Pada Hari Minggu dalam Pekan Biasa XXV-XXVI Tahun C kepada kita disajikan bacaan dari Kitab Nabi Amos. Tiga hari pertama Pekan Biasa XXV Tahun C juga disajikan bacaan dari Amos. Kita segarkan ingatan kita mengenai Kitab Amos.
Kitab Amos
merupakan suatu himpunan nubuat yang diduga berasal dari seorang nabi abad ke
delapan SM, dari Yehuda; yang ketiga dari antara kedua belas nabi-nabi kecil.
Amos, nabi itu, berasal dari kawasan sebelah selatan kerajaan Yehuda, tetapi
nubuat-nubuatnya ditujukan kepada kerajaan utara, Israel.
I. Penulis dan saat penulisan
Amos adalah
seorang gembala dari Tekoa di Yehuda (Am 1:1), dan seorang “pemungut buah ara
hutan” (Am 7:14). Latar belakangnya menunjukkan bahwa dia bukan seorang nabi
profesional, tetapi ia menyampaikan
nubuat-nubuatnya atas perintah ilahi. Ia hidup pada masa Raja Uzia dan
Yeroboam II dari Israel di suatu masa yang relatif damai dan makmur.
Nubuat-nubuatnya berasal dari pertengahan abad ke delapan SM sebelum runtuhnya
kerajaan utara. Selain dari apa yang terdapat di dalam buku Amos, tidak ada rujukan
yang diketahui mengenai nabi ini dalam kitab lain.
Secara tradisional, buku Amos
dianggap berasal dari Nabi Amos sendiri. Para ahli umumnya sudah mencapai
konsensus dalam hal ini, sekalipun banyak ahli abad keduapuluh melihat ada
unsur-unsur pokok yang tua dari nubuat Amos disisipkan dan ditambahkan oleh
para editor yang lebih kemudian (sebagian sebelum masa Pembuangan, sebagian
sesudahnya). Para ahli yang lebih mutakhir menyatakan penghargaannya atas buku
itu, bukan karena soal bahan yang asli dan bahan tambahan di dalamnya, tetapi
sebagai suatu keutuhan sastrawi. Sebagian ada yang menyatakan bahwa buku itu
memancarkan kejeniusan Amos sendiri, ditulis pada abad kedelapan SM oleh sang
nabi atau salah seorang dari rekan sezamannya.
1. Pengantar (1:1)
2. Hukuman (1:2 – 2:16): Amos menyatakan hukuman atas tetangga-tetangga
Israel,Israel sendiri dan Yehuda. Nubuat-nubuat mengecam Damaskus (1:3-5), Gaza
(1:6-7), Tirus (1:9-10), Edom (1:11-20), Amon (1:13-15), Moab (2:1-3), Yehuda
(2:4-5)dan Samaria (2:6-16). Hukuman atas Yehuda dan Israel adalah karena
mereka melanggar hukum ilahi (2:4, 11-12).
3. Wacana (3:1—6:14): serangkaian
wacana atau pidato, masing-masing dimulai dengan perkataan “Dengarlah firman
ini” (3:1; 4:1; 5;1). Maksudnya adalah mengeluhkan kesalahan dan dosa-dosa yang
dibuat Israel dan penderitaan yang tak pelak lagi akan menjadi konsekuensinya.
Bagian ini berisi gambaran yang suram tentang Hari Tuhan, dengan diajukannya
pertanyaan, “Bukankah hari Tuhan itu kegelapan, dan bukan terang, kelam kabut
dan tidak bercahaya?”
4. Visiun/Penglihatan (7:1 – 9:10): Ada
lima visiun atau penglihatan mengenai hukuman, masing-masing dengan sebuah
simbol – belalang (7:1-3), api (7:4-6), tali sipat (7:7-9), buah-buahan musim kemarau (8:1-14),
dan suatu altar di samping atau di mana Yahweh berada, diikuti dengan ancaman
kehancuran total atas Israel (9:1-10).
5. Kesimpulan (9:11-15): menggambarkan
pemulihan Kerajaan Daud.
Kitab Amos
mungkin merupakan tulisan profetis pertama dalam Kitab Suci, dan yang pertama
juga menyampaikan ramalan berakhirnya
kerajaan utara dari Israel. Gayanya lugas dan langsung mengenai sasaran, tetapi
irama poetisnya amat kuat dan kiasan-kiasannya penuh warna dan menyolok.
Amos berbicara menentang korupsi
atas barang milik dan penyelewengan keadilan yang akan mendatangkan Hari Tuhan.
Amoslah yang pertama kali menggunakan ungkapan “Hari Tuhan” itu, menandakan
suatu masa yang sungguh-sungguh gelap akibat kekalahan dan penderitaan
(5:18-20). Ancamannya sudah muncul: Asyur akan segera menyerang (sekitar tahun
734 SM), membawa penderitaan besar kepada Israel.
Amos menyatakan kuasa dan
keadilan Tuhan yang universal. Tuhan dengan adil menghakimi semua bangsa dan
menentukan nasib mereka (1:3-2:3; 2:9; 6:14; 9:7); terutama sekali, Ia
mengadili mereka jika hukum moral dilanggar. Pesan ini ditujukan terutama
kepada kerajaan utara dn ibukotanya, Samaria, yang hidupnya selalu dalam
kepalsuan agama. Karena Samaria gagal setia kepada Allah dan gagal melaksanakan
kewajiban perjanjian, maka hukuman ilahi akan ditimpakan pada mereka (3:2).
Pendeknya, status bangsa Israel sebagai bangsa terpilih tidak mengurangi atau
meniadakan kewajiban-kewajiban moral bangsa itu, sebaliknya menjadi bangsa
pilihan juga mengemban tuntutan yang lebih besar. Selain itu ibadat tanpa sikap
yang benar adalah kekejian dan Tuhan sudah berdiri di altarNya untuk
menjatuhkan hukuman (9:1-4).
Tetapi nubuat itu bukan hanya
pesan kekelaman. Kitab Amos berakhir dengan suatu catatan yang sarat harapan:
Amos adalah yang pertama yang mengajar bahwa mereka yang setia akan luput dari
bencana (3:12). Akan datang suatu masa yang lebih baik, suatu masa harapan,
ketika Kerajaan Daud akan dipulihkan (9:11-15).
Bambang Kussriyanto
Sumber: Scott Hahn, Catholic Bible Dictionary, Double Day, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar