Di dalam Kitab
Suci, pengertian “hari” kurang lebih sama dengan makna yang terkandung dalam
bahasa kita sekarang. Terutama, hari adalah masa-waktu dari matahari terbit
sampai matahari tenggelam, lawannya malam (misalnya lihat Bil 11:32). Bisa juga
berarti seluruh waktu malam dan siang dari matahari terbenam hingga matahari
terbenam lagi (lihat misalnya Im 23:32). Di dalam Perjanjian Lama, pembagian
waktu hari menurut alam: pagi, siang, sore. Di dalam Perjanjian Baru digunakan
sistem pembagian waktu Yunani di mana hari sejak pagi sampai sore dibagi
menjadi dua belas jam. Malam biasanya dibagi menjadi empat “jam jaga” (Mat
14:25; Mrk 13:35; Luk 12:38). “Jam-jam” dari suatu hari dimulai pada saat
matahari terbit dan lamanya berbeda menurut masa tahun (Mat 20:3-6; Mrk 15:25;
Yoh 1:39; 4:6.52; 11:9; Kis 2:15; 10:9). Keenam tahap dalam Penciptaan dunia
disebut “hari” dalam Kitab Kejadian, masing-masing dan “petang” dan “pagi” (Kej
1:1-2:3).
Cerita penciptaan dalam Kitab Kejadian menggunakan kata Ibrani untuk “hari” dengan cara yang berbeda-beda (dalam Kej 2:4 misalnya, “hari” merujuk pada seluruh pekan).
Hari
Tuhan (1)
Suatu ungkapan
Kitab Suci untuk “saat pengadilan Tuhan”. Beberapa frasa yang berhubungan
termasuk “hari murka Tuhan” atau “harinya Tuhan”. Mengungkapkan harapan
eskatologis bahwa kekuatan dan kemuliaan Tuhan yang besar akan dinyatakan dalam
sejarah, tetapi juga rasa takut akan dilakukannya “perhitungan” oleh Tuhan.
Frasa itu muncul sekitar dua puluh empat kali di dalam Kitab Nabi-nabi (Yesaya,
Yoel, Amos dan Zefanya) dan sekali dalam Kitab Ratapan (Rat 2:22).
Hari Tuhan digambarkan dalam kerangka
kuasa dan keagungan, di mana Tuhan muncul dalam kemuliaan kosmos untuk
mengadili dan mengalahkan musuh-musuh kebenaran. Salah satu rujukan yang tertua
dari hari Tuhan adalah Am 5:18-20, di mana Amos bertanya: “Bukankah hari Tuhan
itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya?” (Am 5:20).
Pengertian itu pasti sudah populer, karena Amos menentang: “mereka yang
menginginkan hari Tuhan”: sebagian bangsa Israel mengharapkannya, tetapi Amos
melihatnya sebagai hari pengadilan atas Israel (Am 3:1-2; 6:3; 8:9), suatu
gambaran yang juga digunakan oleh nabi-nabi dari zaman pra-Pembuangan (bdk Yes
2:11-17; 13:9-10; Zef 1:7-11, 12-18; 2:1-3).
Di kalangan nabi-nabi dari zaman
pasca-Pembuangan, “hari Tuhan” mengungkapkan harapan akan keselamatan
eskatologis bagi |Israel. Peristiwanya masih dibayangkan dengan ciri-ciri
kekuatan yang menghancurkan dan memusnahkan, tetapi kemudian pengadilan atas
yang durhaka diimbangi oleh pembebasan sisa-sisa Israel yang benar (bdk Yl 2:2;
Za 14:1; Yeh 38-39), ketika musuh-musuh Israel akan dikalahkan dan hukuman
terakhir akan dijatuhkan.
Di dalam Perjanjian Baru “hari Tuhan” itu
menjadi “hari Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Kor 1:8). Yaitu hari di mana
Kristus, Anak Manusia (bdk Luk 17:24.30) akan kembali dengan mulia membawa
kebebasan dan melakukan pengadilan (1
Kor 1:8; 2 Kor 1:14; Flp 1:6.10; 2:16). Dalam pengertian historis, hari Tuhan
dpat dipandang merujuk pada kehancuran Yeruslem pada tahun 70M; secara liturgis
“Hari Tuhan” (2) di mana umat Kristen berkumpul untuk beribadat (Why 1:10)
memenuhi gambaran “Hari Tuhan” (1) juga. Kedua pengertian itu mengarah pada akhir
zaman, ketika kemuliaan Yesus yang sepenuhnya akan dinyatakan kepada kita semua
(1 Tes 5:2.4).
Hari
Tuhan (2)
Sebutan yang
diberikan umat Kristen perdana untuk hari Minggu, yaitu hari bagi umat Kristen
untuk beribadat dan beristirahat. Hari Minggu, hari sesudah Sabat Yahudi, diperingati sebagai hari
kebangkitan Yesus Kristus dari mati (Luk 24:1-5). Visiun Yohanes dalam Kitab
Wahyu berkenaan dengan Hari Tuhan ini (Why 1:10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar