Daftar Blog Saya

Senin, 28 November 2022

YESAYA DAN KITAB YESAYA

 


Yesaya  Bahasa Ibrani, artinya “Tuhan adalah keselamatan”. Yang pertama dari keempat nabi besar, yang dianggap menulis Kitab Yesaya (lihat di bawah nanti Kitab Yesaya). Sirakh 48:23-25 dengan bagus memuji nabi Yesaya:

Di masanya mundurlah matahari, dan kehidupan raja diperpanjangnya.

Dengan rohnya yang mulia Yesaya melihat kesudahan waktu,

dan orang-orang yang berdukacita di Sion dihibur olehnya.

Ditunjukkannya apa yang akan terjadi hingga akhir masa,

dan apa yang tersembunyi sebelum terlaksana.  (Sir 48:23-25). 

 

Menurut Kitab Yesaya, Yesaya adalah putera Amos (Yes 1:1; 2:1); beberapa Bapa Gereja percaya bahwa ayah Yesaya adalah Nabi Amos. Namun hubungan ini dibantah oleh Santo Hieronimus dalam pengantar Komentar Kitab Amos. Namun yang jelas ia pasti berasal dari suatu keluarga pemimpin di Yerusalem (Yes 3:1-17.24; 4:1; 8:2; 31:16) karena ia mudah sekali berhubungan dengan para bangsawan. Yesaya mungkin mulai karyanya sebagai nabi pada usia duapuluh dan bekerja antara tahun 742 hingga 701 SM di Yerusalem. Ia menjadi penasehat bagi raja-raja Yehuda. Ia juga menikah dengan memiliki dua orang putera, Syear Yasyub dan Maher-Syalal Hasy-Bas. Nama Syear Yasyub berarti “selebihnya akan kembali”, suatu pengakuan bahwa sebagian dari umat Allah yang setia akan bertahan hidup dari penaklukan Asyur dan akan kembali ke negerinya (Yes 7:3-4). Maher-Syalal Hasy-Bas berarti “dengan cepat jarahan akan diangkut pulang”; “sebab sebelum anak itu bisa menyebut ‘Ayah’’ atau ‘Ibu’ harta kekayaan Damsyik dan jarahan dari Samaria akan diambil kembali dari hadapan raja Asyur” (Yes 8:3-4).

      Sebagai seorang nabi, Yesaya mendapat tugas perutusan untuk mewartakan jatuhnya Israel dan penistaan Yehuda karena pelanggarannya berulang kali atas perjanjian Tuhan. Namun ketika ia memulai karya kenabiannya, kerajaan-kerajaan Israel dan Yehuda sedang menikmati situasi damai dan makmur. Panggilan kenabiannya diterima di Bait Allah Salomo (Yes 6:1-13): “Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh” (Yes 6:10). Dan ketika kegelapan yang dinubuatkan tiba, Yesaya juga menyampaikan janji kelangsungan hidup  sisa-sisa bangsa (“tunas yang kudus”) dari kehancuran yang sedang mendatang (Yes 6:13). 

      Sebagai rekan sezaman dari nabi Mikha, Yesaya melaksanakan karya kenabiannya pada masa pergolakan sosial politik besar, dan masa kerjanya terentang dalam pemerintahan tiga raja Yehuda: Yotam. Ahas dan Hizkia. Pada zamannya, bangsa Asyur telah menaklukkan sebagian besar dari Asia Barat – termasuk kerajaan Israel di Palestina sebelah utara, dengan ibu-kotanya, Samaria.

      Kepada Ahas, Raja Yehuda, Yesaya memberi nasehat supaya tidak bersekutu dengan Asyur melawan aliansi anti Asyur dari Siria dan Israel sekitar tahun 735 SM. Di dalam rangka menekan Ahas, aliansi mengepung Yerusalem, dan mengancam akan mengganti raja dengan orang lain sebagai raja bawahan yang lebih bisa diajak kerja sama. “Konflik Siro-Efraim” ini merupakan kesempatan di mana Yesaya menyampaikan nubuat yang terkenal tentang Imanuel (Yes 7:9-14; bdk Mat 1:20-23). Yesaya menganjurkan sikap netral tetapi tidak didengarkan: Ahas menjadi raja bawahan Asyur (2 Raj 16:7-9), dan sebagai hasilnya kultus agama asing diperkenalkan di Yehuda (2 Raj 16:10-18).

      Bangsa Asyur bergerak dengan cepat, seperti yang dinubuatkan Yesaya, dan pasukan Asyur menggilas Damsyik pada tahun 732 SM dan menaklukkan Samaria pada tahun 722 SM. Yesaya bekerja dengan Raja Hizkia untuk memulihkan kedamaian dan ketertiban bangsa dan memberikan dukungan kepada raja itu ketika Sanherib mengepung Yerusalem pada tahun 701 SM sebagai balasan atas kebijakan anti-Asyur yang dilancarkan Hizkia (Yes 36-38; bdk 2Raj 18:13—20: 19). Sebagaimana yang dinubuatkan, kepungan itu berhasil didobrak, ketika “Keluarlah Malaikat Tuhan, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka!” (Yes 37:36; bdk 2 Raj 18:13—19:37).  Di bawah Manasye, hubungan dengan Asyur diperbaiki (2 Raj 20:21; 2 Taw 32:33) dengan akibat meningkatnya pengaruh Asyur termasuk kultus-kultus dan praktek agama Asyur . Yesaya mengutuk timbul kembalinya praktek penyembahan berhala (bdk 2 Raj 21:1-7; 2 Taw 33:1-10). Menurut kitab apokrif Kemartiran Yesaya, Manasye menebas tubuh Yesaya jadi dua sekitar tahun 668 SM.


 


Kitab Yesaya

Dalam kanon Yahudi adalah kitab pertama dari nabi-nabi terkemudian, yang diberi nama Nabi Yesaya. Kitab ini sangat dikenal karena gaya sastranya yang sangat bagus, gambaran-gambarannya serta wawasan rohaninya yang sangat dalam. Di antara para nabi, Yesaya menyampaikan ajaran yang paling penting mengenai Mesias. Dia juga paling sering dikutip di dalam Perjanjian Baru jika  dibandingkan dengan nabi-nabi lainnya.

 

I. Pengarang dan Waktu Penulisan

A. Teori Banyak-Pengarang

B. Alasan Yesaya sebagai Pengarang Tunggal dari keseluruhan kitab.

II. Isi

III. Maksud dan Tema

A. Kemerosotan Akhlak Israel dan Yehuda

B. Harapan akan Mesias

C. Perlindungan atas  Sisa Bangsa

D. Himbauan Supaya Beriman kepada Tuhan

E. Janji Keselamatan

F. Hamba Tuhan

G. Ciptaan Baru

IV. Yesaya Dalam Perjanjian Baru

 

I. Pengarang dan Waktu Penulisan

A. Teori Banyak-Pengarang

Pandangan tradisi pada umumnya beranggapan bahwa Yesaya adalah pengarang keseluruhan kitab nubuat kenabian yang menggunakan namanya itu. Di pihak lain banyak ahli di zaman modern menyatakan bahwa banyak pengarang berperan di dalam kitab itu. Menurut mereka, bab 1-39 merupakan tulisan Yesaya sendiri; bab 40-45 yang disebut Deutero-Yesaya (Yesaya Kedua) berasal dari seorang nabi yang tidak dikenal namanya, yang menulis menjelang akhir masa pembuangan; dan bab 56-66 adalah ucapan-ucapan yang ditulis pada periode pasca pembuangan entah oleh penulis Deutero-Yesaya atau oleh seorang muridnya (disebut Trito Yesaya, atau Yesaya Ketiga). Sebagai dukungan pada teori ini para ahli menunjukkan, misalnya, bahwa bahan Deutero Yesaya jelas dari masa pembuangan, misalnya karena rujukan-rujukan pada Babilon alih-alih pada Asyur (kekuatan yang dominan pada zaman Yesaya) dan rujukan pada nama raja Persia Koresh yang Agung (Yes 44:28; 45:1).

      Jika Kitab Yesaya ditulis oleh banyak pengarang maka bagian-bagian yang berbeda ditulis pada waktu yang berbeda pula. Bab 1-39 ditempatkan pada zaman nabi Yesaya sekitar tahun 700 SM. Kurang ada kesepakatan mengenai bab-bab seterusnya. Bab 40-45 biasanya diperkirakan ditulis pada pertengahan abad keenam SM bersamaan dengan bangkitnya Koresh Agung [dari Persia] dan kekalahan Babilon. Bab 56-66 diperkirakan dari masa nabi Hagai dan Zakharia di akhir abad keenam SM atau pertengahan abad kelima SM. Namun ahli-ahli lainnya memperkirakan bab-bab yang dipermasalahkan itu ditulis antara sebelum abad keenam hingga abad kedua SM.

 

B. Alasan Yesaya sebagai Pengarang Tunggal dari keseluruhan kitab.

Di pihak lain tradisi selalu konsisten menerima Yesaya sebagai pengarang keseluruhan kitab ini. Para penulis Perjanjian Baru memperlakukan kitab Yesaya sebagai suatu kitab lengkap. Ketika para penulis PB mengutip dari bab-bab 40-66, mereka selalu memaksudkannya dari nabi Yesaya (bdk Mat 3:3 dengan Yes 40:3; Mat 12:17-21 dengan Yes 42:1-4; Yoh 12:38 dan Rm 10:16 dengan Yes 53:1). Pada kenyataannya, ciri-ciri gaya dan bahasa sastra dalam Yesaya 1-39 berlanjut terus hingga Yesaya 40-66. Memang ada perubahan nada ketika sampai pada ambang bab 40, tetapi transisi pada sejumlah tema yang berbeda itu tidak harus ditafsirkan sebagai adanya pengarang lain, baik untuk isi maupun cara pengungkapannya. Sejauh orang terus terbuka kepada kemungkinan nubuat yang benar, bab 40-66 tidak perlu dipisahkan dari nabi abad kedelapan SM itu, sekalipun perkataannya meramalkan jauh ke depan pada peristiwa-peristiwa penting yang akan terjadi pada abad kelima SM dan abad berikutnya.

 

II. Isi

I. Nubuat untuk Yehuda (Bab 1-39)

A. Judul (1:1)

B. Dosa Yehuda dan Yerusalem (1:2-5:30)

C. Panggilan Yesaya (6:1-13)

D. Dunia Sekarang dan Sisa-sia Israel (7:1-12:6)

E. Nubuat Atas Bangsa-bangsa (13:1-23:18)

F. Penghakiman atas Bumi (24:1-27:13)

G. Nubuat tentang Musuh Yehuda (28:1—32:20)

H. Nubuat Pembebasan Sion dan Pemulihan (33:1-35:10)

I. Bab-bab sejarah tentang Sanherib, Hizkia dan Merodakh B|aladan (36:1-39:8)

II. Penghiburan bagi Umat Allah (Bab 40-55)

A. Tuhan Menghibur UmatNya (40:1-44:28)

B. Koresh Agung (45:1-48:22)

C. Pemulihan Sion (49:1-55:14)

III. Peringatan dan Janji akan Masyarakat yang Dipulihkan (bab 56-66)

A. Keputusan Mengenai Masyarakat yang Dipulihkan (56:1-58:14)

B. Hukuman Penindasan (59:1-21)

C. Janji Keselamatan (60:1-61:11)

D.Petunjuk tentang Keselamatan (62:1-64:12)

E. Janji Keselamatan (65:1-66:24)

 

III. Maksud dan Tema

A. Kemerosotan Akhlak Israel dan Yehuda

Yesaya mengecam keras kondisi moral pada zamannya di kerajaan Yehuda, menjanjikan pengharapan dan keselamatan bagi mereka yang tetap setia kepada perjanjian dengan Tuhan, dan menyampaikan penghiburan dan nasehat sehubungan dengan ancaman yang bertambah berat terhadap kerajaan dan bangsa pilihan Tuhan. Selama awal karya kenabian Yesaya, situasi yang relatif damai di Yehuda malah membuat kehidupan keagamaan mengalami kemerosotan. Penyembahan berhala, korupsi, ketidakpedulian pada penderitaan orang miskin dan penindasan yang meraja-lela berkembang dalam suasana yang serba longgar ini. Namun di sebelah timur, ancaman kerajaan Asyur semakin berbahaya. Dengan cepat Asyur mencaplok sebagian besar Siria dan Palestina. Panggilan kenabian Yesaya terjadi (Yes 6:10) ketika kerajaan Yehuda mengalami kemerosotan yang memilukan dan hukuman atas pendosa semakin pasti. Namun Yesaya juga menyampaikan janji kepada sisa-sisa yang akan tetap dapat bertahan dalam kehancuran yang sedang mendatang (Yes 6:13).

 


B. Harapan akan Mesias

Janji akan harapan masa depan mengantar pada salah satu nubuat yang terkenal dari Yesaya, yaitu yang berkenaan dengan Imanuel (Yes 7:14). Nubuat itu mempunyai makna langsung pada raja Ahas dan persoalannya tentang apakah akan memasuki suatu persekutuan dengan bangsa asing. Nubuat Imanuel itu juga meramalkan wahyu alkitabiah selanjutnya dalam Mat 1:20-23 dan Inkarnasi.

      Nubuat Imanuel hanyalah salah satu dari sekian banyak nubuat Yesaya tentang Mesias. Berbagai teks lainnya penuh dengan gambaran yang menyoroti ciri-ciri rajawi dari Mesias yang akan datang (Yes 9:1-6; 11:1-12:6). Ciri-ciri ini secara langsung mengaitkan pembebas yang diharapkan dengan janji yang diberikan kepada Daud bahwa dari garis keturunannya akan timbul seorang Mesias (2 Sam 7:11-16) seperti yang digemakan dalam Mazmur-mazmur rajawi (Mzm 2; 20; 21; 45; 72; 89; 101; 110).

      Di dalam menubuatkan kelahiran Mesias (Imanuel) itu, Yesaya memberi kepastian jaminan akan janji Tuhan bahwa Dia akan berada di tengah-tengah umatNya. Yes 9:1-7 memberikan suatu gambaran mengenai kemenangan yang dijanjikan yang mengawali suatu kerajaan “dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya” (Yes 9:7) (KGK 1502). Empat gelar pokok diberikan kepada Mesias dengan sebutan yang spektakular: “Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yes 9:6).

 

C. Perlindungan atas Sisa Bangsa

Dalam bab 14, Yesaya meramalkan kekalahan Asyur (Yes 14:24-27) dan hukuman yang mereka terima karena kesombongan (Yes 10:12). Ramalan kekalahan itu menjadi kenyataan (Yes 37:36) ketika “malaikat Tuhan” menghancurkan pasukan Asyur. Kesombongan Asyur disamakan dengan situasi rohani yang buruk di Yehuda: rakyat tidak taat lagi pada hukum Tuhan, pertimbangan mereka yang keliru mengenai persekutuan dengan pihak asing, dan asumsi mereka yang sepenuhnya salah bahwa Tuhan akan melindungi kerajaan kendati dosa-dosa mereka. Dalam kejadian-kejadian mengerikan yang akan tiba, Tuhan akan membersihkan umatnya dan melindungi sisa-sisa bangsa yang tetap setia (Yes 29:24; 30:8). Janji akan pembebasan dengan nyaring diwartakan dalam Yes 33:1-35:10 dan tema suatu penghakiman semesta atau kosmos menyebabkan beberapa ahli menyebut bab 34-35 sebagai “apokalip kecil”.

 

D. Himbauan Supaya Beriman kepada Tuhan

Sepanjang bab 1-39 Yesaya terus menghimbau agar beriman kepada Tuhan yang esa, sebab kerajaan terkena wabah penyembahan berhala. Bagi Yesaya, Tuhan adalah raja dan kudus yang akan menunjukkan keunggulanNya atas bangsa-bangsa kafir di dunia. Yesaya menyerukan kepada Yehuda supaya menghentikan ketidaksetiaan mereka atau akan menghadapi penghukuman dari murka Tuhan. Asyur sudah dipilih menjadi tongkat penghukum oleh Tuhan atas Israel yang berdosa. Yesaya mendorong agar mereka yang masih setia pada iman agar tetap bertekun dalam penderitaan mereka dan hendaklah tahu bahwa ada sebagian yang dijanjikan oleh Tuhan akan tetap bertahan dari kebinasaan.

 

E. Janji Keselamatan

Bab 40-55 diawali dengan pernyataan yang tak pelak lagi pasti berasal dari maksud pengarang: “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya” (Yes 40:1-2). Alih-alih nubuat bencana yang mendominasi ketiga puluh sembilan bab sebelumnya, sang nabi mewartakan suatu janji keselamatan dari Tuhan pada umatNya.  Israel diharapkan mewartakan kepada dunia keesaan dan keagungan Tuhannya: “Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepada-Ku!” (Yes 44:7). Kontras dengan penghiburan yang diberikan kepada Israel, bab-bab ini menyatakan bahwa Tuhan akan menghukum bangsa-bangsa dan berhala-berhala mereka dan menyatakan kekeliruan mereka (Yes 41:21-29;  44:9-29; 45:20-46:13).


F. Hamba Tuhan

Bab 40-55 juga ditandai oleh empat Lagu Hamba yang bagus sekali: Yes 42:1-4; 49:1-6; 50:4-9; 52:13-53:12. Yang paling menyolok adalah Yes 52:13-53:12, yang melukiskan “Hamba yang Menderita”: “sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya”, “dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita”, “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas”. Ayat-ayat ini mengungkapkan bagian yang menakjubkan dari rencana keselamatan Tuhan: “Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana olehnya” (Yes 53:10). Untuk alasan yang jelas, umat Kristen melihat Lagu Hamba itu sebagai ramalan akan sengsara Yesus Kristus yang mendatangkan penebusan (Hamba Tuhan).

 

G. Ciptaan Baru

Bab 55-66 kemudian melanjutkan tema umum akan harapan dan pemulihan. Dalam bahasa yang mengingatkan akan nabi Hagai (Hag 2:1-9), Yesaya 55-66 mengantisipasi kebangkitan kota kudus, yang padanya akan berhimpun semua bangsa di dunia (bdk Yes 60:10; 61:14). Sang nabi mewartakan suatu langit baru dan bumi baru yang dilukiskan sebagai suatu Yerusalem baru yang akan datang: “Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan. Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erangpun tidak” (Yes 65:18-19). 

 

IV. Yesaya Dalam Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian baru, Kristus dan para rasul mengutip kitab Yesaya lebih sering daripada mengutip nabi-nabi lainnya; sekitar lima puluh kutipan langsung dan lebih dari empat puluh uraian (misalnya Mat 3:3; 8:17; 12:18; Mrk 1:7; Luk 3:4; Yoh 1:12; Kis 8:28; Rm 9:20). Hanya kitab Mazmur saja yang lebih sering dikutip daripada Kitab Yesaya. Pengaruh Yesaya dalam teologi Perjanjian Baru dengan demikian cukup luas.

      Gereja juga menimba daftar ketujuh karunia Roh Kudus dari versi Kitab Suci Yunani Septuaginta dari Yes 11:2-3: “Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan; ya, kesenangannya ialah takut akan Tuhan. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang”  Ketujuh karunia – kecenderungan permanen yang membantu kita untuk mengikuti dorongan Roh Kudus adalah : kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan, dan rasa takut kepada Allah. Kesemuanya itu melengkapi dan menyempurnakan kebajikan-kebajikan dari mereka yang menerimanya (KGK 1830-1831).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar