Daftar Blog Saya

Senin, 07 November 2022

PERUBAHAN IKLIM - COP27 SHARM EL SHEIKS - MESIR




Hari ini 7 November 2022 perhelatan global akan dibuka di Sharm el Sheiks, Mesir, yaitu COP 27 (Conference of Parties) yang dihadiri pemerintah negara2 anggota Kovensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC). COP 27 akan mempertegas dan meluaskan komitmen negara-negara untuk mencapai kesepakatan COP 15 Paris 2015 dalam hal membatasi tambahan pemanasan global 1,5 derajat Celsius pada abad ini. COP 27 ini melanjutkan COP 26 Glasgow yang selain tanggungjawab pemerintah juga meminta tanggungjawab, komitmen dan peran serta dunia usaha: di seluruh sektor industri, pada tiap perusahaan, dan di seluruh sistem ekonomi untuk bersama-sama mencapai sasaran tambahan pemanasan global 1,5 derajat Celsius pada abad ini. Janji dan komitmen perlu dituangkan dalam rencana-rencana praktis.

Komitmen emisi karbon 0 masih di luar jangkauan formasi rantai logistik, mekanisme pasar, model2 pendanaan yang ada, dan solusi serta struktur lain yang diperlukan  melancarkan jalannya proses dekarbonaisasi dunia. Bagi dunia usaha kondisi2 akan menciptakan peluang inovasi dan mengarah pada tindakan terkoordinasi oleh rekan-rekan industri, para mitra dalam rantai logistik, penyedia modal dan pengambil kebijakan. Masih akan ditunjukkan risiko tambahan yang membuat harga2 komoditi naik. Dengan mengingat peluang dan risiko itu setidaknya ada lima pertimbangan fundamental yang membantu para eksekutif merumuskan program emisi karbon 0 (net-zero) untuk beberapa tahun mendatang.

Penting dilakukan analisis yang membantu menunjukkan sejauh mana perlu dilakukan pengurangan emisi dan beradaptasi dengan level pemanasan. Bagi para eksekutif, juga penting memadukan tujuan negara dan perusahaan2 mengarah pada target 1,5 derajat Celsius. Imperatif net-zero sudah bukan lagi dipersoalkan - melainkan menjadi prinsip dunia usaha. 

Komitmen net-zero dibuat di Glasgow dalam COP 26 oleh gabungan stakeholder - pemerintah, lembaga keuangan, badan usaha, organisasi multi lateral dan sebagainya - yang wajib ambil peranan untuk memecahkan masalah sistemik. Misalnya transisi pelayaran bersih menuntut para konsumen untuk mensyaratkan pemberi jasa, perusahaan pelayaran, berinvestasi mengadakan kapal-kapal yang dijalankan dengan bahan bakar 0-emisi, para produsen bahan bakar harus menyediakan lebih banyak lagi bahan bakar 0-emisi, dan bank menyediakan modal untuk keperluan itu. Dengan koordinasi kegiatan demikian terjadi perubahan menyeluruh konteks operasi bagi perusahaan-perusahaan.

Para CEO dapat mendahului pergeseran konteks itu dengan menggabungkan diri dalam koalisi-koalisi yang sudah ada sekarang, misalnya Mission Possible Partnership. COP 26 juga menyaksikan komitmen baru dari kelompok2 seperti Glasgow Financial Alliance for Net-Zero (GFANZ).  Para CEO yang menyadari kepentingan mendesak dan belum terpenuhi akan upaya lintas sektor juga dapat membentuk suatu koalisi. Mereka dapat juga melibatkan sektor negara untuk membuat peraturan yang lebih membantu secara lancar transisi menuju net-zero.

Di banyak tempat, komitmen net-zero mendahului rencana badan usaha untuk mewujudkannya. Relatif masih sedikit perusahaan yang memerincinya dalam rencana-rencana detil untuk mencapainya. Sekarang itulah fokus perhatian para pemimpin sekarang; para investor dan regulator diharapkan demikian pula. Rishi Sunak dari Inggris menyatakan bahwa pada COP 26 Bendahara Negara akan meminta perusahaan yang sahamnya terdaftar di Inggris untuk membuat rencana net-zero pada 2023. Cepat atau lambat para regulator dan supervisor di tempat lain akan menyusul mengikuti contoh itu.

Hingga sekarang, para pemimpin yang telah membuat rencana-rencana net-zero membuat perusahaan mereka berbeda dari rekan2nya. Dasar persaingan lalu berubah, dan ada suatu premium sekarang atas perencanaan dan pelaksanaan program net-zero. Rencana2 itu berbeda-beda dalam hal yang spesifik, namun tersusun rapi dengan mencakup elemen-elemen tertentu:

* target2 emisi untuk Lingkup 1, 2, dan 3 (yang paling berat); termasuk target2 jangka panjang, sasaran jangka menengah untuk 2025-2030, yang semua terkait dengan arah mitigasi berbasis ilmu, atau arah sektor khusus yang berasal dari kewenangan yang dapat dipercaya;

* suatu pandangan strategis atas risiko dan peluang terkait iklim untuk setiap bagian dari portofolio perusahaan, termasuk wawasan dinamika persaingan dan gambaran lingkungan

* suatu asesmen atas anggaran belanja transisi yang akan diperlukan untuk pengurangan emisi, khususnya dari aset padat emisi yang sekarang dipunyai, dipadukan dengan posisi yang kredibel untuk penggunaan kredit karbon bermutu tinggi

* suatu program pembangunan kapabilitas untuk memantau kondisi eksternal, yang menentukan keputusan tentang cara update rencana perusahaan dan implementasinya

Penyiapan rencana-rencana memerlukan waktu - sementara kondisi bisnis berubah dengan cepat, namun perusahaan-perusahaan tak perlu menunggu untuk bertindak. Kebanyakan dapat mengayun langkah yang tak akan disesali sambil memetakan agenda jangka panjang mereka. Mulai dari langkah-langkah langsung yang menghasilkan nilai; melakukan investasi pada penghematan energi biasanya cukup memadai. 

Menjelaskan rencana perusahaan kepada para stakeholder juga penting. Tindakan itu akan menempatkan perusahaan di garis depan dalam membangun relasi dengan para investor dan dalam program-program keterlibatan bersama pemerintah.

Lembaga-lembaga keuangan menjadi lokomotif sejak COP 26 Glasgow yang lalu dan akan berlanjut dalam COP 27. GFANZ menghimpun 450 institusi yang mewakili USD 130 trilyun dalam aset keuangan (40% dari aset global). Sementara berdasar taksiran diperlukan anggaran belanja modal hingga USD 150 trilyun untuk transisi menuju net-zero, dua-pertiga di antaranya untuk negara-negara yang secara ekonomi maju. Bagaimanapun rintisan GFANZ perlu dikuatkan dalam COP 27.


https://www.cnbcindonesia.com/news/20221107162446-4-385784/pln-siap-pamerkan-8-inisiatif-transisi-energi-di-cop-27


Tidak ada komentar:

Posting Komentar