Yesaya Bahasa Ibrani, artinya “Tuhan adalah keselamatan”. Yang pertama dari keempat nabi besar, yang dianggap menulis Kitab Yesaya (lihat di bawah nanti Kitab Yesaya). Sirakh 48:23-25 dengan bagus memuji nabi Yesaya:
Di masanya
mundurlah matahari, dan kehidupan raja diperpanjangnya.
Dengan rohnya
yang mulia Yesaya melihat kesudahan waktu,
dan orang-orang
yang berdukacita di Sion dihibur olehnya.
Ditunjukkannya
apa yang akan terjadi hingga akhir masa,
dan apa yang
tersembunyi sebelum terlaksana. (Sir
48:23-25).
Menurut Kitab Yesaya, Yesaya adalah putera Amos (Yes
1:1; 2:1); beberapa Bapa Gereja percaya bahwa ayah Yesaya adalah Nabi Amos.
Namun hubungan ini dibantah oleh Santo Hieronimus dalam pengantar Komentar Kitab Amos. Namun yang jelas ia
pasti berasal dari suatu keluarga pemimpin di Yerusalem (Yes 3:1-17.24; 4:1;
8:2; 31:16) karena ia mudah sekali berhubungan dengan para bangsawan. Yesaya
mungkin mulai karyanya sebagai nabi pada usia duapuluh dan bekerja antara tahun
742 hingga 701 SM di Yerusalem. Ia menjadi penasehat bagi raja-raja Yehuda. Ia
juga menikah dengan memiliki dua orang putera, Syear Yasyub dan Maher-Syalal
Hasy-Bas. Nama Syear Yasyub berarti “selebihnya akan kembali”, suatu pengakuan
bahwa sebagian dari umat Allah yang setia akan bertahan hidup dari penaklukan Asyur dan akan kembali ke negerinya (Yes 7:3-4). Maher-Syalal Hasy-Bas berarti
“dengan cepat jarahan akan diangkut pulang”; “sebab sebelum anak itu bisa
menyebut ‘Ayah’’ atau ‘Ibu’ harta kekayaan Damsyik dan jarahan dari Samaria
akan diambil kembali dari hadapan raja Asyur” (Yes 8:3-4).
Sebagai
seorang nabi, Yesaya mendapat tugas perutusan untuk mewartakan jatuhnya Israel
dan penistaan Yehuda karena pelanggarannya berulang kali atas perjanjian Tuhan.
Namun ketika ia memulai karya kenabiannya, kerajaan-kerajaan Israel dan Yehuda
sedang menikmati situasi damai dan makmur. Panggilan kenabiannya diterima di
Bait Allah Salomo (Yes 6:1-13): “Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah
telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan
mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti
dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh” (Yes 6:10). Dan ketika
kegelapan yang dinubuatkan tiba, Yesaya juga menyampaikan janji kelangsungan
hidup sisa-sisa bangsa (“tunas yang kudus”)
dari kehancuran yang sedang mendatang (Yes 6:13).
Sebagai
rekan sezaman dari nabi Mikha, Yesaya melaksanakan karya kenabiannya pada masa
pergolakan sosial politik besar, dan masa kerjanya terentang dalam pemerintahan
tiga raja Yehuda: Yotam. Ahas dan Hizkia. Pada zamannya, bangsa Asyur telah
menaklukkan sebagian besar dari Asia Barat – termasuk kerajaan Israel di
Palestina sebelah utara, dengan ibu-kotanya, Samaria.
Kepada
Ahas, Raja Yehuda, Yesaya memberi nasehat supaya tidak bersekutu dengan Asyur
melawan aliansi anti Asyur dari Siria dan Israel sekitar tahun 735 SM. Di dalam rangka menekan Ahas, aliansi mengepung Yerusalem, dan mengancam akan mengganti raja
dengan orang lain sebagai raja bawahan yang lebih bisa diajak kerja sama.
“Konflik Siro-Efraim” ini merupakan kesempatan di mana Yesaya menyampaikan
nubuat yang terkenal tentang Imanuel (Yes 7:9-14; bdk Mat 1:20-23). Yesaya
menganjurkan sikap netral tetapi tidak didengarkan: Ahas menjadi raja bawahan
Asyur (2 Raj 16:7-9), dan sebagai hasilnya kultus agama asing diperkenalkan di
Yehuda (2 Raj 16:10-18).
Bangsa
Asyur bergerak dengan cepat, seperti yang dinubuatkan Yesaya, dan pasukan Asyur
menggilas Damsyik pada tahun 732 SM dan menaklukkan Samaria pada tahun 722 SM.
Yesaya bekerja dengan Raja Hizkia untuk memulihkan kedamaian dan ketertiban
bangsa dan memberikan dukungan kepada raja itu ketika Sanherib mengepung
Yerusalem pada tahun 701 SM sebagai balasan atas kebijakan anti-Asyur yang
dilancarkan Hizkia (Yes 36-38; bdk 2Raj 18:13—20: 19). Sebagaimana yang
dinubuatkan, kepungan itu berhasil didobrak, ketika “Keluarlah Malaikat Tuhan,
lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan
Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati
belaka!” (Yes 37:36; bdk 2 Raj 18:13—19:37).
Di bawah Manasye, hubungan dengan Asyur diperbaiki (2 Raj 20:21; 2 Taw
32:33) dengan akibat meningkatnya pengaruh Asyur termasuk kultus-kultus dan
praktek agama Asyur . Yesaya mengutuk timbul kembalinya praktek penyembahan berhala
(bdk 2 Raj 21:1-7; 2 Taw 33:1-10). Menurut kitab apokrif Kemartiran Yesaya, Manasye menebas tubuh Yesaya jadi dua sekitar
tahun 668 SM.
Kitab Yesaya
Dalam kanon Yahudi adalah kitab pertama dari
nabi-nabi terkemudian, yang diberi nama Nabi Yesaya. Kitab ini sangat dikenal
karena gaya sastranya yang sangat bagus, gambaran-gambarannya serta wawasan
rohaninya yang sangat dalam. Di antara para nabi, Yesaya menyampaikan ajaran
yang paling penting mengenai Mesias. Dia juga paling sering dikutip di dalam
Perjanjian Baru jika dibandingkan dengan nabi-nabi lainnya.
I. Pengarang
dan Waktu Penulisan
A. Teori Banyak-Pengarang
B. Alasan Yesaya sebagai Pengarang Tunggal dari keseluruhan kitab.
II. Isi
III. Maksud dan
Tema
A. Kemerosotan Akhlak Israel dan Yehuda
B. Harapan akan Mesias
C. Perlindungan atas Sisa Bangsa
D. Himbauan Supaya Beriman kepada Tuhan
E. Janji Keselamatan
F. Hamba Tuhan
G. Ciptaan Baru
IV. Yesaya
Dalam Perjanjian Baru
I. Pengarang
dan Waktu Penulisan
A. Teori Banyak-Pengarang
Pandangan tradisi pada umumnya beranggapan bahwa
Yesaya adalah pengarang keseluruhan kitab nubuat kenabian yang menggunakan
namanya itu. Di pihak lain banyak ahli di zaman modern menyatakan bahwa banyak
pengarang berperan di dalam kitab itu. Menurut mereka, bab 1-39 merupakan
tulisan Yesaya sendiri; bab 40-45 yang disebut Deutero-Yesaya (Yesaya Kedua) berasal dari seorang nabi yang tidak
dikenal namanya, yang menulis menjelang akhir masa pembuangan; dan bab 56-66
adalah ucapan-ucapan yang ditulis pada periode pasca pembuangan entah oleh
penulis Deutero-Yesaya atau oleh
seorang muridnya (disebut Trito Yesaya,
atau Yesaya Ketiga). Sebagai dukungan pada teori ini para ahli menunjukkan,
misalnya, bahwa bahan Deutero Yesaya jelas dari masa pembuangan, misalnya
karena rujukan-rujukan pada Babilon alih-alih pada Asyur (kekuatan yang dominan
pada zaman Yesaya) dan rujukan pada nama raja Persia Koresh yang Agung (Yes
44:28; 45:1).
Jika Kitab
Yesaya ditulis oleh banyak pengarang maka bagian-bagian yang berbeda ditulis
pada waktu yang berbeda pula. Bab 1-39 ditempatkan pada zaman nabi Yesaya
sekitar tahun 700 SM. Kurang ada kesepakatan mengenai bab-bab seterusnya. Bab
40-45 biasanya diperkirakan ditulis pada pertengahan abad keenam SM bersamaan
dengan bangkitnya Koresh Agung [dari Persia] dan kekalahan Babilon. Bab 56-66
diperkirakan dari masa nabi Hagai dan Zakharia di akhir abad keenam SM atau
pertengahan abad kelima SM. Namun ahli-ahli lainnya memperkirakan bab-bab yang
dipermasalahkan itu ditulis antara sebelum abad keenam hingga abad kedua SM.
B. Alasan
Yesaya sebagai Pengarang Tunggal dari keseluruhan kitab.
Di pihak lain tradisi selalu konsisten menerima
Yesaya sebagai pengarang keseluruhan kitab ini. Para penulis Perjanjian Baru
memperlakukan kitab Yesaya sebagai suatu kitab lengkap. Ketika para penulis PB
mengutip dari bab-bab 40-66, mereka selalu memaksudkannya dari nabi Yesaya (bdk
Mat 3:3 dengan Yes 40:3; Mat 12:17-21 dengan Yes 42:1-4; Yoh 12:38 dan Rm 10:16
dengan Yes 53:1). Pada kenyataannya, ciri-ciri gaya dan bahasa sastra dalam
Yesaya 1-39 berlanjut terus hingga Yesaya 40-66. Memang ada perubahan nada
ketika sampai pada ambang bab 40, tetapi transisi pada sejumlah tema yang
berbeda itu tidak harus ditafsirkan sebagai adanya pengarang lain, baik untuk
isi maupun cara pengungkapannya. Sejauh orang terus terbuka kepada kemungkinan
nubuat yang benar, bab 40-66 tidak perlu dipisahkan dari nabi abad kedelapan SM
itu, sekalipun perkataannya meramalkan jauh ke depan pada peristiwa-peristiwa
penting yang akan terjadi pada abad kelima SM dan abad berikutnya.
II. Isi
I. Nubuat untuk
Yehuda (Bab 1-39)
A. Judul (1:1)
B. Dosa Yehuda
dan Yerusalem (1:2-5:30)
C. Panggilan
Yesaya (6:1-13)
D. Dunia Sekarang dan Sisa-sia Israel (7:1-12:6)
E. Nubuat Atas
Bangsa-bangsa (13:1-23:18)
F. Penghakiman
atas Bumi (24:1-27:13)
G. Nubuat
tentang Musuh Yehuda (28:1—32:20)
H. Nubuat
Pembebasan Sion dan Pemulihan (33:1-35:10)
I. Bab-bab
sejarah tentang Sanherib, Hizkia dan Merodakh B|aladan (36:1-39:8)
II. Penghiburan
bagi Umat Allah (Bab 40-55)
A. Tuhan
Menghibur UmatNya (40:1-44:28)
B. Koresh Agung
(45:1-48:22)
C. Pemulihan
Sion (49:1-55:14)
III. Peringatan
dan Janji akan Masyarakat yang Dipulihkan (bab 56-66)
A. Keputusan
Mengenai Masyarakat yang Dipulihkan (56:1-58:14)
B. Hukuman
Penindasan (59:1-21)
C. Janji
Keselamatan (60:1-61:11)
D.Petunjuk
tentang Keselamatan (62:1-64:12)
E. Janji
Keselamatan (65:1-66:24)
III. Maksud
dan Tema
A. Kemerosotan
Akhlak Israel dan Yehuda
Yesaya mengecam keras kondisi moral pada zamannya di
kerajaan Yehuda, menjanjikan pengharapan dan keselamatan bagi mereka yang tetap
setia kepada perjanjian dengan Tuhan, dan menyampaikan penghiburan dan nasehat
sehubungan dengan ancaman yang bertambah berat terhadap kerajaan dan bangsa
pilihan Tuhan. Selama awal karya kenabian Yesaya, situasi yang relatif damai di
Yehuda malah membuat kehidupan keagamaan mengalami kemerosotan. Penyembahan
berhala, korupsi, ketidakpedulian pada penderitaan orang miskin dan penindasan
yang meraja-lela berkembang dalam suasana yang serba longgar ini. Namun di
sebelah timur, ancaman kerajaan Asyur semakin berbahaya. Dengan cepat Asyur
mencaplok sebagian besar Siria dan Palestina. Panggilan kenabian Yesaya terjadi
(Yes 6:10) ketika kerajaan Yehuda mengalami kemerosotan yang memilukan dan
hukuman atas pendosa semakin pasti. Namun Yesaya juga menyampaikan janji kepada
sisa-sisa yang akan tetap dapat bertahan dalam kehancuran yang sedang mendatang
(Yes 6:13).
