Pada Misa malam Natal di Vatikan bersama Paus Fransiskus.
Injil pada malam Natal ini mengandeng dan menuntun kita kepada Allah yang lahir bagi kita.
Kita diajak menghadap palungan (Luk 2:7. 12. 16). Palungan adalah tempat makanan hewan.
Palungan bukan suatu kebetulan, tetapi dipilih menjadi tanda dan pernyataan kedatanganNya di dunia.
Dekat, miskin dan konkret.
Palungan menjadi tanda yang menyentuh kesibukan dan kerakusan kita akan konsumsi, harta dan kekuasaan yang tidak memberi tempat kepada yang kecil dan yang tak berdaya. Kita diajak memandang dan meninjau kembali pola hidup, politik dan sejarah kita dari mata bayi Yesus. Bahwa Ia telah meninggalkan tahtaNya di surga dan dibaringkan dalam kerendahan hati di palungan,
Di palungan penolakan dan ketidaknyamanan, Tuhan datang dan menyediakan diri menjadi santapan kita, "Jika kamu lumat hancur dalam kejadian-kejadian, jika kamu ditelan perasaan bersalah dan kekurangan, jika kamu lapar akan keadilan, ingatlah, Aku, Allahmu, menyertai kamu. Aku tahu perasaanmu, sebab Aku telah mengalami sendiri di palungan ini. Aku tahu kekuranganmu, kegagalanmu, Aku lahir untuk memberi tahu kamu bahwa Aku ada di dekatmu, menyertaimu selalu".
Palungan melukiskan serba kekurangan, serba sedikit. Tetapi tidak dingin. Justru hangat. Hangat oleh dekapan cinta. Cinta orang-orang yang sangat dekat. Kekayaan bukanlah uang dan kekuasaan, tetapi cinta. Yesus adalah kekayaan cinta. Dalam Yesus kemiskinan harta dan kuasa menandakan kelahiran kekayaan cinta. Amalan kasih dilahirkan lagi.
Palungan itu bukan teori tapi konkret, menunjukkan cinta yang konkret; Yesus lahir miskin, hidup miskin dan mati pun miskin, namun ia mencurahkan kasihNya yang sangat besar. Palungan Yesus bukan sekedar penampilan, Allah menjadi manusia bukan sekedar niat baik, tetapi perbuatan konkret. Pada hari Natal, Allah konkret ; dalam namaNya kita diajak secara konkret melahirkan harapan baru bagi mereka yang tidak punya harapan.
Untuk teman-teman yang ingin hadir dalam Misa Malam Natal di Vatikan, silakan klik tautan berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar