publik yang harus dinon-jobkan, bahkan seorang kardinal dilucuti dari semua wewenangnya dan dipecat. Ini langkah keadilan, walau oleh beberapa kardinal tradisional dipandang tidak adil. Dulunya, perkara kardinal diadili oleh suatu tribunal yang terdiri dari sesama kardinal.
Setelah penyelidikan dua tahun, dari kuartal pertama 2021 seorang kardinal, uskup, pejabat tinggi dan staf di lingkungan Sekretariat Negara Vatikan harus berhadapan dengan pengadilan sehubungan dengan kejahatan keuangan. Inti kasus adalah kerugian ratusan juta euro yang diderita Vatikan berkenaan dengan investasi suatu gudang di London pada tahun 2014, yang diubah menjadi mall barang mewah, dan kemudian menjadi apartemen. Pers menyebut pengadilan ini pengadilan keuangan terbesar dalam abad ini.
Lihat juga: EKSES PENERTIBAN KEUANGAN VATIKAN
Terkait: Kardinal George Pell Wafar dan Kemelut Sepeninggalnya
Pemeriksaan dimulai sejak penggeledahan di Kantor Sekretariat Negara Vatikan 1 Oktober 2019, mulai dari Otoritas Informasi Keuangan (AIF) Vatikan. Sekretariat Negara Vatikan pada 2014 menanamkan investasi bernilai 240 juta dolar, sebagian besar dananya berasal dari sumbangan pada gereja itu, ke dalam dana yang dioperasikan oleh Mincione. Setengah dari jumlah itu digunakan untuk membeli 45% properti mewah di London dan sisanya untuk investasi lain. Tak lama kemudian Vatikan menyadari bahwa investasi itu tidak saja tidak menguntungkan, tetapi membawa risiko kerugian yang juga akan sangat besar. Kardinal Angelo Becciu Kepala Staf Sekretariat Negara Vatikan pada waktu itu dan sembilan terdakwa lainnya, termasuk mantan kepala unit keuangan Vatikan, pengacara Swiss Rene Bruelhart, dan dua bankir investasi Italia – Raffaele Mincione dan Gianluigi Torzi diajukan ke pengadilan atas peristiwa itu.
Kardinal Angelo Becciu, yang berusia 73 tahun, dituduh melakukan penggelapan dan penyalahgunaan jabatan untuk nepotisme, kolusi dan korupsi. Para pialang dan pengacara diduga menjerumuskan Kardinal Becciu menyetujui pembelian aset yang merugikan di London. Seorang wanita intel yang akrab dengan Kardinal Becciu memanfaatkan hubungannya dengan Becciu menarik uang dari Vatikan untuk membeli barang-barang mewah dari kasus pembayaran uang tebusan untuk membebaskan seorang suster yang disekap suatu sel ISIS.
Penerapan hukum tetap harus empan papan (taktis), bukan hantem kromo saja
BalasHapus