Bambang Kussriyanto
Inflasi
Saat ini dunia memerhatikan laju inflasi yang
mencemaskan. Dalam enam bulan terakhir, inflasi meningkat melampaui harapan
dari Desember 2021. Di banyak negara laju kenyataan inflasi melejit dua-kali
dari laju yang diperkirakan. Terutama di negara-negara Eropa. Di Lithuania angka
inflasi tahunan mencapai 15.5 %, lima kali dari angka perkiraan. Polandia 11%,
Inggris, Belanda dan Belgia 9%; Jerman 8%; Irlandia, Swedia, Italia, Portugal
6.5%, Denmark, Prancis, Norwegia 5.5%, Switzerland 3% merupakan kekecualian. AS
8%. Kanada 6%. Australia 5%. Situasi Asia sedikit lebih baik dengan India sekitar
7% sebagai angka tertinggi, Korea Selatan 5%, Indonesia diperkirakan 3.9%. Kenaikan
harga-harga belakangan ini memberikan gambaran yang kurang baik untuk pertumbuhan
ekonomi masa depan. Sekalipun Indonesia diperkirakan punya kekuatan untuk
pertumbuhan ekonomi, namun ancaman inflasi akan memotong tingkat pertumbuhan
itu dan menyisakan angka pertumbuhan netto yang tidak seberapa, sekitar 1%. Dari
perkiraan itu di masa depan Indonesia diperkirakan masih dapat mencapai
pertumbuhan ekonomi positif sementara sebagian besar G20 dan negara-negara lain
negatif. Inflasi mengurangi daya beli perorangan dan keluarga.
Menanggapi laju peningkatan
inflasi, bank sentral di seluruh dunia meningkatkan suku-bunga kredit dengan
maksud mengerem pembelanjaan terutama pada sektor yang ditengarai menyumbang
signifikan laju inflasi: perumahan, pertanian pangan (khususnya pupuk) dan
energi. Namun peningkatan suku bunga kredit itu masih tetap tidak seimbang
dengan laju peningkatan inflasi. Peningkatan suku bunga pinjaman bank-bank
sentral dalam bentang antara 0.5% - 5%, dengan Argentina sebagai kekecualian
14%.
Inflasi di Indonesia dalam 5 tahun terakhir adalah 3.61% (2017), 3.13% (2018), 2.72% (2019), 1.68% (2020) dan 1.87% (2021). Suku bunga kredit Bank Indonesia dari 2019 rata-rata cenderung turun dari 6% menjadi 3.50% hingga 2021. Namun pada tahun 2022 telah naik dua kali dan kini bertengger pada 4.25%. Tentu saja suku bunga pada bank-bank umum berada di atas suku bunga rata-rata Bank Indonesia. Presiden Jokowi tetap optimis menyikapi kecenderungan kondisi inflasi dunia, dengan tetap berpegang pada sikap hati-hati.
Dengan mempertimbangkan
pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan
menaikkan suku bunga acuan BI (BI Rate) apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuan BI apabila inflasi
ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
Respon kebijakan moneter
dinyatakan dalam perubahan suku bunga acuan BI (secara konsisten dan bertahap dalam
kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank
Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan suku bunga BI dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar