TEKNOLOGI SATELIT YANG SEDANG BERJAYA
Bambang Kussriyanto
Saya sedang merenungkan gambar prinskrin yang saya ambil dari data statistik Blog Ikafite - Kajian & Pemikiran yang baru saya buat Kamis, 15 September 2022 pkl 18.30 WIB di atas itu. Data ini menerangkan jumlah Tamu Pengunjung Blog Ikafite - Kajian & Pemikiran yang saya luncurkan tgl. 9 September yang lalu, namun praktis baru aktif hari Selasa, 13 September ketika saya memposting dua artikel.
Gambar prinskrin di atas melukiskan asal negara Tamu Pengunjung Blog ini. Saya takjub karena saya mendapatkan gambaran data yang progresif berubah setiap waktu hampir seketika. Bagaimana data itu ditangkap, diolah dan disajikan real-time oleh teknologi. Saya jadi takjub pada kemampuan manusia yang menciptakan dan mengoperasikan teknologi secanggih ini.
Tulisan yang saya ketik dengan dua jari menggunakan laptop jadul dan kemudian saya posting di sini ternyata dengan cepat diterbitkan, dikunjungi dan dibaca dengan segera oleh banyak orang. Semoga bermanfaat. Yang mengherankan saya, para Tamu Pengunjung berasal dari banyak tempat di Indonesia yang adalah mayoritas (260). Tetapi yang lebih mengherankan saya adalah bahwa Tamu Pengunjung dari mancanegara juga mengakses tulisan saya dari empat benua, Amerika (20), Eropa (3), Asia Timur (1) dan Australia (3). Karena media ini menggunakan Bahasa Indonesia, saya mengira Tamu Pengunjung adalah teman-teman saya yang warga Indonesia dalam diaspora di seluruh dunia.
Bagaimana semua ini terjadi?
Saya tidak begitu paham tentang teknologi internet. Namun pernah saya baca, teknologi internet sekarang semakin maju berkat perkembangan teknologi luar angkasa yang membuat dan mengorbitkan satelit komunikasi.
Sejak dari yang pertama hingga sekarang konon sudah 13.000 satelit diluncurkan mengorbit di angkasa kita. Dari jumlah itu yang sekarang bekerja 3.500 satelit. Generasi satelit pertama besarnya kira-kira sama dengan mobil. Biaya peluncurannya antara AS$ 500 juta hingga AS$ 1 milyar. Tetapi ukuran satelit sekarang hanya sebesar kotak sepatu dan biaya peluncurannya sekitar AS$ 1000. Artinya akan lebih banyak orang mampu meluncurkan satelitnya sendiri dan membangun anjungan digital di langit. Bisnis industri satelit memperkirakan pada tahun-tahun berikut nanti akan ada puluhan bahkan ratusan ribu satelit mengorbit di langit untuk berbagai keperluan.
Satelit-satelit itu mengumpulkan data semua, segala macam kejadian bumi menurut spesifikasi tertentu dari orbitnya di langit, dan memasukkan data itu dalam unit-unit pengolahan data di bumi secara seketika untuk menjadi informasi yang bermakna bagi penggunanya.
Di masa pandemi, ketika virus Covid19 menyebar dan menular dengan cepat, satelit-satelit komunikasi dan internet menjadi jembatan konektivitas yang melayani kita melakukan ibadat doa-doa bersama secara virtual di rumah masing-masing entah menggunakan hape, entah laptop, meretas jarak. Kita bisa melakukan pekerjaan di rumah sementara kantor-kantor ditutup untuk menghindari penularan virus.
Namun imajinasi saya tidak mampu menggambarkan situasi ketika nanti ratusan ribu satelit berukuran kotak sepatu seperti awan memenuhi langit dengan semua kemampuannya menangkap data semua kejadian di bumi. Siapa yang akan mengatur satelit-satelit itu di angkasa? Bisakah anda memberi pencerahan pada saya dan banyak orang lain yang gagap teknologi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar