Semalam saya tidur agak telat. Sudah rebahan di tempat tidur, tapi belum bisa terlelap. Dalam recik suara hujan dan kesunyian malam, saya dengar beberapa tetangga sebelah batuk-batuk berat. Tua dan muda. Terdengar ada yang mengumpat karena batuknya mengganggu sistem pernafasannya. Saya ikut prihatin.
Saya lahir dalam masa yang disebut baby boomer, awal 1950-an, karena ledakan angka kelahiran setelah Perang Dunia II dan revolusi kemerdekaan Indonesia dan banyak negara lain dari kolonialisme. Ketika saya remaja, saya membaca harapan hidup generasi baby boomer 60 tahun. Di satu pihak banyak ragam penyakit dan wabah menghadang pertumbuhan fisik antara 1950-1965 seperti influenza, tipus, kolera, disentri, malaria, TBC, polio, cacar, dan parasit cacing. Sejak Sekolah Dasar anak-anak harus suntik vaksinasi berulang kali untuk mencegah sakit musiman yang datang berdaur ulang. Sementara itu kesulitan ekonomi bangsa dan negara menghadapkan wabah kelaparan, hoenger oedeem, kurang gizi. Beras langka, pangan pokok divariasi jagung, ubi, ketela, wi, gembili, ganyong, gaerut, sagu, lalu ada bantuan luar negeri havermut, bulgur, situasi yang mengurangi daya tahan tubuh dan tidak kondusif untuk tumbuh kembang fisik dan risiko tetap kerdil (stunting).
Antara 1950-1980 banyak orang yang berkehendak baik bekerja keras di bidang kesehatan, meningkatkan tersedianya prasarana kesehatan, memperbanyak alat-alat kesehatan, mendidik dan mengembangkan petugas-petugas pelayanan kesehatan, melakukan penelitian dan memproduksi obat-obat yang diperlukan, memperoduksi vitamin dan suplemen, memperbaiki gizi masyarakat, Seiring perjalanan waktu, situasi umum membaik, dan harapan hidup meningkat. Untuk generasi baby boomer, berangsur-angsur angka harapan hidup naik dari 60, 63, 66, hingga 69 tahun. Usia umum untuk pensiun dulu dipatok 55 tahun, dan sesudah pensiun orang disebut "tua", jika mencapai 60 tahun malah ditambah "tua renta". Sekarang usia 60 tahun walau dibilang senior namun masih muda juga. Pantas disebut "lanjut usia" setelah usia 65 tahun.
Mengenang perkembangan situasi harapan hidup itu, menjelang tahun baru 2023 saya bersyukur kepada Tuhan atas karunia rahmat kesehatan. Saya tidak berusaha awet muda dan hidup selamanya, usaha yang saya pikir tidak ada gunanya, tetapi berserah pada penyelenggaraan ilahi, yang menggerakkan banyak orang untuk memelihara kesehatan umum. Terima kasih kepada banyak pihak yang tak bisa saya sebut satu-satu, yang telah bekerja keras membangun kondisi yang kondusif untuk kami agar dapat menjalankan fungsi. Makna kesehatan yang utama adalah bahwa kita masih dapat dan boleh berfungsi dengan baik sesuai kemampuan fisik, mental dan rohani kita.
Pada usia 70-an ternyata ada beberapa kondisi yang memerlukan pantauan karena penurunan kemampuan fisik, tingkat tekanan darah, tingkat kolesterol, tingkat gula darah, dan asam urat, fungsi ginjal dan jantung, serta penurunan memori dan daya kerja otak. Penurunan akan bertambah cepat jika orang pasif. Untuk mencegah laju penurunan kondisi diperlukan aktivitas, latihan, yang sepadan dan sesuai. Semoga kita boleh mendapat tekat mengatasi kemalasan dan selalu bergerak melaksanakan fungsi masing-masing dan menikmati sukacita bahagia.
Saya mengenang beberapa teman, kerabat dan sahabat yang telah berpulang kepada Tuhan dalam beberapa waktu yang lalu dan berdoa untuk kedamaian dan kesejahteraan jiwa mereka. Bersyukur kepada Allah bahwa boleh menerima karunia kebersamaan dengan mereka dan mengalami kasih yang indah dengan mereka semasa hidup. Semoga mereka beristirahat dalam damai.
Sedang hidup harus terus berjalan, saya memohon agar bersama teman-teman masih tetap boleh berfungsi dengan baik dalam penyelenggaraan ilahi untuk masa-masa yang akan datang. Dalam kearifan Jawa, orang tua tetap berfungsi dalam sembur (doa syafaat dan restu) tutur (berbagi pengertian dan pengalaman) dan wur (berbagi rezeki semampunya sebagai tanda kasih). Berbagi berkat bagi banyak orang.
Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar