Daftar Blog Saya

Rabu, 02 November 2022

Inovasi: Hidrogen Bukan Untuk Perang Tapi Untuk Perdamaian

Bambang Kussriyanto 

Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki adalah bom hidrogen. Daya rusaknya sangat besar dan mengerikan. Namun penelitian lanjutan atas manfaat hidrogen menghasilkan solusi masa depan untuk perubahan iklim yang diakibatkan gas rumah kaca khususnya CO2 (karbon dioksida). Pemisahan elektrokimia atas kalsium karbonat (yang terdapat pada mineral yang murah dan banyak terdapat seperti limestone) diusulkan menjadi cara baru untuk membentuk senyawa hidroksida yang dapat menyerap, menetralkan dan mengikat karbon dioksida dari udara dan dari aliran limbah.  CaCO3 dipisahkan dengan anolit acid dari selektrolisa sel air saline, membentuk Ca(OH)2 dan H2CO3 (atau H2O dan CO2). Dengan mempertahankan tingkat keasaman pH antara 6 dan 9 pada hasil pemisahan itu, selanjutnya reaksi hidroksida dengan CO2 menghasilkan kalsium bikarbonat yang terurai, Ca (HCO3)2. Untuk setiap mol CaCO2 yang diurai dapat diikat 1 mol CO2.Ca(HCO3)2 yang dihasilkan dapat digelontorkan ke laut, disimpan, atau dibuang ke reservoir di darat. Hasil akhirnya adalah H2 atau hidroksida yang bersih tanpa karbon. Biaya proses ditaksir USD 100/ton CO2.   

Mengancang sasaran program emisi CO2 nol pada 2050 nanti di dunia sedang diupayakan produksi "super green H2" pada skala besar-besaran untuk menetralkan karbon dioksida pada industri-industri yang dikenal menjadi emitor besar CO2 seperti baja, petrokimia, pupuk, moda angkutan besar, perkapalan, dan penerbangan dan menunjang pembangkit listrik. Terdapat lebih dari 680 proyek hidrogen antara lain 103 di Amerika Utara, 154 di Asia dan China, 314 di Eropa, 54 di Oceania, 25 di Amerika Latin, 34 di Timur Tengah dan Afrika. Hidrogen bersih diperkirakan akan menyumbang pengurangan 20% emisi karbon dioksida pada 2050.


Diperlukan modal besar untuk upaya produksi H2 super green. 

Gereja-gereja termasuk Vatikan pada 2014 menarik investasinya dari produsen energi fossil (minyak bumi dan batubara) dan mengalihkannya pada pusat-pusat energi yang terbarukan dan bersih. Produksi H2 sebagai sarana untuk menetralkan CO2 dapat menjadi alternatif investasi Gereja dalam rangka merawat bumi dan mengatasi perubahan iklim. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar