Daftar Blog Saya

Sabtu, 19 November 2022

PAUS: LAKUKAN TINDAKAN KONKRET, JANGAN KENDOR UNTUK KEPENTINGAN MENDESAK, SEBELUM TERLAMBAT

 


Paus Fransiskus menerbitkan Ensiklik Laudato Si menjelang perundingan PBB tentang perubahan iklim COP 15 Paris 2015. Semua pihak didorong untuk melakukan komitmen memelihara bumi "rumah kita bersama" dan mengerem laju peningkatan pemanasan bumi yang berpotensi mengubah iklim dan menyebabkan berbagai bencana bagi manusia di seluruh muka bumi. Pada 2016 Kesepakatan Paris disetujui 145+ negara. Tahun-tahun selanjutnya berbagai komitmen pihak-pihak dipertegas melalui penyelenggaraan COP. Semua dilibatkan, termasuk swasta, organisasi non pemerintah berbagai ragam, komunitas2, bahkan perorangan.

Pada 8-18 November 2022 diselenggarakan COP 27 dalam Konvensi PBB untuk perubahan iklim di Shamr el Sheiks - Mesir. Diusahakan peningkatan dan percepatan pelaksanaan komitmen pihak-pihak untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, dengan tindakan nyata mengurangi emisi gas-gas rumah kaca dan meningkatkan kesanggupan bekerja sama secara internasional berkontribusi memikul beban masalah global.

Paus Fransiskus di tengah kesibukannya terus mendampingi dan mengikuti dari dekat perkembangan perundingan COP 27. Mewakili Paus, Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin menyampaikan pesan pada pembukaan COP 27. 

“Negara-Kota Vatikan menyatakan keterikatan untuk mengurangi emisi-zero sebelum 2050, dengan mengintensifkan usaha tatakelola lingkungan,” katanya, dan Bapa Suci “mengikatkan diri dalam upaya memajukan pendidikan ekologi integral.”






“Perubahan iklim tidak menunggu kita,” demikian Kardinal Parolin. “Dunia kita kini amat erat saling bergantung dan tidak membiarkan diri ditempatkan dalan blok-blok negara yang terisolir tidak berkelanjutan. Sekarang adalah saatnya untuk solidaritas internasional dan antar generasi. Kita harus bertanggungjawab, berani, berwawasan ke depan, bukan demi diri kita sendiri, namun demi anak-anak kita.”

Paus sendiri menyempatkan diri memberi dorongan melalui media sosial Twitter. Jauh sebelumnya pada 1 September berkaitan dengan COP15 PBB tentang Keanekaragaman Hayati, pada 1 September Paus menulis: "Marilah kita berdoa bersama selama Masa Penciptaan ini agar KTT COP27 dan COP15 PBB menyatukan seluruh keluarga manusia dengan mantap menghadapi dua krisis perubahan iklim dan berkurangnya keanekaragaman hayati". “Jangan kita letih melakukan segala yang mungkin untuk kepentingan yang sangat mendesak terkait perubahan iklim,” Paus menulis pada 17 November kemarin. “Mari kita memilih bertindak secara konkret dan berwawasan jauh ke depan mengutamakan generasi muda kita, sebelum terlambat #COP27”








Ketika blog ini ditulis, dokumen-dokumen keputusan COP27 sedang disusun untuk dipublikasikan. Perlu waktu untuk mengunduh, memelajari dan memikirkan bentuk peran serta kita.

https://newsroom.unfccc.int/cop27


MANAJEMEN PEMBANGUNAN GEREJA

Dalam Grup WAG Ikafite timbul wacana tentang pembangunan (gedung) gereja merespon blog tentang Bait Allah. Suatu komen: "SARANG PENYAMUN. RumahKu adalah rumah doa, tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun (Luk 19:46).Sudah rahasia umum, pembangunan rumah ibadat (apapun agamanya) menjadi proyek tempat org bisa korupsi, mark-up dsb, sejak tender, apalagi kalau nilainya M M-an". - "Di tempat kami ada yg mbangun gereja MM-an, setelah jadi nggak ada laporan keuangannya... sampai Uskup nggak mau memberkatinya... hehehe..." - "Di paroki tetangga kami, ada kontraktor yang bangun gereja paroki, duitnya sudah dibayar lunas, gedungnya tidak selesai. Saat saya singgung ke pastor parokinya beliau jawab: 3 pilihan, selesaikan, kembalikan dana atau...duel sama saya". - "Biasanya menggampangkan, hanya percaya shg tanpa kontrak perjanjian kerja" - "Nah itulah, diperlukan integritas untuk saling menjaga, apalagi kalau antar sesama katolik". - "Wah, keterlaluan itu... Kudu dibanding-bandingke dg pemborong lain." - "Hal yang paling awal untuk mengelola risiko adalah hal-hal yang bersifat administratif dibuat, didokumentasikan dengan baik. Ini mengingat bhw Dewan Pastoral Paroki menjadi wakil uskup dan umat sehingga perlu mempertanggungjawabkannya dengan baik. Dst..."- "Gereja jangan jadi sarang penyamun. Paling tidak pastornya jangan jadi penyamun" - "Apalagi ada perempuan di sarang penyamun. Ambyar!" - "Bagaimana kalau yang berkuasa ikut bermain?" - "Astaga just imagine make me sick" - "Menghadapi penyamun pastor juga harus cerdik agar tdk dikadali kontraktor atau DP yang kongkalikong dng kontraktor. Secara administratif mungkin ok krn kerjasama bendahara atau DP. Tanpa permisi" dan seterusnya.



Sebaiknya sih ada "sistem manajemen pembangunan" di setiap keuskupan. Proyek pembangunan prasarana gereja di paroki di keuskupan wajib menerapkan "sistem" itu. Adapun "sistem" itu berupa pedoman yang diberlakukan oleh sesuatu badan resmi keuskupan semisal Komisi Bangunan Keuskupan.

Tanpa bermaksud meremehkan perlunya memahami Manajemen Proyek Konstruksi yang disediakan oleh lembaga penyelenggara Kursus Manajemen misalnya mengikuti pola 40 jam atau 32 jam tatap muka, saya coba mengingat beberapa pokok.

Biasanya ada semacam Masterplan pembangunan. Didalamnya dirinci rencana keseluruhan dan  rencana pelaksanaan bertahap.

Masterplan menjelaskan pihak-pihak yang berkepentingan dan mendefinisikannya. Siapa si pemilik (di kalangan Gereja biasanya BPGDA, Keuskupan, Seminari, Tarekat, Biara). Lalu dibentuk Panitia Pembangunan. Lazimnya ada ketentuan, pemilik dan anggota keluarganya tidak boleh merangkap menjadi Panitia Pembangunan untuk menghindari konflik kepentingan. Dewan Pastoral Paroki dalam hal ini tidak terlibat, tetapi boleh berfungsi sebagai tim pencari dana, yang hasilnya diserahkan kepada BPGDA.

Panitia lalu membuat rancangan bangunan, entah melalui arsitek atau biro perencana, bisa juga menyertakan konsultan konstruksi, untuk segi pelaksanaan teknis, sehingga tersedia gambar penampang maupun gambar detil. 

Setelah itu dibuat perkiraan biaya berdasarkan penggunaan bahan (standar kualitas dan jumlahnya) dan tenaga kerja sesuai harga pasar. Diperkirakan pula sumber-sumber dana (keuskupan, paroki, donatur) dan jadwal aliran dana yang tersedia. Lalu dibuat anggaran proyek pembangunan menurut sistem yang lazim demi memudahkan kontrol.

Di dalam Panitia Pembangunan itu perlu ada salah satu seksi kontrol atau pemeriksa teknis yang secara berkala memeriksa kesesuaian jalannya pekerjaan menurut standar-standar teknis, tahapan dan jadwal kerja yang telah direncanakan. 

Jika semua sudah siap, Komisi Bangunan Keuskupan perlu meneliti kebenaran masterplan itu dan memberi masukan kepada Uskup apakah bisa disetujui atau tidak. (Terutama jika sebagian dari anggaran bangunan disediakan Keuskupan).

Pada umumnya kemudian dilakukan lelang untuk pekerjaan borongan pembangunan menurut Masterplan yang telah disetujui. Setidaknya perlu tiga sampai tujuh pemborong peserta lelang untuk perbandingan penawaran harga dan cara pembayarannya. Syarat pelulusan biasanya bukan pemberi tawaran harga terendah, tetapi terbaik dengan meneliti contoh hasil karya mereka dari segi teknik pengerjaan dan kepuasan pelanggan. Karena biasanya dana pembangunan belum cukup tersedia lalu dipilih penawar yang memberi kelonggaran angsuran beberapa kali entah per termijn atau berdasar kemajuan pekerjaan. Misalnya ada yang mengajukan pembayaran per termijn, 4 x 25%, atau pembayaran berdasarkan kemajuan pekerjaan bulanan sampai bangunan selesai. Teknik pembayaran ini untuk mencegah terjadinya wan-prestasi. Bahkan 10% dari nilai kontrak ditahan untuk jaminan perbaikan-perbaikan hingga 40 hari setelah jadwal kontrak selesai. Dipilih mana yang sesuai dengan ketersediaan cash-flow pemilik. 

Persetujuan penawaran harga kemudian dituangkan menjadi "Perjanjian Kerja" dengan akta notaris dengan berbagai syarat yang harus diikuti, termasuk kontrol atau pemeriksaan dan konsekuensinya, misalnya jika bahan yang digunakan tidak sesuai, atau jika pengerjaan tidak mengikuti prosedur teknis, atau jika waktunya meleset dari jadwal, biasanya ada denda.



Sistem yang dipetakan sebagai pedoman dalam proyek bangunan termasuk perjanjian kerja dengan semua persyaratan teknis dan keuangan dan adanya fungsi kontrol  tentu akan sangat membantu penyelesaian pekerjaan secara wajar.

Tentu saja Panitia Pembangunan akan membuat dokumentasi Laporan Kemajuan Pekerjaan baik sisi teknis maupun keuangannya, biasanya mingguan, sampai gedung diserahkan dan diresmikan penggunaannya.


Jumat, 18 November 2022

SADUKI

 


Salah satu sekte besar dalam Agama Yahudi Palestina pada zaman Perjanjian Baru. Kaum Saduki mungkin mendapatkan namanya dari Zadok, yaitu imam besar pada zaman Daud dan Salomo, atAu mungkin dari kata Ibrani saddiq artinya “benar”. Orang Saduki terutama dikenal melalui sejarawan Yosephus dan Injil Perjanjian Baru serta Kisah Para Rasul. Mereka, bersama dengan kaum Farisi, merupakan salah satu dari dua aliran besar dalam agama Yahudi.

      Kaum saduki adalah elemen elite atau bangsawan dalam agama Yahudi. Pada umumnya mereka anggota kelompok imam dan berasal dari puak-puak keluarga imam yang sangat kuat. Mereka tidak disukai karena sikap mereka yang angkuh dan suka mengecam.

      Ajaran kaum Saduki berbeda dari kaum Farisi dalam banyak hal. Mereka tidak percaya kepada kebangkitan orang mati dan tidak percaya akan adanya malaikat serta jiwa (Kis 23:6-8); mereka menolak tradisi lisan dan hanya menghormati wibawa Taurat, hukum yang tertulis. Mereka menolak konsep takdir dan lebih meyakini pilihan bebas, dengan untung atau malang bergantung pada keputusan setiap orang; mereka umumnya lebih konservatif dalam menafsirkan hukum pidana. Dalam Kis 23:6-8, kaum Saduki menjadi anggota Sanhedrin, atau Mahkamah Agama, bersama dengan kaum Farisi, dan Paulus memanfaatkan perbedaan keyakinan mereka mengenai kebangkitan orang mati untuk memprovokasi keributan. Walaupun Farisi dan Saduki musuh bebuyutan, mereka bersatu ketika berhadapan dengan Yesus (bdk Mat 3:7; 16:1.6.11.12; 22:23.34; Mrk 12:18; Luk 20:27; Kis 4:1; 15:17).

      Tidak jelas kapan awalnya sekte Saduki ini muncul. Istilah Saduki disebut-sebut pada masa dinasti Hasmona awal, ketika mereka mendapat tempat dalam Dewan Rakyat (gerousia). Mereka mendapat kehormatan besar melalui Yohanes Hirkanus, yang melepaskan diri dari kaum Farisi dan bergabung dengan kaum Saduki.



SIDANG TAHUNAN KWI 2022

 




KWI mengadakan Sidang Sinodal dari tanggal 14 hingga 18 November 2022 denga tema Berjalan Bersama Mewujudkan Persekutuan, Partisipasi, dan Misi”.  Ketika membuka sidang, Kardinal Suharyo, pertama-tama mengajak para peserta untuk mensyukuri terlaksananya sidang ini. “Setelah membatalkan samasekali Sidang Tahunan 2020 dan Tahun 2021 mengadakan Sidang Tahunan dengan sangat sederhana, tahun ini kita bisa kembali berkumpul bersama secara offline meskipun pandemi COVID 19 belum lewat”. Selanjutnya para peserta yang terdiri dari 32 Uskup; 2 Uskup Emeritus; 1 Administrator Diosesan; Nunsio Apostolik Tahta Suci Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo; Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Gomar Gultom; Plt. Dirjen Bimbingan Masyarakat  Katolik, AM Adiyarto Sumardjono; Perwakilan Unio (Paguyuban Para Imam Diosesan Indonesia); Koptari; Perwakilan para suster (IBSI) dan Mitra pelayanan lain,  mengenang kembali dalam kasih para Uskup yang meninggal dunia sesudah sidang pada tahun 2019 (Alm Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFM.Cap, Uskup Padang-19 November 2019; Alm.Mgr Julianus Sunarka, SJ,  Uskup Emeritus Purwokerto-26 Juni 2020; Alm. Mgr. Anicetus Bongsu Sinaga, OFM.Cap, Uskup Emeritus Keuskupan Agung Medan dan Administrator Apostolik Keuskupan Sibolga-7 November 2020; Alm.Mgr. F.X. Hadismarta, O.Carm, Uskup Emeritus Sorong-Manokwari-12 Februari 2022; dan Alm. Mgr. Hubertus Leteng- Uskup Emeritus Ruteng, 31 Juli 2022).

“Tetap dalam hati kita, para Uskup Emeritus yang pasti tidak akan pernah kita lupakan. Karena tidak sedikit Uskup baru yang bergabung dalam KWI, kiranya baik kita sampaikan para Uskup senior kita yang sudah purna bakti : Uskup Anton Pain Ratu, SVD, Uskup Emeritus Atambua (92 tahun); Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ, emeritus Uskup Agung Jakarta (87 tahun); Uskup Agung A.G.P. Datubara, OFMCap, emeritus Uskup Agung Medan  (87 tahun); Uskup Blasius Pujaraharja, emeritus Uskup Ketapang (86 tahun); Uskup Michael Angkur, OFM, emeritus Uskup Bogor (84 tahun); Uskup Hironimus Bumbun, OFMCap, emeritus Uskup Agung Pontianak (84 tahun); Uskup Theodorus Suwatan, MSC, emeritus Uskup Manado  (81 tahun); Bapak Uskup Kherubim Pareira, SVD, emeritus Uskup Maumere (80 tahun); Uskup Agung Nico Adiseputra, MSC, emeritus Uskup Agung Merauke (62 tahun); Uskup Agung Aloysius Sudarso, SCJ, emeritus Uskup Agung Palembang (76 tahun)). lanjut Kardinal. 

Pada hari pertama 15/11 disampaikan dan dicermati laporan-laporan dari KLSD KWI (Komisi, Lembaga, Sekretariat dan Departemen), dilanjut diskusi dari hati ke hati para uskup. 

Dimoderatori oleh Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi dilaksanakan laporan kerja sekaligus refleksi, evaluasi kurun waktu 2019-2022 dan program kerja selanjutnya dari KLSD KWI Rumpun Pewartaan yang terdiri dari Komisi Liturgi, Komisi Komunikasi Sosial (KOMSOS), Komisi Kataketik, Komisi Karya Misioner, LBI (Lembaga Bibilika Indonesia). 

Komisi Liturgi KWI menyampaikan jalannya kegiatan tiga kelompok fungsi (Direktorium KWI pasal 60 ayat 2) yaitu: bidang Penelitian dan Pendokumentasian, bidang Pendidikan dan Pelatihan, serta bidang Publikasi.  Komisi Komunikasi Sosial (KOMSOS) KWI melaporkan 5 Fokus Pastoral (5 K) yaitu Kemandirian Finansial, Kerja Sama Internal dan Eksternal, Keterlibatan Orang Muda, Kelengkapan Organisasi dan Tata Kelola dan Ketersediaan Dokumentasi.  Rencana Strategis Komsos KWI untuk tahun 2023-2026 juga meliputi kelima Fokus Pastoral tersebut. Komisi Kateketik KWI, selain menyampaikan laporan juga memaparkan tantangan dan peluang Katekese menurut diskusi Rapat Pleno Katekis se-Indonesia. Komisi Karya Misioner KWI mempresentasikan Program Khusus atau Unggulan dan Program Berkelanjutan dan Pengembangan Komisi.  Ketua Lembaga Biblika Indonesia (LBI) menyampaikan hasil penerbitan buku, majalah dan pengelolaan website serta program rutin (BKSN, Pertemuan-Pleno) dan Kegiatan Kerasulan Kitab Suci yang sudah dijalankan.

Sidang hari kedua (16/11) masih melanjutkan penyampaian Laporan dan Evaluasi kerja dari Team Badan Kerja sama Bina Lanjut Imam Indonesia, Karya Kepausan Indonesia, Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia-Pelayanan Umum-Tenaga Gereja KWI dan Dokpen (Dokumentasi dan Penerangan KWI), dan ditutup kembali dengan sharing dan diskusi dari hati ke hati khusus para Uskup. 

Pada hari ketiga (17/11) disampaikan laporan Rumpun Pembinaan yang terdiri dari Komisi Pendidikan, Komisi Seminari, Komisi Kepemudaan, Komisi Teologi dan Komisi Keluarga KWI dilanjut dengan dari Karina (Karitas Indonesia), Obor dan Dana Pensiun.

Pemilihan fungsionaris baru KWI untuk periode 2022-2025 berlangsung hari Kamis, 17/11/2022 di Bumi Silih Asih (BSA) Keuskupan Bandung, Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC terpilih menjadi Ketua Presidium KWI, Mgr. Antonius akan meneruskan tongkat kepemimpinan di KWI, menggantikan Ignatius Kardinal Suharyo. Kardinal Suharyo telah tiga periode memimpin KWI sementara Mgr. Antonius menjabat Sekretaris Jenderal KWI. Para Uskup memilih Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM sebagai Sekretaris Jenderal menggantikan Mgr. Antonius.

https://www.mirifica.net/susunan-fungsionaris-konferensi-waligereja-indonesia-2022-2025/

KOTA-KOTA KITA, KOTA-KOTA DUNIA



Di dalam Injil Luk 19: 41-42 Yesus mengunjungi kota Yerusalem, dan ketika melihat kota itu dari dekat, Ia menangisinya. KataNya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!" Yesus menubuatkan suatu ketika kota Yerusalem akan hancur dan penduduknya akan binasa "tidak satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain" (Luk 19:44).

Peradaban dunia kuno setiap masa membanggakan kota metropolis masing-masing. Kita mengenal dari sejarah kota Memphis dari Firaun Ramses III di Mesir pada abad 13 SebM. Lalu kota Thebes yang menggantikan Memphis sebagai kota-raja Mesir hingga abad 7 SebM. Raja Sanherip dari Asiria-Mesopotamia membangun kota Ninive pada abad 8 SebM. Babilonia di bawah Nebukadnezar membangun kota Babilon pada abad ke 7 SebM.  Pada masa yang sama Pericles membangun kota Atena yang menjadi dasar budaya kota-kota di barat. Darius Agung dari Persia menyusul membangun kota Persepolis pada abad ke 5. Pada abad 4 Seb M Aleksander Agung membangun kota Aleksandria. Selanjutnya muncul Kartago, dan Roma yang sering disebut Kota Abadi karena mampu bertahan hingga 2000 tahun lebih, sementara kota-kota yang lain mengalami kehancuran.



Di belahan Timur patut disebutkan kota-kota besar Kandahar (Afghanistan abad 15 SebM), Delhi (India, abad 11 SebM),  Beijing (RRT abad 11 SebM), Peshawar (Pakistan, abad 6 SebM), Pyongyang (Korea Utara, abad 2 SebM), dan lain-lain.

Setelah masa Masehi atau  Masa Umum (Common Era) bermunculan kota-kota besar di seluruh dunia. Termasuk kota-kota di Indonesia seperti Palembang (683), Yogyakarta (Mataram Hindu 732), Magelang (907),  Kediri (1042), Surabaya (1045).

Kata-kata Yesus Kristus seolah berlaku sepanjang masa untuk kelangsungan kota-kota dunia: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!" Kata-kata yang menginspirasi para pemimpin kota untuk mengutamakan keadaan damai demi kesejahteraan seluruh warga kota.

Secara global, lebih dari 50% penduduk tinggal di kota-kota. Diperkirakan pada tahun 2045 nanti penduduk kota akan bertambah 1,5 kali menjadi sekitar 6 milyar orang. Maka para pemimpin kota harus segera membuat rencana pertumbuhan kota termasuk menyediakan pelayanan, infrastruktur dan pemukiman yang terjangkau bagi warganya. 

Sembari bergumul mengatasi kesulitan-kesulitan nyata yang dihadapi sekarang, para pemimpin kota mengusahakan ketahanan masing-masing kota menyongsong kesulitan-kesulitan masa depan yang diprediksi akan menentukan kualitas hidup warga kota.



Dalam kerangka itulah kita menyambut prakarsa-prakarsa seperti U20 (Urban 20) di Jakarta pada akhir Agustus 2022 berkenaan dengan perhelatan KTT G20 di Bali (15-16 November 2022) dan C40 (Cities 40) di Buenos Aires, Argentina, 20-21 Oktober berkenaan dengan COP27 Konvensi Perubahan Iklim PBB yang sedang berlangsung (8-20 November 2022) di Shamr el Sheiks, Mesir. 



Ada banyak yang perlu dilakukan oleh kota-kota menyongsong masa depannya dengan memperhatikan "damai" hidup dan tingkat "sejahtera" warganya. Namun untuk masa tertentu dan memerhatikan sumberdaya serta kemampuan baik sendiri maupun kerjasama, dipilih prioritas-prioritas tertentu. 

U20 Jakarta (30-31 Agustus 2022) mengarusutamakan pemulihan pasca-pandemi mengikuti tema G20, "Recover Together, Recover Stonger" (Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat) dengan tiga sub yaitu (1) investasi dalam kesehatan dan perumahan sebagai landasan pemulihan ekonomi dan sosial untuk semua, (2) mendorong transisi energi yang berkelanjutan dan akses yang setara terhadap mobilitas yang berkelanjutan, serta (3) memberikan pendidikan dan pelatihan tentang masa depan pekerjaan untuk memberikan semua orang akses yang adil terhadap lapangan kerja.

C40 adalah jejaring 97 kota yang ambil prakarsa dengan segera atas krisis iklim dan mengusahakan masa depan yang dapat dinikmati semua orang. Dimulai tahun 2005 oleh Walikota London Ken Livingstone dengan merangkul 18 megacities di dunia untuk mengurangi polusi dan membentuk C20. Pada 2006 C20 digabungkan dengan Prakarsa Iklim Clinton bentukan Presiden AS waktu itu, Bill Clinton, menambah kota-kota yang terlibat jadi 40. Sekretariat dtempatkan di London. Mereka membentuk Dewan Direksi yang berfungsi sebagai Panitia Pengarah dan terdiri dari 13 kota dari 97 anggota, secara bergiliran.  Mereka mewakili 582+ juta penduduk dan seperlima dari ekonomi global. Pada 20-21 Oktober 20, 2022 mereka menentukan tindakan pro iklim, berbagi berdasarkan keilmuan, tukar pengalaman praktek terbaik dalam mengelola kota dan bekerja sama membantu dunia membatasi pemanasan global pada level 1.5°C, dan membangun masyarakat yang berketahanan, sehat dan setara. Setiap pertemuan mereka memilih 10 kota terbaik dalam pengalaman praktek, dan memberikan anugerah Michael Bloomberg, walikota New York 3 periode yang menjadi Presiden Panitia Pengarah C40, Bloomberg Philantrhopies Awards. Tahun ini 10 kota yang memenangkan Bloomberg Awards adalah Addis Ababa, Amsterdam, Beijing, Pune, Dhaka Utara, Metropolitan Area Guadalajara, Freetown, São Paulo, Seattle and Tokyo / Kuala Lumpur.

Mereka adalah bagian dari Kesepakatan Global para Pemimpin Kota yang sejak Perjanjian Paris 2015 meliputi lebih dari 10.000 kota di dunia.  C40 memperkirakan kebutuhan 50 juta pekerjaan hijau dalam rangka mengurangi emisi karbon 50% menuju sasaran Perjanjian Paris membatasi kenaikan pemanasan global 1,5 derajat C. Sasaran penambahan 30% pekerjaan pada akhir 2030 di atas tingkat business as usual (BAU) ditetapkan seraya mengurangi polusi 30% dengan mengolah 30% limbah/sampah organik dan menghasilkan manfaat terkait kesehatan untuk warga senilai US$280 juta. 

Perhatian utama ditujukan pada pengurangan emisi dari Gas Rumah Kaca methane yang 87 kali lebih kuat dari CO2, berasal dari timbunan sampah atau tempat pembuangan sampah. Untuk itu C40 mengeluarkan dokumen kesepakatan "Pathway Towards Zero Waste", dengan sasaran mengurangi emisi GRK methane separoh dan menempatkan kota-kota pada track menuju masa depan yang lebih bersih, lebih sehat lebih kuat dan lebih inklusif. Kota-kota C40 di belahan dunia Selatan diperkirakan menghasilkan 2 juta ton methane per tahun.

Sebagai warga kota mungkin kita dan paroki2 kita dapat berperan serta dan memberi kontribusi positif pada rancangan2 kota-kota kita menuju kebaikan yang lebih besar. 


Bait Allah

 


Tempat suci pusat di mana Allah tinggal di tengah-tengah umat-Nya. Bait Allah Yerusalem – jantung pusat kehidupan agama dan ibadat Israel -- baru dibangun setelah munculnya kerajaan, tetapi gagasan sentral tempat itu melukiskan perjanjian yang tertuang dalam Kitab Ulangan.

 

I.                Asal Mula Bait Allah

II.              Bait Allah Salomo

III.            Bait Allah yang Kedua

IV.            Bait Allah Herodes

V.               Bait Allah dalam Perjanjian Baru

    1. Injil-injil dan Surat-surat
    2. Ibrani dan Wahyu

 

Ada tiga Bait Allah yang didirikan di Yerusalem.

1. Bait Allah Salomo (sekitar 960-586 SM) yang dihancurkan oleh Babilonia ketika menaklukkan Yerusalem.

2. Bait Allah Kedua (sekitar 515 – 19 SM) dibangun dari puing-puing sesudah masa Pembuangan.

3. Bait Allah Herodes (19 SM – 70 M) hasil suatu pemugaran besar-besaran atas Bait Allah yang kedua.

      Tempat kedudukan Bait Allah dalam kehidupan Israel diakui dan dihormati oleh Yesus yang turut serta dalam ibadat dan perayaan-perayaan ziarah umat. Bait Allah merupakan gambaran awal dari misteriNya sendiri, dan nubuatNya tentang kehancuran Bait Allah mengantisipasi wafatNya dan penetapan Bait Allah yang baru dan definitif pada tubuhNya yang dimuliakan (Mat 12:6; Yoh 2:19-22).

 

  1. Asal Mula Bait Allah

Awal mula Bait Allah jauh terkait di masa lalu dengan zaman para Bapa Bangsa, ketika umat Allah menyucikan tempat tertentu untuk berhubungan dengan Allah dalam doa dan mendirikan altar di sejumlah tempat ibadat (Kej 12:7-8; 13:18; 16:25 dst). Namun pendahulu Bait Allah adalah Kemah Suci Musa, tempat suci seperti tenda yang dapat dibongkar dan dipindah yang dibuat bangsa Israel di Gunung Sinai (Kel 35-40), dan diangkut melalui padang gurun (Bil 4:1-33; 9:15-23) ke Tanah Perjanjian (Yos 18:1). Tempat suci ini diyakini menjadi suatu replika di dunia dari kediaman Allah di surga (Kel 25:9.40) dan berfungsi sebagai pusat lokasi ibadat Israel selama masa perjalanan padang gurun (Im 17:1-9).

      Perjanjian menurut Kitab Ulangan yang mengatur kehidupan Israel setelah menjadi suatu bangsa yang menetap di Kanaan menggambarkan suatu peralihan dari Kemah Suci yang diangkut kemana-mana menjadi suatu Rumah Tuhan yang lebih permanen. Begitu Israel memantapkan perdamaian di perbatasan-perbatasannya, mulailah pembangunan suatu tempat suci pusat di suatu lokasi yang dipilih oleh Allah (akhirnya Yerusalem). Sebagai bagian dari Hukum yang diberikan kepada Musa mengenai pendirian tempat suci itu, Musa menyatakan:

Tetapi apabila nanti sudah kamu seberangi sungai Yordan dan kamu diam di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki, dan apabila Ia mengaruniakan kepadamu keamanan dari segala musuhmu di sekelilingmu, dan kamu diam dengan tenteram, maka ke tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN. Kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, kamu ini, anakmu laki-laki dan anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang di dalam tempatmu, sebab orang Lewi tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama kamu. Hati-hatilah, supaya jangan engkau mempersembahkan korban-korban bakaranmu di sembarang tempat yang kaulihat; tetapi di tempat yang akan dipilih TUHAN di daerah salah satu sukumu, di sanalah harus kaupersembahkan korban bakaranmu, dan di sanalah harus kaulakukan segala yang kuperintahkan kepadamu. (Ul 12:10-14).

Pemusatam ibadat merupakan cara untuk menjaga kemurnian iman bangsa Israel. Tempat-tempat ibadat kafir tersebar di mana-mana di tanah Kanaan, dan jika bangsa Israel harus menjaga agar ibadatnya fokus dengan tepat pada satu Allah yang benar, maka haruslah mereka berhimpun dan melakukan persembahan di satu tempat suci yang dikhususkan untuk tujuan itu.

      Persyaratan pembangunan tempat suci ini belum dapat dipenuhi sampai timbulnya kerajaan Israel. Khususnya Daud-lah yang memberi  Israel “kesempatan rehat” dari musuh-musuh (2 Sam 7:1) dengan menaklukkan semua bangsa di sekeliling yang berbatasan dengan Israel (2 Sam 8:1-4). Kepada dialah Allah menyatakan tempat pilihanNya bagi Bait Allah itu (1 Taw 21:28 –22:1) serta rencana konstruksinya.

      Tetapi Daud dilarang membangun Bait Allah itu karena ia ternoda oleh darah perang (1 Taw 22:8). Namun ia menyiapkan usaha itu dengan merakit bahan-bahannya dan menyediakan tenaga kerja sehingga puteranya, Salomo, dapat mengerjakan pembangunan itu (1 Taw 22:2-16). Pembangunan yang sesungguhnya dimulai pada tahun keempat pemerintahan Salomo (1 Raj 6:1); Bait Allah diselesaikan tujuh tahun kemudian (1 Raj 6:37-38).

 

II.   Bait Allah Salomo

Bait Allah Salomo didirikan di tempat bekas pengirikan gandum Arauna dari suku Yebus, di mana Daud membangun sebuah altar di sana untuk meredakan penyakit sampar yang dialami sebagai hukuman dari Allah atas tindakan Daud melakukan sensus penduduk (2 Sam 24:5-25; 1 Taw 22:1). Tempat  itu terletak di punggung Gunung Moria (2 Taw 3:1). Masjid Omar, “Dome of the Rock” menandai tempat itu sekarang. Untuk pembangunannya, Salomo mendapatkan bantuan dri Hiram, raja Tirus, yang menyediakan tukang-tukang yang ahli dan bahan-bahan bangunan yang ditukar dengan bahan pangan, sedang tenaga kasarnya diambil dari suku-suku Israel (1 Raj 5:1-18).

      Sumber informasi mengenai bait Allah Salomo adalah 1 Raj 6-7 dan 2 Taw 3-4; sumber ini dilengkapi dengan uraian eskatologis tempat suci yang berasal dari Yeh 40-43. Struktur bangunan mengikuti rancangan persegi panjang dan dibuat dari batu dan kayu sedar. Bait Allah sendiri panjangnya 27 meter dan lebarnya 9 meter, tingginya 14 meter, dengan beranda di bagian depan. Di kedua sisi pintu masuknya berdiri dua pilar tembaga. Yang satu di kanan disebut Yakhin (“Dialah yang mendirikan”) dan yang lain di kiri disebut Boas (“Dalam Dia ada kekuatan”).

      Bagian dalam Bait Allah dicapai dengan meniti undakan, melewati atrium atau beranda depan, yang mengarah pada dua ruangan yang berbeda ukurannya. Yang pertama, suatu ruangan yang lebih besar, disebut ruang kudus (nave), empat puluh hasta panjangnya, dua puluh hasta lebarnya. Ruangan yang lebih kecil adalah tempat suci, ruang maha kudus, dua puluh hasta panjangnya dan dua puluh hasta lebarnya.

      Ruang kudus adalah untuk altar dupa wangi-wangian (1 Raj 6:20-21), meja emas tempat menaruh roti sajian, serta sepuluh kandil/lampu (lima di sebelah kanan dan lima di sebelah kiri; 1 Raj 7:48-49). Ruang maha kudus berisi Tabut Perjanjian di bawah dua kerub yang ditatah dari kayu zaitun (1 Raj 6:23-28; 8:6-7).

      Di pelataran yang di depan Bait Allah didirikan altar tembaga untuk kurban persembahan (1 Raj 8:64) dan sebuah bejana tembaga (atau "Laut Tuangan") yang menumpang di atas dua belas lembu tembaga pula. Bejana itu berisi air untuk keperluan upacara, terutama untuk pembasuhan para imam (1 Raj 7:23-26; 2 Taw 4:2-6). Ruang penyimpanan berjajar di dinding luar bangunan Bait Allah di ketiga sisi (1 Raj 6:5).

      Pentahbisan bait Allah dilaksanakan Salomo dengan meriah pada hari raya di bulan ketujuh (1 Raj 8:1-66). Bait Allah itu digunakan selama abad berikutnya, tetapi setelah tiga abad, dalam pemerintahan Yosia, Bait Allah sudah memerlukan perbaikan (2 Raj 22:4). Tetapi Bait Allah hasil perombakan tidak berfungsi lama. Bersama dengan jatuhnya Yerusalem di tahun 586 SM, Bait Allah itu dihancurkan oleh Babilonia di bawah Nebukadnezar (2 Raj 25:8-9.13-17).

 

III. Bait Allah yang Kedua

Bait Allah tetap tinggal sebagai puing-puing belaka selama lima puluh tahun pertama masa Pembuangan. Tetapi harapan timbul pada mereka yang berada dalam pembuangan ketika Yehezkiel menyampaikan visiunnya tentang Bait Allah yang baru (Yeh 40-43). Pembangunan Bait Allah yang baru diizinkan berdasarkan dekrit Raja Koresh Agung untuk kaum Yahudi yang dipulangkan kembali ke negaranya (Ezr 1:1-4). Bangsa Yahudi yang pulang kemudian mulai membangun dengan segera sekitar tahun 537 SM dengan mendirikan altar persembahan dan meletakkan batu fondasi untuk bangunan tempat suci (Ezr 3:1-13). Tetapi pekerjaan itu terhenti selama tujuh belas tahun karena tentangan dari orang-orang Samaria (Ezr 4:1-5). Sesudah mendapatkan pengesahan atas hak mereka untuk membangun kembali tempat suci itu, masyarakat Yahudi Yerusalem kembali bekerja dan menyelesaikan pekerjaan pemugaran Bait Allah pada tahun 515 SM. Tidak ada informasi mengenai bentuk dan ukuran-ukuran bangunan baru itu, tetapi jelas tidak semegah Bait Allah Salomo (bdk Ezr 3:12-13; Hag 2:3).

      Bait Allah itu dinistakan oleh Antiokhus IV Epifanes (lihat Seleukus) pada tahun 167 SM (1 Mak 1:54-55; 2 Mak 6:1-6), tetapi disucikan dan dipersembahkan kembali oleh Yudas Makabe pada tahun 164 SM (1 Mak 4:36-59), suatu peristiwa yang dirayakan setelah pesta Dedikasi, atau Hanukah (Yoh 10:22).

 

IV. Bait Allah Herodes

Herodes Agung melakukan pemugaran dan pelebaran monumental kompleks Bait Allah. Pekerjaan itu dimulai tahun 20 SM dan bangunan induk tempat suci, yang sangat mendekati ukuran-ukran Bait Allah Salomo diselesaikan dalam delapan belas bulan. Namun bagian-bagian depan Bait Allah, dengan rangkaian pelataran, beranda berpilar dan dinding-dinding penyangga yang tebal, belum dapat diselesaikan sampai tahun Masehi enampuluhan, hanya beberapa tahun sebelum Bait Allah itu dihancurkan oleh bangsa Roma.

      Bait Allah Herodes gemerlap dengan marmer, batu kapur putih, dan emas. Secara keseluruhan besarnya duakali Bait Allah Salomo. Sejarawan Yahudi Yosephus menyatakan bahwa pelatarannya dibagi menjadi beberapa zona yang berangsur-angsur semakin terbatas orang yang memasukinya (Ant. 15.11.3; B.J. 1.21.1; 5.5.2). Bagian yang paling luar adalah Halaman Umum Untuk Bangsa-bangsa Lain, yang merupakan rung terbuka paling luas dari Bait Allah dan dapat dimasuki siapa saja. Sesudahnya adalah Pelataran Wanita, dan hanya orang Yahudi yang boleh memasukinya (hukuman mati bisa dijatuhkan pada orang bukan Yahudi yang memasuki tempat ini atau tempat lain yang lebih dalam lagi, Kis 21:28-30). Lebih ke dalam lagi adalah Ruang Israel. Hanya laki-laki Yahudi saja yang boleh memasuki tempat ini. Akhirnya terdapat ruang terbuka mengelilingi bangunan tempat suci utama, yaitu Ruang Para Imam, di mana hanya para imam yang bertugas saja yang boleh memasukinya, di mana mereka menjadi pelayan altar kurban persembahan.

      Batas-batas di antara bagian-bagian Bait Allah itu diberi beranda dengan jajaran pilar-pilar besar yang disebut portiko. Di sudut barat laut Bait Allah terdapat Benteng Antonia, yang ditempati tentara Roma. Di sudut tenggara bangunan Bait Allah, berhadapan dengan lereng curam ke arah Lembah Kidron, mungkin disebut bubungan Bait Allah (Mat 4:5).

 

V.  Bait Allah dalam Perjanjian Baru

A.  Injil-injil dan Surat-surat

Hidup Yesus mempunyai kaitan yang erat dengan Bait Allah. Empat puluh hari sesudah kelahiranNya Ia dipersembahkan kepada Allah di Bait Allah (Luk 2:22-38), dan keluarganya secara teratur mengunjungi Bait Allah dalam rangka perayaan-perayaan utama Yahudi (Luk 2:41-51). Yesus melanjutkan kebiasaan mengunjungi Bait Allah ini ketika dewasa dan mungkin ikut serta dalam ibadat-ibadat Bait Allah (Yoh 2:13; 5:1; 7:14; 10:22-23 dsbnya). Seperti orang Yahudi umumnya, Ia juga membayar pajak tahunan untuk Bait Allah (Mat 17:24-27). Rasa hormatNya pada tempat suci itu membuatNya melakukan pembersihan ketika dilihatNya orang-orang menodai kesuian Bait Allah dengan hal-hal profan. Pada suatu ketika, Yesus terbakar oleh cinta yang mendalam itu ketika menyaksikan para pedagang melakukan kegiatan di pelataran Bait Allah (Yoh 2:13-22). Ia mengusir mereka dan menjungkirbalikkan meja-meja mereka karena mereka telah mengubah “Rumah Bapa” menjadi “sarang penyamun” (Yoh 2:16). Di dalam injil-injil sinoptik, kita lihat Yesus menjadi marah karena tindakan semacam perampokan, dan lebih dari itu, mereka membuat para peziarah tak bisa berdoa (Mat 21:12-13; Mrk 11:15-19; Luk 19:45-46).

      Yang menarik, Yesus juga menubuatkan kehancuran Bait Allah. Bait Allah mempunyai tempat khusus dalam riwayat keselamatan Perjanjian Lama, tetapi dengan mulainya Perjanjian Baru melalui  wafat dan kebangkitan Kristus, maka yang lama akan berlalu. Yesus menggambarkan keruntuhan Bait Allah dan berakhirnya ibadat di dalamnya dalam percakapan tentang Akhir Zaman (Mat 24:1-51; Mark 13:1-27; Luk 21:1-38). Ia menubuatkan terjadinya pengepungan dan penghancuran Yerusalem (Luk 21:20) dalam generasi pertama umat Kristen (Mat 24:34). SabdaNya terlaksana pada tahun 70 M ketika legiun tentara Roma mengepung Yerusalem dan akhirnya membakar Bait allah hingga rata dengan tanah.

      Ketika menubuatkan peristiwa ini, Yesus tidak mengatakan bahwa Kekristenan adalah suatu agama tanpa tempat suci. Sebaliknya, Yesus sendirilah Bait Allah yang baru dan jauh lebih besar (Mat 12:6) yang akan runtuh dalam kematian dan kemudian bangun kembali dalam Kebangkitan (Yoh 2:19-21). Pengertian ini ditangkap dan dipahami serta dikembangkan oleh rasul-rasul Petrus dan Paulus. Dalam teologi Paulus, menyatu ke dalam tubuh Kristus berarti menyatu dalam bait kudus di mana Roh Kudus berdiam (1 Kor 3:16-17; 2 Kor 6:16; Ef 2:19-22). Dan apa yang benar dalam Gereja adalah juga benar bagi perorangan Kristen, yang tubuhnya merupakan bait suci bagi kediaman Allah (1 Kor 6:19). Demikianlah Petrus juga memberi gambaran kepada kaum beriman sebagai “batu-batu yang hidup” yang dibangun menjadi suatu bangunan rohani yang berkenan untuk ibadat kepada Allah (1 Ptr 2:5) (KGK 583-586, 593,756, 797-798).

 

B.  Surat Ibrani dan Kitab Wahyu

Surat Ibrani memandang Bait Allah Yerusalem dalam suatu pengertian tipologis sebagai “gambaran atau bayangan dari apa yang ada di surga” (Ibr 8:5). Bait suci surgawi itulah satu-satunya yang benar: “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita” (Ibr 9:24). Tempat kudus surga adalah tempat kudus yang dimasuki Kristus sebagai Imam Agung selamanya menurut Melkisedek (Ibr 6:20). Kaum beriman ikut serta dalam ibadat surgawi ini melalui ibadat sakramental Gereja di dunia (bdk Ibr 10:19; 12:22).

            Kitab Wahyu menempatkan Bait Allah yang sebenarnya di atas Bukit Zion surgawi, Yerusalem Baru (bdk Why 3:12; 14:1; 21:10), tetapi Yerusalem Baru tidak mempunyai suatu Bait Allah arsitektural, “sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu” (Why 21:22). Kota itu sendiri seperti kubus, dengan setiap sisinya berukuran 2500 kilometer dan temboknya lebih dari 63 meter tebalnya. Bentuk Yerusalem baru jelas bagaikan ruang Mahakudus dalam Bait Allah (1 Raj 6:20). Tritunggal Mahakudus dengan demikian merupakan tempat kudus di kota kudus surgawi (Why Bab 21). 

Kamis, 17 November 2022

DAMAI DALAM PERSPEKTIF KITAB SUCI

 


Keselarasan di antara pribadi manusia-manusia dan terutama di antara Allah dan manusia. Damai di dalam Kitab Suci lebih dari tiadanya konflik atau perang: damai menggambarkan keseluruhan, kesejahteraan dan apa yang oleh Santo Agustinus disebut “tata-tenteram” (CivDei 19.13)

       Kata Ibrani untuk dama pada umumnya  -- salom – dipahami mengandung banyak arti. Suatu salam sapaan yang biasa dan mengandung ungkapan harapan akan keadaan yang sebaiknya dan pengharapan yang sebaik-baiknya (bdk Kej 43:27; Kel 4:18). Kata juga mengungkapkan suatu keadaan di mana urusan-urusan diwarnai oleh kedamaian yang diperoleh dari kesepakatan dan perjanjian (bdk Yos 9:15; 1 Raj 5:12). Yang terutama, damai adlah berkat yang tibul dari kehidupan yang setia pada perjanjian dengan Allah (Im 26:3-13). Tuhan menghendaki damai dan sejahtera bagi umatNya (Mzm 35:27).

       Damai adalah karunia Tuhan, maka Israel mengharapkan seorang Mesias yang memulihkan damai (Za 9:9; bdk Yes 2:2-4; 11:1-9; Hag 2:7-9); Mesias disebut Raja Damai (Yes 9:6). Maka, damai sesungguhnya lebih dari semata-mata berakhirnya perselidihan dan perseteruan belaka; damai lebih berhubungan dengan kesejahteraan spiritual. Kaya dan makmur memang baik, tetapi hal itu tidak mendatangkan kedamaikan jika tidak ada keadilan (Yes 48:18; 60:17).

      Dalam Perjanjian Baru istilah untuk damai adalah eirene, yang digunakan sembilan puluh dua kali, terutama dengan pengertian Perjanjian Lama atas salom. Damai disampaikan kepada orang lain sebagai salam (Yoh 20:19) yang menekankan ungkapan ketertiban dan keselarasan (Luk 19:42; 1 Kor 14:33). Tema yang lebih dalam dari Perjanjian |Lama juga hadir, namun diangkat dalam terang Injil: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu” (Yoh 14:27). Kristus merupakan pemenuhan segala harapan Mesianis.

      Damai yang diberikan oleh Yesus adalah Damai di antara Allah dan manusia. Kita didamaikan dengan Allah melalui sengsara dan wafat Kristus (Kol 1:20), sehingga setiap umat Kristen menikmati damai (rm 5:1) dan tidak terganggu oleh pengejaran dunia (Yoh 14:27; 16:33). Umat Kristen harus mengikuti Kristus mengharapkan damai bagi semua orang yang dijumpai (Mat 10:12) sebagaimana Kristus menyalami para murid dengan “Damai bagimu” (Luk 24:36; Yoh 20:21.26). Umat Kristen harus hidup dalam damai satu sama lain (Rm 12:8; Ef 4:3; Ibr 12:14) dan mewartakan Injil kepada dunia dan dengan demikian membawa damai di antara orang-orang, keluarga-keluarga, dan bangsa-bangsa (Mat 5:9; Ibr 12:14; Ef 2:14-18; Yak 3:18), terutama damai di antara orang Yahudi dan Bangsa-bangsa lain (Ef 2:14-16) (KGK 1716, 1829, 1832, 1941, 2302-2317). 

MENENTUKAN PRIORITAS UNTUK MENGENDALIKAN STRES

 


 

Sibuk adalah nama permainan zaman sekarang. Misalnya, orangtua bisa menyebut ratusan daftar aktivitas yang harus mereka lakukan setiap hari hingga tak punya waktu luang lagi. Kan ada pengemudi taksi untuk mengantarkan anak-anak mereka ke tempat olahraga, mengikuti kursus menari, atau ikut les musik. Orangtua juga harus memantau pekerjaan rumah anak-anak mereka dan komitmen mereka pada gereja. Di antara semua kegiatan ekstra kurikuler, orangtua harus punya waktu untuk bekerja menyiapkan makanan, membersihkan rumah, mencuci, menyeterika – di samping itu juga melakukan pekerjaan sosial sebagai relawan, memelihara hubungan dengan keluarga besar, kerabat dan dan handai tolan. Juga waktu untuk tidur. Pada umumnya mereka tertidur karena kelelahan.

            Adalah bijaksana jika kita mau mengingat bahwa setiap orang mendapat jatah waktu yang sama setiap hari (86.400 detik). Tak seorangpun mendapat lebih dari itu, atau kurang dari itu. Namun kita semua dapat memilih, mau menggunakan waktu kita setiap hari itu untuk melakukan apa, sesuai pilihan kita sendiri. Mutu kehidupan kita ditentukan oleh cara kita membuat prioritas penggunaan waktu itu, dan bagaimana kita memanfaatkan waktu.                                                                                                           

            Ada cerita lama tentang tiga orang tukang bangunan rumah yang sedang menyusun batu. Seseorang datang menjumpai mereka dan mengajukan pertanyaan yang sama kepada masing-masing tukang: “Apa yang sedang Anda lakukan?” Tukang yang pertama meludah ke tanah, lalu mendongak memandang orang itu. “Aku sedang menyusun bata untuk tembok. Emangnya aku kelihatan sedang apaan, sih?” Tukang yang kedua melenguh sambil mengangkat alisnya, “Aku cari uang untuk hidup.” Tukang yang ketiga mengangkat mukanya dan matanya berkilat-kilat, katanya, “Aku sedang membangun sebuah katedral!” Menurut Anda, tukang yang mana yang di akhir hari itu akan merasa paling segar? Pandangan siapakah yang paling positif dan menguntungkan?

            Suatu pepatah dari Timur mengajarkan bahwa “pikiran adalah kenyataan.” Sikap dan wawasan kita menentukan apa yang menjadi prioritas dalam hidup kita. Supaya hidup kita seimbang dan utuh, kita harus mampu mengambil keputusan dalam pemanfaatan waktu dan menentukan apa yang penting untuk dilakukan. Kita tidak dapat menikmati kebersamaan dengan seorang teman jika kita merasa koyak moyak, karena perhatian kita terpecah-pecah ditarik ke segala arah. Kita tidak akan dapat melihat berkat dan karunia yang ada di hadapan kita jika kita memandang jauh ke seberang lain dan memikirkan krisis apa yang bakal kita hadapi di depan sana nanti. Kita juga tidak bisa melihat “katedral” jika kita hanya memusatkan perhatian pada “bata” dan “upah uang” saja.                                                                                                                             

            Kita perlu bertanya lebih dulu, bagi kita “Apa yang benar-benar penting?” Hidup kita niscaya kita jalani dengan cara yang berbeda jika kita sering-sering mengolah pertanyaan ini. Mungkin kita akan memilih untuk bermain layang-layang dengan anak kita daripada bekerja lembur; memilih pergi ke bioskop dengan seorang teman, atau duduk di teras belakang dan menikmati cuaca yang indah, atau menengok wajah Tuhan pada bayi yang baru dilahirkan; mungkin kita memilih untuk merasakan berkat dari orang yang lebih tua, ketika kita duduk menemani dan bersedia mendengarkan cerita kebanggaannya dikisahkan berulang kali.                                                                

            Ada cerita tentang seorang perempuan yang sangat ingin tahu surga itu seperti apa. Ia terus menerus berdoa demi rasa ingin tahunya itu. Pada suatu malam ia bermimpi. Dalam mimpinya itu seorang malaikat datang dan membawanya pergi. Mereka sampai di suatu jalan dan di sana ada bangunan rumah yang tampaknya biasa saja. Malaikat itu berkata, “Pergi dan lihatlah dalamnya.”                                                          

            Maka pergilah perempuan itu ke dalam rumah yang ditunjukkan itu. Di sana ia melihat seorang wanita lain sedang mempersiapkan makan malam. Ada seorang lelaki sedang membaca surat kabar. Di dekatnya, anak-anak sedang bermain-main. Perempuan itu kembali menjumpai malaikat yang membawanya ke situ dan bertanya, “Apakah surga hanya seperti itu?”                                                                                                               

            Malaikat itu menjawab, “Orang-orang yang kamu lihat di rumah itu bukan di surga. Tetapi surgalah yang ada di dalam diri mereka.”                                            

            Pada akhir hidup kita nanti, apakah kita masih peduli dengan seluruh jam kerja kita, semua kepanitiaan di mana kita menjadi salah seorang anggotanya, atau bahkan semua uang yang telah berhasil kita kumpulkan? Ataukah kita lebih berharap agar punya lebih banyak waktu untuk tertawa, bicara dengan orang yang kita sayangi, bersantai, mengisi hati dan jiwa kita dengan kenangan-kenangan yang diberikan oleh kehidupan? Kukira kita semua akan memilih yang terakhir.                                                                  

            Jika kita dapat menentukan apa yang menjadi prioritas untuk hari-hari kita dan memfokuskan upaya kita untuk hal-hal yang penting itu, kita niscaya dapat menikmati kehidupan ini dan mengurangi stres yang kita tanggung. Kita tak perlu merasa bersalah karena meluangkan lebih banyak waktu kita bersama dengan orang-orang yang kita sayangi dan memanfaatkan waktu itu untuk melakukan hal-hal yang sungguh-sungguh kita sukai, semata-mata karena kita senang melakukannya.                                               

            Belajar santai di masa ini memang bukan sesuatu yang diajarkan oleh kebudayaan modern yang serba sibuk. Mereka bilang, jangan kasih kendor. Sulit sekali untuk mengendorkan kegiatan kita. Maka kita perlu berlatih membuat prioritas, memisahkan apa yang penting dari hal yang tidak penting. Sedikit santai dan menentukan prioritas niscaya mengurangi stres dalam kehidupan kita, karena jika kita terampil melakukannya, maka kita punya cukup waktu untuk mendapatkan surga yang ada dalam diri kita sekarang juga.                                    

                                                                                                                                            

Tentukan Prioritas

·        Jika Anda tinggal punya waktu untuk hidup enam bulan lagi, apakah yang akan Anda lakukan dengan waktu Anda itu? Tuliskanlah gagasan Anda dalam sebuah buku harian, misalnya:                                                                                                             

-        Dengan siapa Anda hendak meluangkan lebih banyak waktu?                               

-        Apa saja yang akan sungguh-sungguh Anda lakukan?                                           

-        Bagian hidup Anda yang manakah yang Anda anggap sangat penting?

·        Tuliskan tiga hal Anda anggap paling penting:                     

-        Berilah nomor urutannya, apakah yang ke-1, yang ke-2, atau yang ke-3.

-        Seandainya seseorang memeriksa jadwal kesibukan Anda sehari-hari, kira-kira bagaimanakah nilai-nilai kepentingan itu nyatanya tampak digambarkan oleh cara Anda menggunakan waktu?

·        Buatlah daftar impian yang hendak Anda capai dalam hidup Anda. Di belakang setiap pernyataan impian Anda itu tulislah apa yang akan Anda lakukan untuk mewujudkan impian itu. Bersikaplah realistis. Mungkin sesuatu memerlukan waktu pelaksanaan lebih dari sehari atau seminggu.                                                                                    

·        Ambillah kalender Anda dan tandailah sekurang-kurangnya dua tanggal setiap bulan yang akan Anda manfaatkan untuk diri Anda sendiri (misalnya untuk pergi nonton bioskop atau makan di restoran atau minum di warung kopi).

·        Buatlah ketentuan kebijakan sehubungan dengan hal-hal yang penting dan tanggal pilihan Anda. Ingatlah jawaban-jawaban pribadi Anda untuk tiga latihan yang terdahulu di atas – yaitu tentang apa yang akan Anda lakukan jika Anda tinggal punya waktu setahun untuk hidup, tiga hal yang bernilai penting bagi Anda, dan daftar impian Anda – lalu tentukanlah kebijakan sehubungan dengan hal/tindakan yang biasanya mengganggu Anda dalam mengikuti prioritas Anda. Misalnya : Nilai – meluangkan waktu akhir pekan dengan pasanganku dan anak-anak. Kebijakan : Aku tidak akan memeriksa e-mail kantor/bisnis pada akhir pekan, atau tidak akan melakukan pekerjaan kantor/bisnis setiap hari Minggu. Membuat kebijakan seperti itu seperti membuat pagar yang membatasi beberapa tindakan tertentu, supaya Anda dapat mencapai prioritas Anda, termasuk mimpi-mimpi Anda.

·        Sekarang bangunlah dan lakukan sesuatu yang dianggap sama sekali “tidak berguna”, tetapi sesuai dengan Nilai-nilai dan Prioritas Anda, misalnya merangkul orang yang Anda sayangi, mendengarkan CD musik kesayangan Anda, membuat kue, bermain bola basket dengan anak Anda, berjalan-jalan sambil bersiul-siul atau bersenandung mengelilingi kawasan tempat tinggal Anda, atau menanam bunga, atau membuat mainan.                                                                                                                           

·        Salah satu cara membuat jalur prioritas Anda tetap terpelihara adalah membuat catatan harian. Dalam bukunya, Life’s Companion, Christina Baldwin menyatakan bahwa “Menulis terus menerus mengungkapkan agenda pikiran Anda di balik hal-hal yang tampak.” Metode ini khususnya sangat berguna dalam menyalurkan hal-hal yang membuat stres, dan bila kita sudah selesai melakukannya, hasilnya menyadarkan kita, apakah tindakan kita hari ini masih terarah pada tujuan hidup kita. Petunjuk: Ambillah bulpen dan mulailah menulis apa saja pada selembar kertas. Mungkin Anda dapat menulis tentang apa saja yang terjadi selama hari itu. Tulislah tentang seseorang yang Anda jumpai. Tetapi jangan ambil peduli tentang bagaimana susunan gagasan Anda, biarkan saja pikiran Anda mengalir, tercurah keluar dulu. Biarlah bulpen Anda bergerak terus. Jika macet, tulislah nama barang-barang yang ada dalam ruangan Anda, terus dan terus. Jika Anda merasa sudah menuliskan semuanya, berhentilah. Perhatikan perasaan Anda mengenai kesesuaian hari itu dengan prioritas yang telah Anda tetapkan.