B. Harapan
akan Mesias
Janji akan harapan masa depan mengantar pada salah
satu nubuat yang terkenal dari Yesaya, yaitu yang berkenaan dengan Imanuel (Yes
7:14). Nubuat itu mempunyai makna langsung pada raja Ahas dan persoalannya
tentang apakah akan memasuki suatu persekutuan dengan bangsa asing. Nubuat
Imanuel itu juga meramalkan wahyu alkitabiah selanjutnya dalam Mat 1:20-23 dan
Inkarnasi.
Nubuat
Imanuel hanyalah salah satu dari sekian
banyak nubuat Yesaya tentang Mesias. Berbagai teks lainnya penuh dengan
gambaran yang menyoroti ciri-ciri rajawi dari Mesias yang akan datang (Yes 9:1-6;
11:1-12:6). Ciri-ciri ini secara langsung mengaitkan pembebas yang diharapkan
dengan janji yang diberikan kepada Daud bahwa dari garis keturunannya akan
timbul seorang Mesias (2 Sam 7:11-16) seperti yang digemakan dalam
Mazmur-mazmur rajawi (Mzm 2; 20; 21; 45; 72; 89; 101; 110).
Di dalam
menubuatkan kelahiran Mesias (Imanuel) itu, Yesaya memberi kepastian jaminan
akan janji Tuhan bahwa Dia akan berada di tengah-tengah umatNya. Yes 9:1-7
memberikan suatu gambaran mengenai kemenangan yang dijanjikan yang mengawali
suatu kerajaan “dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai
selama-lamanya” (Yes 9:7) (KGK 1502). Empat gelar pokok diberikan kepada Mesias
dengan sebutan yang spektakular: “Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa
yang Kekal, Raja Damai” (Yes 9:6).
C.
Perlindungan atas Sisa Bangsa
Dalam bab 14, Yesaya meramalkan kekalahan Asyur (Yes
14:24-27) dan hukuman yang mereka terima karena kesombongan (Yes 10:12).
Ramalan kekalahan itu menjadi kenyataan (Yes 37:36) ketika “malaikat Tuhan”
menghancurkan pasukan Asyur. Kesombongan Asyur disamakan dengan situasi rohani
yang buruk di Yehuda: rakyat tidak taat lagi pada hukum Tuhan, pertimbangan
mereka yang keliru mengenai persekutuan dengan pihak asing, dan asumsi mereka
yang sepenuhnya salah bahwa Tuhan akan melindungi kerajaan kendati dosa-dosa
mereka. Dalam kejadian-kejadian mengerikan yang akan tiba, Tuhan akan
membersihkan umatnya dan melindungi sisa-sisa bangsa yang tetap setia (Yes
29:24; 30:8). Janji akan pembebasan dengan nyaring diwartakan dalam Yes
33:1-35:10 dan tema suatu penghakiman semesta atau kosmos menyebabkan beberapa
ahli menyebut bab 34-35 sebagai “apokalip kecil”.
D. Himbauan
Supaya Beriman kepada Tuhan
Sepanjang bab 1-39 Yesaya terus menghimbau agar
beriman kepada Tuhan yang esa, sebab kerajaan terkena wabah penyembahan
berhala. Bagi Yesaya, Tuhan adalah raja dan kudus yang akan menunjukkan
keunggulanNya atas bangsa-bangsa kafir di dunia. Yesaya menyerukan kepada
Yehuda supaya menghentikan ketidaksetiaan mereka atau akan menghadapi
penghukuman dari murka Tuhan. Asyur sudah dipilih menjadi tongkat penghukum
oleh Tuhan atas Israel yang berdosa. Yesaya mendorong agar mereka yang masih
setia pada iman agar tetap bertekun dalam penderitaan mereka dan hendaklah tahu bahwa ada
sebagian yang dijanjikan oleh Tuhan akan tetap bertahan dari kebinasaan.
E. Janji
Keselamatan
Bab 40-55 diawali dengan pernyataan yang tak pelak
lagi pasti berasal dari maksud pengarang: “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku,
demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya,
bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia
telah menerima hukuman dari tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya”
(Yes 40:1-2). Alih-alih nubuat bencana yang mendominasi ketiga puluh sembilan
bab sebelumnya, sang nabi mewartakan suatu janji keselamatan dari Tuhan pada
umatNya. Israel diharapkan mewartakan
kepada dunia keesaan dan keagungan Tuhannya: “Siapakah seperti Aku? Biarlah ia
menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepada-Ku!”
(Yes 44:7). Kontras dengan penghiburan yang diberikan kepada Israel, bab-bab ini
menyatakan bahwa Tuhan akan menghukum bangsa-bangsa dan berhala-berhala mereka
dan menyatakan kekeliruan mereka (Yes 41:21-29;
44:9-29; 45:20-46:13).
F. Hamba Tuhan
Bab 40-55 juga ditandai oleh empat Lagu Hamba yang
bagus sekali: Yes 42:1-4; 49:1-6; 50:4-9; 52:13-53:12. Yang paling menyolok
adalah Yes 52:13-53:12, yang melukiskan “Hamba yang Menderita”: “sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya”,
“dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena
kejahatan kita”, “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas”. Ayat-ayat
ini mengungkapkan bagian yang menakjubkan dari rencana keselamatan Tuhan:
“Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan
dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya
akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana olehnya” (Yes 53:10). Untuk
alasan yang jelas, umat Kristen melihat Lagu Hamba itu sebagai ramalan akan
sengsara Yesus Kristus yang mendatangkan penebusan (Hamba Tuhan).
G. Ciptaan
Baru
Bab 55-66 kemudian melanjutkan tema umum akan harapan
dan pemulihan. Dalam bahasa yang mengingatkan akan nabi Hagai (Hag 2:1-9), Yesaya 55-66 mengantisipasi kebangkitan kota
kudus, yang padanya akan berhimpun semua bangsa di dunia (bdk Yes 60:10; 61:14).
Sang nabi mewartakan suatu langit baru dan bumi baru yang dilukiskan sebagai suatu Yerusalem baru yang akan datang: “Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak
untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku
menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan. Aku
akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya
tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erangpun tidak” (Yes
65:18-19).
IV. Yesaya
Dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian baru, Kristus dan para rasul
mengutip kitab Yesaya lebih sering daripada mengutip nabi-nabi lainnya; sekitar
lima puluh kutipan langsung dan lebih dari empat puluh uraian (misalnya Mat
3:3; 8:17; 12:18; Mrk 1:7; Luk 3:4; Yoh 1:12; Kis 8:28; Rm 9:20). Hanya kitab
Mazmur saja yang lebih sering dikutip daripada Kitab Yesaya. Pengaruh Yesaya dalam teologi Perjanjian
Baru dengan demikian cukup luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar