Sibuk adalah nama permainan zaman sekarang. Misalnya, orangtua bisa menyebut ratusan daftar aktivitas yang harus mereka lakukan setiap hari hingga tak punya waktu
luang lagi. Kan ada pengemudi taksi untuk mengantarkan anak-anak mereka ke
tempat olahraga, mengikuti kursus menari, atau ikut les musik. Orangtua juga
harus memantau pekerjaan rumah anak-anak mereka dan komitmen mereka pada gereja. Di
antara semua kegiatan ekstra kurikuler, orangtua harus punya waktu untuk bekerja
menyiapkan makanan, membersihkan rumah, mencuci, menyeterika – di samping itu
juga melakukan pekerjaan sosial sebagai relawan, memelihara hubungan dengan
keluarga besar, kerabat dan dan handai tolan. Juga waktu untuk tidur. Pada
umumnya mereka tertidur karena kelelahan.
Adalah bijaksana jika kita mau
mengingat bahwa setiap orang mendapat jatah waktu yang sama setiap hari (86.400
detik). Tak seorangpun mendapat lebih dari itu, atau kurang dari itu. Namun
kita semua dapat memilih, mau menggunakan waktu kita setiap hari itu untuk
melakukan apa, sesuai pilihan kita sendiri. Mutu kehidupan kita ditentukan oleh
cara kita membuat prioritas penggunaan waktu itu, dan bagaimana kita
memanfaatkan waktu.
Ada cerita lama tentang tiga orang
tukang bangunan rumah yang sedang menyusun batu. Seseorang datang menjumpai
mereka dan mengajukan pertanyaan yang sama kepada masing-masing tukang: “Apa
yang sedang Anda lakukan?” Tukang yang pertama meludah ke tanah, lalu mendongak
memandang orang itu. “Aku sedang menyusun bata untuk tembok. Emangnya aku
kelihatan sedang apaan, sih?” Tukang yang kedua melenguh sambil mengangkat
alisnya, “Aku cari uang untuk hidup.” Tukang yang ketiga mengangkat mukanya dan
matanya berkilat-kilat, katanya, “Aku sedang membangun sebuah katedral!”
Menurut Anda, tukang yang mana yang di akhir hari itu akan merasa paling segar?
Pandangan siapakah yang paling positif dan menguntungkan?
Suatu pepatah dari Timur
mengajarkan bahwa “pikiran adalah kenyataan.” Sikap dan wawasan kita menentukan
apa yang menjadi prioritas dalam hidup kita. Supaya hidup kita seimbang dan
utuh, kita harus mampu mengambil keputusan dalam pemanfaatan waktu dan menentukan
apa yang penting untuk dilakukan. Kita tidak dapat menikmati kebersamaan dengan
seorang teman jika kita merasa koyak moyak, karena perhatian kita
terpecah-pecah ditarik ke segala arah. Kita tidak akan dapat melihat berkat dan
karunia yang ada di hadapan kita jika kita memandang jauh ke seberang lain dan
memikirkan krisis apa yang bakal kita hadapi di depan sana nanti. Kita juga
tidak bisa melihat “katedral” jika kita hanya memusatkan perhatian pada “bata”
dan “upah uang” saja.
Kita perlu bertanya lebih dulu, bagi
kita “Apa yang benar-benar penting?” Hidup kita niscaya kita jalani dengan cara
yang berbeda jika kita sering-sering mengolah pertanyaan ini. Mungkin kita akan
memilih untuk bermain layang-layang dengan anak kita daripada bekerja lembur;
memilih pergi ke bioskop dengan seorang teman, atau duduk di teras belakang dan
menikmati cuaca yang indah, atau menengok wajah Tuhan pada bayi yang baru
dilahirkan; mungkin kita memilih untuk merasakan berkat dari orang yang lebih
tua, ketika kita duduk menemani dan bersedia mendengarkan cerita kebanggaannya dikisahkan berulang kali.
Ada cerita tentang seorang
perempuan yang sangat ingin tahu surga itu seperti apa. Ia terus menerus berdoa
demi rasa ingin tahunya itu. Pada suatu malam ia bermimpi. Dalam mimpinya itu
seorang malaikat datang dan membawanya pergi. Mereka sampai di suatu jalan dan
di sana ada bangunan rumah yang tampaknya biasa saja. Malaikat itu berkata,
“Pergi dan lihatlah dalamnya.”
Maka pergilah perempuan itu ke dalam
rumah yang ditunjukkan itu. Di sana ia melihat seorang wanita lain sedang
mempersiapkan makan malam. Ada seorang lelaki sedang membaca surat kabar. Di
dekatnya, anak-anak sedang bermain-main. Perempuan itu kembali menjumpai
malaikat yang membawanya ke situ dan bertanya, “Apakah surga hanya seperti
itu?”
Malaikat itu menjawab, “Orang-orang
yang kamu lihat di rumah itu bukan di surga. Tetapi surgalah yang ada di
dalam diri mereka.”
Pada akhir hidup kita nanti, apakah
kita masih peduli dengan seluruh jam kerja kita, semua kepanitiaan di mana kita
menjadi salah seorang anggotanya, atau bahkan semua uang yang telah berhasil
kita kumpulkan? Ataukah kita lebih berharap agar punya lebih banyak waktu untuk
tertawa, bicara dengan orang yang kita sayangi, bersantai, mengisi hati dan
jiwa kita dengan kenangan-kenangan yang diberikan oleh kehidupan? Kukira kita
semua akan memilih yang terakhir.
Jika kita dapat menentukan apa yang
menjadi prioritas untuk hari-hari kita dan memfokuskan upaya kita untuk hal-hal
yang penting itu, kita niscaya dapat menikmati kehidupan ini dan mengurangi
stres yang kita tanggung. Kita tak perlu merasa bersalah karena meluangkan
lebih banyak waktu kita bersama dengan orang-orang yang kita sayangi dan
memanfaatkan waktu itu untuk melakukan hal-hal yang sungguh-sungguh kita sukai,
semata-mata karena kita senang melakukannya.
Belajar santai di masa ini memang
bukan sesuatu yang diajarkan oleh kebudayaan modern yang serba sibuk. Mereka bilang, jangan kasih kendor. Sulit sekali untuk mengendorkan kegiatan kita. Maka kita perlu berlatih membuat
prioritas, memisahkan apa yang penting dari hal yang tidak penting. Sedikit
santai dan menentukan prioritas niscaya mengurangi stres dalam kehidupan kita,
karena jika kita terampil melakukannya, maka kita punya cukup waktu untuk
mendapatkan surga yang ada dalam diri kita sekarang juga.
Tentukan Prioritas
·
Jika
Anda tinggal punya waktu untuk hidup enam bulan lagi, apakah yang akan Anda
lakukan dengan waktu Anda itu? Tuliskanlah gagasan Anda dalam sebuah buku
harian, misalnya:
-
Dengan
siapa Anda hendak meluangkan lebih banyak waktu?
-
Apa
saja yang akan sungguh-sungguh Anda lakukan?
-
Bagian
hidup Anda yang manakah yang Anda anggap sangat penting?
·
Tuliskan
tiga hal Anda anggap paling penting:
-
Berilah
nomor urutannya, apakah yang ke-1, yang ke-2, atau yang ke-3.
-
Seandainya
seseorang memeriksa jadwal kesibukan Anda sehari-hari, kira-kira bagaimanakah
nilai-nilai kepentingan itu nyatanya tampak digambarkan oleh cara Anda
menggunakan waktu?
·
Buatlah
daftar impian yang hendak Anda capai dalam hidup Anda. Di belakang setiap
pernyataan impian Anda itu tulislah apa yang akan Anda lakukan untuk mewujudkan
impian itu. Bersikaplah realistis. Mungkin sesuatu memerlukan waktu pelaksanaan
lebih dari sehari atau seminggu.
·
Ambillah
kalender Anda dan tandailah sekurang-kurangnya dua tanggal setiap bulan yang
akan Anda manfaatkan untuk diri Anda sendiri (misalnya untuk pergi nonton
bioskop atau makan di restoran atau minum di warung kopi).
·
Buatlah
ketentuan kebijakan sehubungan dengan hal-hal yang penting dan tanggal pilihan
Anda. Ingatlah jawaban-jawaban pribadi Anda untuk tiga latihan yang terdahulu
di atas – yaitu tentang apa yang akan Anda lakukan jika Anda tinggal punya
waktu setahun untuk hidup, tiga hal yang bernilai penting bagi Anda, dan daftar
impian Anda – lalu tentukanlah kebijakan sehubungan dengan hal/tindakan yang
biasanya mengganggu Anda dalam mengikuti prioritas Anda. Misalnya : Nilai –
meluangkan waktu akhir pekan dengan pasanganku dan anak-anak. Kebijakan : Aku
tidak akan memeriksa e-mail kantor/bisnis pada akhir pekan, atau tidak akan
melakukan pekerjaan kantor/bisnis setiap hari Minggu. Membuat kebijakan seperti
itu seperti membuat pagar yang membatasi beberapa tindakan tertentu, supaya
Anda dapat mencapai prioritas Anda, termasuk mimpi-mimpi Anda.
·
Sekarang
bangunlah dan lakukan sesuatu yang dianggap sama sekali “tidak berguna”, tetapi
sesuai dengan Nilai-nilai dan Prioritas Anda, misalnya merangkul orang yang
Anda sayangi, mendengarkan CD musik kesayangan Anda, membuat kue, bermain bola
basket dengan anak Anda, berjalan-jalan sambil bersiul-siul atau bersenandung
mengelilingi kawasan tempat tinggal Anda, atau menanam bunga, atau membuat
mainan.
·
Salah
satu cara membuat jalur prioritas Anda tetap terpelihara adalah membuat catatan
harian. Dalam bukunya, Life’s Companion,
Christina Baldwin menyatakan bahwa “Menulis terus menerus mengungkapkan agenda
pikiran Anda di balik hal-hal yang tampak.” Metode ini khususnya sangat berguna
dalam menyalurkan hal-hal yang membuat stres, dan bila kita sudah selesai
melakukannya, hasilnya menyadarkan kita, apakah tindakan kita hari ini masih
terarah pada tujuan hidup kita. Petunjuk: Ambillah bulpen dan mulailah menulis
apa saja pada selembar kertas. Mungkin Anda dapat menulis tentang apa saja yang
terjadi selama hari itu. Tulislah tentang seseorang yang Anda jumpai. Tetapi
jangan ambil peduli tentang bagaimana susunan gagasan Anda, biarkan saja
pikiran Anda mengalir, tercurah keluar dulu. Biarlah bulpen Anda bergerak
terus. Jika macet, tulislah nama barang-barang yang ada dalam ruangan Anda,
terus dan terus. Jika Anda merasa sudah menuliskan semuanya, berhentilah.
Perhatikan perasaan Anda mengenai kesesuaian hari itu dengan prioritas yang
telah Anda tetapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar