Daftar Blog Saya

Sabtu, 12 November 2022

RUMAH UNTUK SEMUA TERMASUK KORBAN DISKRIMINASI GENDER

 


Pada bulan Agustus yang lalu Paus Fransiskus mengunjungi salah satu paroki di Roma yang membuka rumah singgah bagi para korban ideologi dan diskriminasi gender. Karena meneruskan kasih Kristus, Gereja Katolik membuka pelayanan merawat orang sakit, memberi tumpangan pada perempuan yang hamil dalam krisis, para pengungsi, orang miskin, dan orang-orang yang terpinggirkan termasuk para transgender yang dipersimpangan identitas. Kendati ada debat seru tentang para transgender ini pelayanan inklusif yang terbuka menerima siapa saja yang luka dan menderita didasarkan pada keyakinan bahwa semua manusia adalah ciptaan Allah dan dikasihi oleh Allah, dan cinta Allah tidak membeda-bedakan, Gereja melayani dan menjaga martabat manusia tanpa meninggalkan seorangpun, tanpa diskriminasi.

Kendati Paus Fransiskus menegaskan ajaran Gereja tentang jenis kelamin dan perkawinan, namun ia menunjukkan kebaikan hati kepada orang yang hidupnya berbenturan dengan ajaran ini. Bukan sesuatu yang luar biasa. Sebab itulah amanat Kristus: kasihilah sesamamu dan ajarilah mereka kebenaran.

Ketika dunia dilanda krisis AIDS, Gereja Katolik adalah jejaring terbesar di dunia untuk perawatan penderita AIDS. Orang sakit memerlukan perawatan. Orang yang tak punya rumah memerlukan tumpangan. Mereka yang terbuang perlu tahu bahwa mereka dikasihi. Demi mengungkapkan kasih Kristus itulah Gereja Katolik menyelenggarakan banyak lembaga pelayanan. Bahkan menjadi pemberi pelayanan terbesar di dunia.

Berkenaan dengan ajaran Gereja tentang jenis kelamin dan perkawinan, dasarnya adalah iman dan akal budi. Di sekitar kita, kita menjadi saksi bagaimana hasrat seksual menghasilkan banyak penderitaan jika dilepaskan dari cinta yang benar. Moralitas memberi kisi-kisi untuk melindungi manusia dari kehancuran dan membimbing kepada situasi yang lebih baik.

Diskursus publik tentang LGBT adalah panggilan untuk penghormatan atas hak-hak asasi dan martabat manusia. Di dalamnya makna tubuh dan seksualitas yang saling melengkapi dan terbuka pada keturunan menurut iman kepada Tuhan dan logika manusia tetap perlu ditegaskan. Sedang teladan kasih Kristus mengarahkan pelayanan kasih yang terbuka kepada siapa, terutama kepada mereka yang secara sosial terluka dan terpinggirkan.

Jumat, 11 November 2022

PANGGILAN UMUM KEPADA KEKUDUSAN (LUMEN GENTIUM 39-42)

 


39. (Prakata) 

Kita mengimani bahwa Gereja, yang misterinya diuraikan oleh Konsili suci, tidak dapat kehilangan kesuciannya. Sebab Kristus, Putera Allah, yang bersama Bapa dan Roh dipuji bahwa "hanya Dialah Kudus" (Misal Romawi, "Kemuliaan kepada Allah di surga". Lih. Luk. 1:35; Mrk. 1:24; Luk. 4:34; Yoh. 6:69: "Yang Kudus dari Allah"; Kis. 3:14; 4:27 dan 30; Ibr. 7:26; 1Yoh. 2:20; Why. 3:7.) , mengasihi Gereja sebagai mempelai-Nya. Kristus menyerahkan diri baginya, untuk menguduskannya (lih. Ef 5:25- 26), dan menyatukannya dengan diri-Nya sebagai tubuh-Nya. Ia melimpahinya dengan karunia Roh Kudus, demi kemuliaan Allah. Maka dalam Gereja semua anggota, entah termasuk Hirarki entah digembalakan olehnya, dipanggil untuk kesucian, menurut amanat Rasul: "Sebab inilah kehendak Allah: pengudusanmu" (1Tes 4:3; lih. Ef 1:4). Adapun kesucian Gereja itu tiada hentinya tampil dan harus nampak pada buah-buah rahmat, yang dihasilkan oleh Roh dalam kaum beriman. Kekudusan itu dengan aneka cara terungkapkan pada masing-masing orang, yang dalam corak hidupnya menuju kesempurnaan cintakasih dengan memberi teladan baik kepada sesama. Secara khas pula nampak dalam penghayatan nasihat-nasihat, yang lazim disebut “nasihat Injil”. Penghayatan nasihat-nasihat itu atas dorongan Roh Kudus ditempuh oleh banyak orang kristiani, entah secara perorangan, entah dalam corak atau status hidup yang disahkan oleh Gereja, serta menyajikan dan harus menyajikan di dunia ini kesaksian dan teladan yang ulung tentang kesucian itu.  



40. (Panggilan umum kepada kesucian) 

Tuhan Yesuslah Guru dan Teladan ilahi segala kesempurnaan. Dengan kesucian hidup, yang dikerjakan dan dipenuhi-Nya sendiri, Ia mewartakan kepada semua dan masing-masing murid-Nya, bagaimana pun juga corak hidup mereka: “Kamu harus sempurna, seperti Bapamu yang di surga sempurna adanya” (Mat. 5:48) (Lih. ORIGENES, Komentar pada Rom. 7:7: PG 14,1122B. Pseudo. MAKARIUS, Tentang Doa 11: PG 34,861AB. S. TOMAS, Summa The-ol. II-II, soal 184, art. 3). Sebab kepada semua diutus-Nya Roh Kudus, untuk menggerakkan mereka dari dalam, supaya mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap tenaga mereka (lih. Mrk. 12:30), dan saling mencintai seperti Kristus telah mencintai mereka (lih. Yoh. 13:34; 15:12). Para pengikut Kristus dipanggil oleh Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka, melainkan berdasarkan rencana dan rahmatNya. Mereka dibenarkan dalam Tuhan Yesus, dan dalam baptis iman sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut-serta dalam kodrat ilahi, maka sungguh menjadi suci. Maka dengan bantuan Allah mereka wajib mempertahankan dan mengembangkan dalam hidup mereka kesucian yang telah mereka terima. Oleh Rasul mereka dinasihati, supaya hidup “sebagaimana layak bagi orang-orang kudus” (Ef. 5:3); supaya “sebagai kaum pilihan Allah, sebagai orang-orang kudus yang tercinta, mengenakan sikap belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran” (Kol. 3:12); dan supaya menghasilkan buah-buah Roh yang membawa kepada kesucian (lih. Gal. 5:22; Rom. 6:22). Akan tetapi karena dalam banyak hal kita semua bersalah (lih. Yak. 3:2), kita terus-menerus membutuhkan belaskasihan Allah dan wajib berdoa setiap hari: “Dan ampunilah kesalahan kami” (Mat. 6:12) (Lih. S. AGUSTINUS, Penarikan kembali, II, 18: PL 32,637 dsl. PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis, 29 Juni 1943: AAS 35 (1943) hlm. 225). Jadi, bagi semua jelaslah, bahwa semua orang kristiani, bagaimanapun juga status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan cinta kasih (Lih. PIUS XI, Ensiklik Rerum Omnium, 26 Januari 1923: AAS 15 (1923) hlm. 50 dan 59-60. Ensiklik Casti Connubii, 31 Desember 1930: AAS 22 (1930) hlm. 548. PIUS XII, Konstitusi apostolis Provida Mater, 2 Februari 1947: AAS 39 (1947) hlm. 117. Amanat Annus sacer, 8 Desember 1950: AAS 43 (1951) hlm. 27-28. Amanat Nel darvi, 1 Juli 1956: AAS 48 (1956) hlm. 574 dsl). Dengan kesucian itu juga dalam masyarakat di dunia ini cara hidup menjadi lebih manusiawi. Untuk memperoleh kesempurnaan itu, hendaklah kaum beriman mengerahkan tenaga yang mereka terima menurut ukuran yang dikaruniakan oleh Kristus, supaya dengan mengikuti jejak-Nya dan menyerupai citra-Nya, dengan melaksanakan kehendak Bapa dalam segalanya, mereka dengan segenap jiwa membaktikan diri kepada kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama. Begitulah kesucian Umat Allah akan bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah, seperti dalam sejarah Gereja telah terbukti dengan cemerlang melalui hidup sekian banyak orang kudus. 


41. (Bentuk pelaksanaan kesucian) 

Dalam aneka bentuk kehidupan serta tugas satu kesucian yang sama diamalkan oleh semua, yang digerakkan oleh Roh Allah, dan yang dengan mematuhi suara Bapa serta bersujud kepada Allah Bapa dalam roh dan kebenaran, mengikuti Kristus yang miskin, rendah hati dan memanggul salib-Nya, agar mereka pantas ikut menikmati kemuliaan-Nya. Adapun masing-masing menurut karunia dan tugasnya sendiri wajib melangkah tanpa ragu-ragu menempuh jalan iman yang hidup, yang membangkitkan harapan dan mewujudkan diri melalui cinta kasih.  

Terutama para Gembala kawanan Kristuslah yang wajib menjalankan pelayanan mereka dengan suci dan gembira, dengan rendah hati dan tegas, menurut citra Imam Agung dan Abadi, Gembala dan Pengawas jiwa kita. Dengan demikian pelayanan yang mereka lakukan juga bagi mereka sendiri akan menjadi upaya penyucian yang ulung. Mereka dipilih untuk mengemban kepenuhan imamat, dan dikaruniai rahmat sakramental, supaya dengan berdoa, mempersembahkan korban dan mewartakan sabda, melalui segala macam perhatian dan pengabdian Uskup, melaksanakan tugas sempurna cinta kasih kegembalaan (Lih. S. TOMAS, Summa Theol. II-II, soal 184, art. 5 dan 6. Tentang kesempurnaan hidup rohani, bab 18. ORIGENES, Tentang Yesaya, Homili 6,1: PG 13,239), dan supaya jangan takut menyerahkan jiwa demi domba-domba, dan dengan menjadi teladan bagi kawanan (lih. 1Ptr. 5:3), lagi pula dengan contohnya memajukan Gereja menuju tingkat kesucian yang kian hari makin tinggi. 



Hendaklah para imam, serupa dengan para Uskup yang mempunyai mereka sebagai mahkota rohani (Lih. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Magnesia 13,1: terb. FUNK, I, hlm. 241.) , dan dengan ikut-serta mengemban rahmat tugas para Uskup, melalui Kristus satu-satunya Pengantara abadi, dengan menunaikan tugas harian mereka, berkembang dalam cinta kasih akan Allah dan sesama. Hendaklah mereka melayani ikatan persekutuan para imam, melimpah dalam segala kebaikan rohani, dan memberi kesaksian hidup tentang Allah kepada semua orang (Lih. S. PIUS X, Amanat Haerent animo, 4 Agustus 1908: ASS 41 (1908) hlm. 560 dsl. Kitab Hukum Kanonik (lama) kanon 124. PIUS XI, Ensiklik Ad catholici sacerdotii, 20 Desember 1935: AAS 28 (1936) hlm. 22 dsl). Semoga mereka meneladan para imam, yang dalam peredaran masa meninggalkan contoh kesucian yang gemilang, dengan pengabdian mereka yang sering amat  sederhana dan tersembunyi. Pujian terhadap mereka menggema dalam Gereja Allah. Hendaklah mereka berdasarkan jabatan berdoa dan mempersembahkan korban bagi jemaat mereka dan segenap Umat Allah, menyadari apa yang mereka jalankan dan berusaha menghayati apa yang mereka lakukan (Tata-laksana Tahbisan Imam, dalam kotbah pada awal upacara).  Jangan hendaknya mereka dihambat oleh kesibukan-kesibukan, bahaya-bahaya dan kesukaran-kesukaran dalam kerasulan, melainkan hendaklah justru karena itu semua mereka mencapai taraf kesucian yang lebih tinggi; sebab mereka menguatkan serta memupuk kegiatan mereka dengan kelimpahan hasil kontemplasi, sehingga menggembirakan seluruh Gereja Allah. Hendaklah semua imam, dan terutama mereka yang karena alasan khas tahbisan mereka disebut imam diosesan (projo), mengingat, betapa pentingnya bagi kesucian mereka hubungan yang setia dan kerjasama yang ikhlas dengan Uskup mereka. 

Dalam perutusan dan rahmat Imam tertinggi secara khusus ikut serta pula para pelayan tingkat lebih rendah, terutama para Diakon, yang melayani misteri-misteri Kristus dan Gereja (Lih. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Tralles 2,3: terb. FUNK, I, hlm. 244), dan karena itu wajib mempertahankan kemurniannya dari segala cacat dan berkenan kepada Allah, serta menyediakan segala macam kebaikan di hadapan orang-orang (lih. 1Tim. 3:8-10 dan 12-13). Para rohaniwan, yang dipanggil oleh Tuhan dan dikhususkan bagi-Nya, menyiapkan diri untuk tugas-tugas pelayanan di bawah pengawasan para Gembala. Mereka wajib menyesuaikan budi dan hati mereka dengan pilihan seluhur itu, bertekun dalam doa, berkobar cinta kasihnya, mencita-citakan apa saja yang benar, adil dan pantas dipuji, dan menjalankan segalanya demi kemuliaan dan keluhuran Allah. Menyusul para awam yang terpilih oleh Allah, dan – untuk membaktikan diri sepenuhnya kepada karya kerasulan –  dipanggil oleh Uskup, serta bekerja di ladang Tuhan dengan menghasilkan banyak buah ( PIUS XII, Amanat Sous la maternelle protection, 9 Desember 1957: AAS 50 (1958) hlm. 36). 



Para suami-isteri dan orang tua kristiani wajib, menurut cara hidup mereka, dengan cinta yang setia seumur hidup saling mendukung dalam rahmat, dan meresapkan ajaran kristiani maupun keutamaan-keutamaan Injil di hati keturunan, yang penuh kasih mereka terima dari Allah. Sebab dengan demikian mereka memberi teladan cinta kasih yang tak kenal lelah dan penuh kerelaan kepada semua orang, memberi contoh kepada persaudaraan kasih, dan menjadi saksi serta pendukung kesuburan Bunda Gereja. Mereka menjadi tanda pun sekaligus ikut serta dalam cinta kasih Kristus terhadap Mempelai-Nya, sehingga Ia menyerahkan Diri untuknya (PIUS XI, Ensiklik Casti Connubii, 31 Desember 1930: AAS 22 (1930) hlm. 548 dsl. Lih. S. YOH KRISOSTOMUS, Tentang Ef, Homili 20,2: PG 62,136 dsl.) Teladan serupa disajikan dengan cara lain oleh para janda dan mereka yang tidak menikah, yang juga dapat menyumbang banyak sekali bagi kesucian dan kegiatan Gereja. Adapun mereka yang sering menanggung beban kerja berat hendaknya menyempurnakan diri melalui pekerjaan manusia, membantu sesama warga, dan mengangkat segenap masyarakat serta alam tercipta kepada keadaan yang lebih baik. Selain itu hendaklah mereka dengan cinta kasih yang aktif meneladan Kristus, yang dulu menjalankan pekerjaan tangan, dan selalu berkarya bersama Bapa demi keselamatan semua orang. Hendaklah mereka berharap dan gembira, saling menanggung beban, dan melalui pekerjaan mereka sehari-hari mencapai kesucian yang lebih tinggi dan bersifat apostolis.  

Khususnya, hendaklah mereka yang ditimpa oleh kemiskinan, kelemahan, penyakit dan pelbagai kesukaran, atau menanggung penganiayaan demi kebenaran – merekalah, yang dalam Injil dinyatakan bahagia oleh Tuhan, dan yang “Allah, sumber segala rahmat, yang dalam Kristus Yesus telah memanggil kita ke dalam kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan dan mengokohkan, sesudah mereka menderita seketika lamanya” (1Ptr. 5:10), – hendaklah mereka semua mengetahui, bahwa mereka dipersatukan dengan Kristus yang menderita sengsara demi keselamatan dunia. 

Jadi semua orang beriman kristiani dalam kondisi-kondisi hidup mereka, dalam tugas-tugas serta keadaan mereka, dan melalui itu semua, dari hari ke hari akan makin dikuduskan, bila mereka dalam iman menerima segala-sesuatu dari tangan Bapa di surga, dan bekerjasama dengan kehendak ilahi, dengan menampakkan dalam tugas sehari-hari kepada semua orang cinta kasih Allah terhadap dunia. 

42. (Jalan dan upaya kesucian) 

“Allah itu kasih, dan barangsiapa tetap berada dalam kasih, ia tinggal dalam Allah dan Allah dalam dia” (1Yoh 4:16). Adapun Allah mencurahkan cinta kasih-Nya ke dalam hati kita melalui Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita (lih. Rom. 5:5). Maka dari itu karunia yang pertama dan paling perlu yakni cinta kasih, yang membuat kita mencintai Allah melampaui segalanya dan mengasihi sesama demi Dia. Akan tetapi, supaya cinta kasih bagaikan benih yang baik bertunas dalam jiwa dan menghasilkan buah, setiap orang beriman wajib mendengarkan sabda Allah dengan suka hati, dan dengan bantuan rahmat-Nya, dengan tindakan nyata melaksanakan kehendak-Nya. Ia wajib sering menerima sakramen-sakramen, terutama Ekaristi, dan ikut serta dalam perayaan liturgi, pun juga dengan tabah berdoa, mengingkari diri, melayani sesama secara aktif, dan mengamalkan segala keutamaan. Sebab cinta kasih, sebagai pengikat kesempurnaan dan kepenuhan hukum (lih. Kol. 3:14; Rom. 13:10), mengarahkan dan menjiwai semua upaya kesucian, dan membawanya sampai ke tujuannya  (Lih. S. AGUSTINUS, Enchiridion (kamus) 121,32: PL 40,288. S. TOMAS, Summa Theol. II-II, soal 184, art. 1. PIUS XII, Amanat apostolik Menti nostrae, 23 September 1950: AAS 42 (1950) hlm. 660). Maka cinta kasih akan Allah maupun akan sesama merupakan ciri murid Kristus yang sejati. 

Yesus, Putera Allah, telah menyatakan cinta kasih-Nya dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Maka tidak seorang pun mempunyai cinta kasih yang lebih besar dari pada dia yang merelakan nyawanya untuk Dia dan untuk saudara-saudaranya (lih. 1Yoh. 3:16; Yoh. 15:13). Sudah sejak masa permulaan ada orang-orang kristiani yang telah dipanggil, dan selalu masih akan ada yang dipanggil, untuk memberi kesaksian cinta kasih yang tertinggi itu di hadapan semua orang, khususnya di muka para penganiaya. Maka Gereja memandang sebagai karunia luar biasa dan bukti cinta kasih tertinggi kematian sebagai martir, yang menjadikan murid serupadengan Guru yang dengan rela menerima wafat-Nya demi keselamatan dunia, serupa dengan Dia dalam menumpahkan darah. Meskipun hanya sedikit yang diberi, namun semua harus siap sedia mengakui Kristus di muka orang-orang, dan mengikuti-Nya menempuh jalan salib di tengah penganiayaan, yang selalu saja menimpa Gereja. 

Kesucian Gereja secara istimewa dipupuk pula dengan aneka macam nasihat, yang oleh Tuhan dalam Injil disampaikan kepada para murid-Nya untuk dilaksanakan (Tentang nasihat-nasihat itu pada umumnya, lih. ORIGENES, Komentar Rom. X,14: PG 14,1275B. S. AGUSTINUS, Tentang keperawanan suci 15,15: PL 40,403. S. TOMAS, Summa Theol. I- II, soal 100, art. 2 C (pada akhir); II-II, soal 44, art. 4, ad 3.)  Di antaranya sangat menonjol karunia luhur rahmat ilahi, yang oleh Bapa dianugerahkan kepada beberapa orang (lih. Mat. 19:11; 1Kor. 7:7), yakni supaya dalam keperawanan atau selibat mereka lebih mudah membaktikan diri seutuhnya kepada Allah, dengan hati tak terbagi (lih. 1Kor 7:32-34) (Tentang keunggulan keperawanan suci, lih. TERTULIANUS, Anjuran tentang kemurnian, 10: PL 2,225C. S. SIPRIANUS, Tentang para perawan 3 dan 22: PL 4,443B dan 461A dsl. S. ATANASIUS (?), Tentang para perawan: PG 28,252 dsl. S. YOH KRISOSTOMUS, Tentang para perawan: PG 48,533 dsl.).  Tarak sempurna demi Kerajaan surga itu dalam Gereja selalu dihargai secara istimewa, sebagai tanda dan dorongan cinta kasih, dan sebagai suatu sumber kesuburan rohani yang luar biasa di dunia. 

Gereja juga tetap mengingat anjuran Rasul, yang mengundang kaum beriman untuk mengamalkan cinta kasih, dan mendorong mereka supaya menaruh perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang telah mengosongkan diri-Nya dan mengenakan rupa seorang hamba, ..... dan menjadi taat sampai mati” (Flp. 2:7- 8), lagi pula demi kita “menjadi miskin, meskipun Ia kaya” (2Kor. 8:9). Perlulah bahwa cinta kasih dan kerendahan hati Kristus itu senantiasa diteladan dan diberi kesaksian oleh para murid. Maka Bunda Gereja bergembira, bahwa dalam pangkuannya terdapat banyak pria dan wanita, yang mengikuti dari dekat dan memperlihatkan lebih jelas pengosongan diri Sang Penyelamat, dengan menerima kemiskinan dalam kebebasan anak-anak Allah serta mengingkari keinginan-keinginan mereka sendiri. Mereka itulah, yang demi Allah tunduk kepada seorang manusia dalam mengejar kesempurnaan melampaui apa yang diwajibkan, untuk lebih menyerupai Kristus yang taat (Tentang kemiskinan rohani, lih. Mat. 5:3 dan 19:21; Mrk. 10: 21; Luk. 18:22; tentang ketaatan terdapat contoh Kristus dalam Yoh. 4:34 dan 6:38; Flp. 2:8-10; Ibr. 10:5-7. Banyak sekali teladan dikemukakan oleh para Bapa Gereja dan para pendiri tarekat.)

Maka semua orang beriman kristiani diajak dan memang wajib mengejar kesucian dan kesempurnaan status hidup mereka. Oleh karena itu, hendaklah semua memperhatikan, agar mereka mengarahkan keinginan-keinginan hati dengan tepat, supaya mereka dalam mengejar cinta kasih yang sempurna jangan dirintangi karena menggunakan hal-hal duniawi dan melekat pada kekayaan melawan semangat kemiskinan menurut Injil. Itulah maksud nasihat Rasul: Orang yang menggunakan barang dunia ini jangan sampai berhenti di situ: sebab berlalulah dunia seperti yang kita kenal sekarang (lih. 1Kor. 7:31 yun.) (Tentang pelaksanaan nyata nasihat-nasihat, yang tidak diharuskan kepada semua orang, lih. S. YOH KRISOSTOMUS, Tentang Mat., Homili 7,7: PG 57,81 dsl. S. AMBROSIUS, Tentang para janda, 4,23: PL 16,241 dsl.)

EKSES PENERTIBAN KEUANGAN VATIKAN

 



Libero Milone (74 tahun) mantan Auditor umum yang pertama di Vatican dan deputinya Ferruccio Panicco memperkarakan  Sekretariat Negara Vatikan dan menuntut ganti rugi $9.25 juta (atau 9,3 juta Euro) karena hilangnya pendapatam, kerusakan nama baik dan penderitaan emosional.

Juru bicara Vatican Matteo Bruni pada Kamis kemarin menyatakan "no comment" atas pengaduan perkara tuntutan yang diserahkan di kantor  jaksa penuntut Vatican minggu lalu oleh pengacara Libero Milone dan Ferruccio Panicco.

Kepada wartawan Milone dan Panicco menyatakan bahwa mereka akan menyerahkan juga laporan dokumen kejahatan keuangan oleh para pejabat senior Vatican, termasuk penggelapan dana.

Sebelum bekerja untuk Vatican, Milone (74) adalah chairman dan CEO Perusahaan Akuntan Global Deloitte. Ia juga melayani PBB. Ia diangkat menjadi Auditor umum Vatikan pada 2015 dan diminta mengundurkan diri dua tahun kemudian. 



Tiga bulan sesudah ia mengundurkan diri secara tiba-tiba di tengah mandat yang mestinya berlangsung 5 tahun,  Milone berkata ia diancam untuk berhenti oleh seorang “pengawal tua” yang menghambat pekerjaannya.

Vatican “terkejut dan menyesalkan” tuntutannya. Paus Fransiskus dalam homili Natal 2017 Cmengecam orang yang “bmenghianati kepercayaan yang diberikan kepadanya” dan “secara keliru mengangkat diri menjadi martir suatu sistem, dari 'seorang Paus yang dibiarkan dalam kegelapan' oleh 'pengawal tua'" 

Orang yang bertanggungjawab memecat Milone, Cardinal Angelo Becciu, menyatakan kepada Reuters pada tahun  2017 bahwa Milone “kebablasan melanggar aturan dan memata-matai hidup pribadi dari para atasannya dan para staf, termasuk saya.”

Kardinal Becciu sendiri sedang menjalani pengadilan atas tuduhan kejahatan keuangan (penggelapan, pencucian uang, dll) dan ia dipaksa turun pada 24 September 2020 oleh Paus Fransiskus. Namun ia tetap menyatakan diri tidak bersalah. 

Pada bulan Mei yang lalu, Becciu menyatakan bahwa Paus Fransiskus lah yang meminta dirinya memecat Milone. Menjawab pertanyaan pengadilan yang berlangsung hampir delapan jam, Becciu memberi tahu jaksa bahwa pada bulan  Juni 2017, Paus memberitahu dirinya bahwa tidak percaya lagi kepada Milone dan karena itu menyuruh Becciu memberi tahu sang auditor untuk mengundurkan diri.



Milone sendiri sebaliknya sedang menjalani penyidikan yang sedang berlangsung di  Vatican. Juru bicara Matteo Bruni memberi tahu pers bahwa kejaksaan Vatican menyelidiki pasal pelanggaran oleh Milone, setelah suatu janji tentang kerahasiaan dilanggar.

Mantan deputi Milone, Ferruccio Panicco, menuduh Vatican menyimpan catatan medisnya dengan sengaja sehingga ia tidak bisa mencari perawatan untuk kanker prostat yang diidapnya.

HARI ORANG MISKIN SEDUNIA VI

 

Tanggal 13 November 2022 merupakan peringatan Hari Orang Miskin Sedunia VI. Paus Fransiskus menetapkan Hari Orang Miskin Sedunia pada akhir Tahun Kerahiman Tuhan "supaya seluruh komunitas umat Kristiani menjadi tanda yang semakin besar dari kasih Kristus kepada orang yang paling kecil dan yang paling membutuhkan", demikian ditulis pada Misericordia et misera

Kemiskinan di dunia merupakan persoalan yang paling mendesak sekarang, terutama karena Covid-19 dan perang serta konflik yang menambah beratnya kesulitan ekonomi. 


Orang yang paling miskin di dunia kekurangan makan dan gizi, tidak mempunyai akses pada listrik dan air minum; kekurangan akses pada pendidikan dan semakin menderita karena kesehatan yang lebih buruk.

Untuk dapat memeroleh kemajuan dalam pengentasan kemiskinan di masa depan, kita perlu memahami kondisi kemiskinan di di seluruh dunia dan perubahannya.

Tidak ada definisi tunggal berkenaan dengan kemiskinan. Pengertian kita mengenai kemiskinan dan bagaimana perubahannya bergantung pada apa yang kita pikirkan.

Negara kaya dan miskin menetapkan garis kemiskinan yang berlainan untuk mengukur kemiskinan yang informatif dan relevan pada tingkat pendapatan warga mereka.

Misalnya Amerika Serikat menetapkan seseorang adalah miskin jika pendapatannya kurang dari AS$24,55 per hari. Garis kemiskinan Etiopia 10 kali lebih rendah, yaitu pendapatan AS$ 2 per hari.

Namun untuk ukuran kemiskinan sedunia, kita perlu menarik garis kemiskinan yang sama di semua negara. Bank Dunia saat ini menetapkan garis kemiskinan adalah AS$ 2,15 per hari. Dan dengan ukuran Bank Dunia itu kita memantau di mana terdapat tingkat kemiskinan yang parah di dunia.


Pada bulan September 2022 World Bank mengubah angka tolok ukur kemiskinan menjadi AS$2,15 per hari dengan memperhitungkan nilai dolar untuk harga-harga pada 2017. Nilai garis kemiskinan sebelumnya AS$ 1,90 ditetapkan menurut nilai dolar untuk harga-harga tahun 2011 yang sudah tidak sesuai dengan kenyataan.

Pada peringatan Hari Orang Miskin Sedunia VI Paus Fransiskus dalam pesannya menekankan kata-kata Santo Paulus : "Tuhan kita Yesus Kristus, ... yang oleh karena kamu menjadi miskin” (2 Kor 8:9). Dengan kata-kata itu Rasul mendorong jemaat perdana di Korintus untuk menunjukkan bela-rasa, solidaritas dengan kaum miskin dan bertindak. 

    Dalam situasi dewasa ini yang diwarnai oleh konflik membuat situasi kemiskinan di dunia bertambah parah, kita diajak merenungkan anjuran Rasul Paulus untuk menatap Yesus: "Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor 8:9). Ketika mengunjungi Yerusalem, Paulus berjumpa dengan Petrus, Yakobus dan Yohanes, yang menyampaikan pesan kepadanya agar tidak melupakan orang miskin. Masyarakat Yerusalem pada waktu itu mengalami kesulitan besar karena kurangnya persediaan pangan. Rasul Paulus dengan segera menghimpun dana bantuan untuk mengentas kemiskinan itu. Jemaat kristiani di Korintus sangat paham akan seruan Rasul dan membantu dengan murah hati. Pada Hari Tuhan (Minggu) mereka mengumpulkan dana bantuan untuk rakyat Yerusalem yang sedang membutuhkan.

    Sejak itu, setiap Hari Minggu, dalam Perayaan Ekaristi, kita melakukan tindakan yang sama, mengunpulkan dana persembahan kita agar dapat menyantuni kebutuhan kaum miskin. Ini selalu dilakukan umat dengan sukacita dan disertai rasa bertanggungjawab, untuk memastikan bahwa tidak ada saudara yang kekurangan kebutuhan hidup. Santo Yustinus Martir menegaskan soal ini dalam suratnya dari abad kedua kepada Kaisar Antonius Pius. "Pada hari Minggu kami semua berhimpun dengan semua anggota kami, baik di kota maupun sekitarnya. Surat kenangan para rasul atau para nabi dibacakan selama waktu memungkinkan... Komuni dibagikan, semua yang hadir menyantap komuni, dan diakon mengirimkan kepada mereka yang tidak dapat hadir. Mereka yang berkelebihan, dengan kerelaan hati mereka, memberi sumbangan dana dalam jumlah yang mereka tentukan sendiri. Uang kolekte itu disimpan dalam perbendaharaan pemimpin ibadat, yang membagikannya kepada anak-anak yatim piatu dan para janda, dan semua orang yang kesusahan, entah karena sakit, dipenjara, atau peziarah yang jauh dari rumah. Pendek kata, dibagikan kepada semua orang yang membutuhkan (Apologi Pertama,  LXVII, 1-6).

    Walau seruan Rasul Paulus digerakkan oleh kebutuhan akan bantuan konkret, namun dasar harapannya jauh lebih dalam. Ia meminta umat kristiani melakukan kolekte sebagai tanda kasih, seperti yang telah dilakukan Yesus sebagai teladan.  Kemurahan hati kepada kaum miskin terutama memeroleh motif penggeraknya dari teladan Putera Allah, yang telah berkenan menjadi miskin. Dan tindakan Kristus itu diterima sebagai "rahmat karunia Tuhan Kita Yesus Kristus  (2 Cor 8:9). Dengan menerimanya kita dapat menyatakan iman kita secara konkret dan konsisten. Ajaran Paulus itu bergema dalam kata-kata Surat Santo Yakobus: "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yak 1:22-25)

    Semoga seluruh komunitas umat Kristiani menjadi tanda yang semakin besar dari kasih Kristus kepada orang yang paling kecil dan yang paling membutuhkan. Amin.

MISKIN (Tinjauan Biblis)

 



Miskin artinya dilucuti dari kekayaan dan kesejahteraan oleh berbagai keadaan: sosial, politik dan ekonomi. Kemiskinan banyak terdapat di dunia Kitab Suci karena seringnya peperangan, kelaparan dan kekeringan, serta praktek yang berlaku mengenai utang-piutang dan perbudakan. Perhatian pada kaum miskin adalah amanat yang dibebankan pada Israel dalam Perjanjian Lama dan pada umat Kristen dalam Perjanjian Baru. Selain kemiskinan material, Gereja juga mengenali situasi kemiskinan rohani dan budaya.

      Hukum Musa membeberkan beberapa ketetapan untuk perlindungan kaum miskin dan mereka yang malang hidupnya, termasuk yang berhubungan dengan Tahun Yobel di mana utang-utang mendapat pengampunan, larangan mengenakan bunga atas pinjaman serta pengaturan soal agunan, hak untuk gresek anggur dan jelai/gandum di ladang (Im 25; Ul 15:7-10; 23:19-20; 24:10-15.19-22): “Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu” (Ul 15:11; bdk Tb 4:7-11; Sir 17:22). Penindasan atas kaum miskin sangat dikecam para nabi (Am 2:6-7).

      Yesus dilahirkan dari orangtua yang miskin (Luk 2:24) di suatu kandang bersahaja (Luk 2:6-7) dan solider dengan kaum miskin. Ia berkata bahwa Ia diutus untuk “memberitakan kabar baik kepada kaum miskin” (Luk 4:18; 7:22), menyatakan bahwa mereka itu “berbahagia” (Luk 6:20) dan menetapkan kasih pada kaum miskin sebagai salah satu prasyarat untuk masuk ke dalam Kerajaan (Mat 25:31-46).

      “Orang miskin selalu ada padamu,” kata Yesus (Yoh 12:8). Oleh karena fakta itu, orang Kristen dituntut melakukan amal kasih termasuk memberi bantuan kepada sesama, memberi makan yang kelaparan, memberi tumpangan pada orang yang tak punya rumah, memberi pakaian mereka yang telanjang, dan merawat yang sakit. Amal kasih dan sedekah berkenan pada Tuhan karena merupakan pekerjaan keadilan (Mat 6:2-4; Luk 3:11; 11:41; Yak 2:15-16; 1 Yoh 3:17-18). Implikasi teologis dari kemiskinan dikemukakan oleh Kongregasi Ajaran Iman dalam dokumen Libertatis conscientia art 68 sbb:

"Dalam aneka ragam bentuknya - kekurangan material, ketidakadilan dan penindasan, penyakit jasmani dan rohani, dan akhirnya kematian - penderitaan manusiawi adalah bukti nyata tentang keadaan kelemahan bawaan dan perlunya keselamatan, di dalam mana manusia menemukan dirinya sebagai akibat dosa asal. Karena itu, ia menggerakkan kerahiman Kristus, Penebus, yang hendak menanggung penderitaan ini dan mengidentikkan Diri dengan saudara-Nya yang paling hina. Karena itu, Gereja mengarahkan pandangan kepada mereka semua, yang memprihatinkan itu, dengan cinta utama. Gereja, yang sejak awal, tanpa memperhitungkan kelemahan dari banyak anggotanya, bekerja tanpa henti-hentinya, supaya membantu, membela, dan membebaskan yang tertindas. Ia melakukan itu melalui karya amal yang tidak terhitung jumlahnya, yang masih dibutuhkan, selalu dan di mana-mana"

 

      Jemaat Kristen Yerusalem sangat memperhatikan kebutuhan kaum miskin di kota itu (Kis 2:44-45; 4:34-35) dan Paulus dalam perjalanan misinya bekerja keras mengumpulkan dana bagi kaum miskin Yerusalem (Rm 15:25-29; Gal 2:10). Paulus juga menulis secara detil mengenai kemiskinan dalam Perjanjian Baru dalam suratnya yang kedua kepada Jemaat Korintus, dengan membangun ajarannya di sekitar gagasan pokok: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor 8:9). Maka murid-murid dipanggil untuk meneladan Kristus dengan bermurah hati membagikan berkat kita pada mereka yang kekurangan atau sama sekali tak punya (Luk 14:33; 21:14; Mrk 8:35).

Kamis, 10 November 2022

COVID19 DIDUGA MASIH AKAN MENGAMUK SEBULAN KE DEPAN

Tadi pagi bersama Ikafite kentunganensis Rm Johannes Hariyanto SJ yang sesama Mertois 1970 kami ngopi dan ngobrol di lapak "Saudagar Kopi" di bilangan Jalan Sabang, Jakarta. Dua orang pengunjung kafe yang tertarik karena kami menggunakan bahasa Jawa ikut bergabung dalam obrolan dari meja masing-masing. Keduanya dari sekitar Jombang dan pernah menjadi mahasiswa Akamigas di Cepu angkatan tahun 1993. 

Euforia menuju level endemis Covid-19 mendadak pupus. Covid-19 masih berwajah pandemi galak.

"Saya lulus Covid-19 dua kali, pak" kata yang seorang. "Varian yang belakangan". Wah, sudah master Covid, dong. Kami tertawa. "Biar katanya nggak berbahaya tapi badan sungguh serba sakit dan tidak enak, pak. Jadi semoga bapak-bapak tidak ikut sekolah isolasi Covid"



Titik tolak percakapan adalah keprihatinan bahwa setelah garis statistik jumlah kasus baru rata-rata harian relatif di bawah landai 1000 pada bulan Oktober 2022, pada awal November 2022 terjadi lonjakan signifikan tingkat penularan Covid-19. Dalam seminggu pertama bulan November statistik penularan Covid-19 bertambah tinggi. Angka kematian pun bertambah.

Berikut catatan data Covid 19 hari-hari pertama bulan Oktober secara nasional.

1 November kasus baru 4.707. Kematian 32.

2 November kasus baru 4.873. Kematian 32.

3 November kasus baru 4.951. Kematian 42.

4 November kasus baru 5.303. Kematian 31.

5 November kasus baru 4.717. Kematian 39.

6 November kasus baru 3.662. Kematian 22.

7 November kasus baru 3.828. Kematian 42.

8 November kasus baru 6.601. Kematian 38.

9 November kasus baru 6.186. Kematian 43

Untuk pencegahan peningkatan level penularan PPKM level 1 telah diberlakukan terutama untuk Jawa Bali dan diperpanjang masa berlakunya.

Vaksin lengkap dan vaksin booster dianggap menjadi faktor penangkal yang efektif untuk mencegah kondisi yang parah jangan sampai menjadi fatal.

Analisis dari Kemenkes menyatakan bahwa 74% dari pasien Covid-19 yang meninggal belakangan ini belum menerima vaksinasi, belum lengkap vaksinasinya, atau belum menerima vaksin booster. Terutama pangsa penduduk yang rentan karena lanjut usia atau mereka yang mengidap komorbid.

Data 34 provinsi belum mencapai angka target 70% vaksinasi lansia dosis pertama. Data 24 provinsi belum mencapai angka target 70% vaksinasi lansia dosis kedua. Untuk vaksin booster, baru Jakarta, Jawa Barat dan Bali yang mencapai angka 50%. Ada 8 provinsi angka penerima booster antara 30-45% dari target. Provinsi-provinsi yang lain masih di bawah 30%.

Semoga kampanye vaksinasi hingga sampai tahap pemberian booster digalakkan lagi untuk menghadapi perkembangan tingkat penularan Covid-19 varian terakhir yang semakin tinggi dan mencemaskan.


Kemasan Ramah Lingkungan


Belakangan ini marak gerakan menggunakan kemasan ramah lingkungan (eco-friendly packaging). Penggunaan ulang wadah kemasan (isi ulang) bukan ide baru. Pada tahun 1950-an masyarakat kita menggunakan botol beling bekas limun atau bir untuk membeli minyak kelapa atau minyak tanah. Sekarang ide reuse kemasan (isi ulang) itu menjadi gerakan dalam rangka kesadaran untuk keberlanjutan bumi (earth sustainability). Mendapatkan dimensi pemasaran pembedaan merk, konveniensi dan penghematan biaya. Namun ada juga faktor yang menghambat atau membatasi penerimaan penggunaan kemasan refill atau reuse, yaitu kurangnya prasarana, segi peraturan yang memberi dorongan, keamanan produk dan pembiayaan pengadaan. Maka status gerakan penggunaan kemasan ramah lingkungan untuk proses refill atau reuse masih berada di persimpangan. Belum mendapat dorongan signifikan.

Di Perancis ada target-target penggunaan kemasan refill atau reuse 5% pada 2023 dan 10% pada 2027, dengan peningkatan standar kemasan; untuk industri tertentu mulai Januari 2023 diterapkan larangan untuk menggunakan kemasan sekali pakai.

Di Jerman, bistro, restoran dan kafe pada 2023 dianjurkan menggunakan kemasan refill atau reuse untuk produk mereka.

Selain dalam industri makanan, penggunaan kemasan reuse dan refill juga mulai diterapkan dalam industri kecantikan dan perawatan tubuh. Di hotel-hotel penggunaan sachette shampo dan sabun cair berangsur diganti botol refill di kamar mandi. 

Kecenderungan ini menjadi tantangan inovasi yang memperkuat citra brand perusahaan, namun menjadi langkah kecil yang layak mendapat perhatian dan penghargaan dalam rangka pemeliharaan bumi.

LEO AGUNG 400-461

 


Attila, pemimpin bangsa Hun, yang terkenal sebagai Penyiksa Allah, pada tahun 449 menyerang Italia. Ia mengepung, merebut, dan membakar Aquileia, dan melanjutkan perjalanan ke Roma. Pasukannya sudah bersiap menyeberangi Sungai Po untuk menyerang Roma. Tetapi kemudian ia dihadang Uskup Roma, Leo Agung. Uskup yang berwibawa itu dengan halus menyuruh Attila membawa kembali pasukannya pulang ke negerinya. Dalam pandangannya, di samping Uskup Leo ada sesosok imam membawa pedang bercahaya yang sangat menakutkan. Sosok itulah yang membuat hati Attila mencelos dan takut, sehingga ia mematuhi perkataan Leo Agung yang lembut dan mundur ke Pannonia.

Uskup Roma Leo Agung menduduki tahta Petrus sebagai Paus menggantikan Paus Sixtus III dari tahun 440-461. Beberapa tahun kemudian setelah Attila, Pemimpin Genseric juga menyerang Roma namun sekali lagi dengan wibawanya Paus Leo Agung menyelamatkan Roma dari kerusakan dengan halus tanpa perang.

Paus Leo I lebih dikenal ketika ia memimpin Konsili Kalsedon (451). Pada Konsili itu ditegakkan dogma bahwa Yesus Kristus adalah pribadi Allah yang mempunyai dua hakekat, sungguh Allah dan sungguh manusia. Penjelasannya tercantum dalam Epistula Dogmatica yang dialamatkan kepada Patriarkh Alexandria Timoteus Salofaciolus dan Patriarkh Konstantinopel Flavianus. Dengan dogma itu Leo I  mempertahankan keutuhan Gereja yang terancam oleh perbedaan pandangan satu kodrat (monofisit) tentang Yesus Kristus; yang satu memandang Yesus hanya Allah, yang lainnya meyakini Yesus hanyalah manusia yang sangat unggul mulia. Karena wibawa dan kebijaksanaannya, Leo I mendapat sebutan Agung, Leo Agung, dan Pujangga Gereja.

Paus Leo Agung wafat pada 10 November 461.

Paus Emeritus Benediktus XVI menyatakan bahwa kepausan Leo Agung adalah masa yang perlu disyukuri karena kesatuan Gereja berulangkali diselamatkan dari berbagai ancaman, baik ancaman politik maupun ancaman perpecahan teologi. 


Rabu, 09 November 2022

Lagi-lagi, Kardinal Terpuruk Karena Pelecehan Seksual Pada Anak

 



Kali ini Kardinal Jean-Pierre Ricard (78 tahun) pada hari Senin 7/11/2022 mengaku bahwa ia pernah melecehkan seorang gadis kecil umur 14 tahun sekitar 35 tahun yang lalu ketika ia masih seorang pastor paroki. Kardinal Ricard mengundurkan diri dari semua fungsinya. 

"Apa yang saya lakukan mengakibatkan beban yang sangat berat dan berlangsung lama pada korban saya," kata Ricard dalam pernyataannya.

Ricard minta maaf kepada korban dan keluarganya, akan retret dan menyesali perbuatannya dan akan mundur dari semua fungsinya, serta siap menerima konsekuensi hukum apa pun baik dari Gereja maupun dari negara. Kardinal Jean-Pierre Ricard adalah Uskup untuk kawasan barat daya Bordeaux 2001-2019. Ricard diangkat menjadi kardinal pada 2006 dan menjadi Ketua Konferensi Waligereja Perancis. Ia juga pernah menjadi anggota Dikasteri Ajaran Iman Vatikan yang bertugas menangani pelecehan seksual yang dilakukan para imam. Pengadilan Marseille menyatakan akan melakukan pemeriksaan awal atas kasus Ricard.

Keseluruhan, ada 11 Uskup atau mantan Uskup di Perancis yang terlibat pelecehan anak, termasuk mantan Uskup Creteil, dekat Paris, Michel Santier, yang sekarang juga sedang mengalami proses penyidikan menurut hukum. 

Ketua Konferensi Waligereja Perancis, Eric de Moulins-Beaufort, menyampaikan konferensi pers pada hari Senin 7/11/22 dan membacakan pernyataan Jean Pierre Ricard.

Paus Fransiskus pada bulan September yang lalu bertekat akan membereskan soal pelecehan seksual atas anak oleh para imam katolik dan mengusahakan sekuat tenaga bahwa hal itu tidak akan terjadi lagi.


HARI, HARI TUHAN

 



Di dalam Kitab Suci, pengertian “hari” kurang lebih sama dengan makna yang terkandung dalam bahasa kita sekarang. Terutama, hari adalah masa-waktu dari matahari terbit sampai matahari tenggelam, lawannya malam (misalnya lihat Bil 11:32). Bisa juga berarti seluruh waktu malam dan siang dari matahari terbenam hingga matahari terbenam lagi (lihat misalnya Im 23:32). Di dalam Perjanjian Lama, pembagian waktu hari menurut alam: pagi, siang, sore. Di dalam Perjanjian Baru digunakan sistem pembagian waktu Yunani di mana hari sejak pagi sampai sore dibagi menjadi dua belas jam. Malam biasanya dibagi menjadi empat “jam jaga” (Mat 14:25; Mrk 13:35; Luk 12:38). “Jam-jam” dari suatu hari dimulai pada saat matahari terbit dan lamanya berbeda menurut masa tahun (Mat 20:3-6; Mrk 15:25; Yoh 1:39; 4:6.52; 11:9; Kis 2:15; 10:9). Keenam tahap dalam Penciptaan dunia disebut “hari” dalam Kitab Kejadian, masing-masing dan “petang” dan “pagi” (Kej 1:1-2:3).

            Cerita penciptaan dalam Kitab Kejadian menggunakan kata Ibrani untuk “hari” dengan cara             yang berbeda-beda (dalam Kej 2:4 misalnya, “hari” merujuk pada seluruh pekan).

Hari Tuhan  (1)  

Suatu ungkapan Kitab Suci untuk “saat pengadilan Tuhan”. Beberapa frasa yang berhubungan termasuk “hari murka Tuhan” atau “harinya Tuhan”. Mengungkapkan harapan eskatologis bahwa kekuatan dan kemuliaan Tuhan yang besar akan dinyatakan dalam sejarah, tetapi juga rasa takut akan dilakukannya “perhitungan” oleh Tuhan. Frasa itu muncul sekitar dua puluh empat kali di dalam Kitab Nabi-nabi (Yesaya, Yoel, Amos dan Zefanya) dan sekali dalam Kitab Ratapan (Rat 2:22).

      Hari Tuhan digambarkan dalam kerangka kuasa dan keagungan, di mana Tuhan muncul dalam kemuliaan kosmos untuk mengadili dan mengalahkan musuh-musuh kebenaran. Salah satu rujukan yang tertua dari hari Tuhan adalah Am 5:18-20, di mana Amos bertanya: “Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya?” (Am 5:20). Pengertian itu pasti sudah populer, karena Amos menentang: “mereka yang menginginkan hari Tuhan”: sebagian bangsa Israel mengharapkannya, tetapi Amos melihatnya sebagai hari pengadilan atas Israel (Am 3:1-2; 6:3; 8:9), suatu gambaran yang juga digunakan oleh nabi-nabi dari zaman pra-Pembuangan (bdk Yes 2:11-17; 13:9-10; Zef 1:7-11, 12-18; 2:1-3).

      Di kalangan nabi-nabi dari zaman pasca-Pembuangan, “hari Tuhan” mengungkapkan harapan akan keselamatan eskatologis bagi |Israel. Peristiwanya masih dibayangkan dengan ciri-ciri kekuatan yang menghancurkan dan memusnahkan, tetapi kemudian pengadilan atas yang durhaka diimbangi oleh pembebasan sisa-sisa Israel yang benar (bdk Yl 2:2; Za 14:1; Yeh 38-39), ketika musuh-musuh Israel akan dikalahkan dan hukuman terakhir akan dijatuhkan.

      Di dalam Perjanjian Baru “hari Tuhan” itu menjadi “hari Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Kor 1:8). Yaitu hari di mana Kristus, Anak Manusia (bdk Luk 17:24.30) akan kembali dengan mulia membawa kebebasan dan melakukan  pengadilan (1 Kor 1:8; 2 Kor 1:14; Flp 1:6.10; 2:16). Dalam pengertian historis, hari Tuhan dpat dipandang merujuk pada kehancuran Yeruslem pada tahun 70M; secara liturgis “Hari Tuhan” (2) di mana umat Kristen berkumpul untuk beribadat (Why 1:10) memenuhi gambaran “Hari Tuhan” (1) juga. Kedua pengertian itu mengarah pada akhir zaman, ketika kemuliaan Yesus yang sepenuhnya akan dinyatakan kepada kita semua (1 Tes 5:2.4).



Hari Tuhan (2)  

Sebutan yang diberikan umat Kristen perdana untuk hari Minggu, yaitu hari bagi umat Kristen untuk beribadat dan beristirahat. Hari Minggu, hari sesudah Sabat Yahudi, diperingati sebagai hari kebangkitan Yesus Kristus dari mati (Luk 24:1-5). Visiun Yohanes dalam Kitab Wahyu berkenaan dengan Hari Tuhan ini (Why 1:10).

 


KITAB MALEAKHI

 

Maleaki, adalah nabi yang terakhir dari kedua belas nabi kecil Perjanjian Lama. Ia membahas krisis iman yang terdapat di antara para imam Bait Allah pada masa sesudah Pembuangan. Perkataan Maleakhi adalah seruan tobat dan pembaharuan keikatan kepada “perjanjian Tuhan dengan Lewi”. Maleakhi mempunyai pandangan jauh ke depan mengenai suatu “ibadat kurban yang murni” yang naik ke surga di antara bangsa-bangsa (Mal 1:11) dan datangnya seorang “utusan” (Mal 3:1), kurang lebih sama dengan nabi Elia yang akan mewartakan betapa mengerikannya “hari Tuhan” (Mal 4:5).

 


I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

Pengarang kitab hanya disebut Maleakhi begitu saja (Mal 1:1) yang dalam bahasa Ibrani berarti “utusanku” (bdk Mal 3:1). Tidak ada lagi yang diketahui mengenai tokoh ini, kecuali bahwa ia memenuhi peran klasik sebagai seorang nabi yang memperhadapkan umat Israel dengan kehendak Allah dan menyerukan supaya kembali kepada kewajiban perjajian.

      Para ahli biasanya menduga karya ini berasal dari abad kelima SM dan sebagian mengira sang nabi hidup sezaman dengan nabi-nabi Ezra dan Nehemia. Dukungan pada pendapat ini diperoleh dari temuan bahwa Maleakhi menaruh perhatian pada banyak dari antara tema-tema yang sama dengan yang digagas oleh para nabi pembaharu itu.

 

II. ISI

i. Dasar tulisan (Mal 1:1)

ii. Kasih Tuhan pada Israel (Mal 1:2-5)

iii. Kejahatan imam-imam (Mal 1:6-14)

iv. Peringatan pada imam-imam (Mal 2:1-17)

v. Utusan yang sedang datang (Mal 3:1-5)

vi. Persembahan Persepuluhan (Mal 3:6-12)

vii. Penyelamatan Sisa-sisa Bangsa (Mal 3:13-18)

viii. Hari Tuhan (Mal 3:19-24; atau 4:1-6 dalam Alk dan KKK)

 

III. MAKSUD DAN TEMA

Tujuan utama Maleakhi adalah mengoreksi penyalahgunaan di antara para imam dan umat, ketika kekecewaan yang kental dan kekaburan arah hidup meliputi masyarakat Yahudi. Frustrasi diungkapkan dalam melemahnya minat umum untuk menjalankan pokok-pokok ibadat Bait Allah, dan diperlukan kepemimpinan rohani. Jika nabi-nabi Hagai dan Zakharia membaktikan diri untuk mengobarkan kembali semangat di antara orang-orang yang pulang dari Pembuangan, Maleakhi membaktikan pekerjaannya untuk mengoreksi berbagai penyalahgunaan yang timbul sesudah Bait Allah dipugar dan menuju pemulihan ibadat korban.

      Kitab ini merupakan gabungan beberapa wacana. Sang nabi terutama sangat kritis kepada situasi para imam dan ibadat korban (bdk Mal 1:6-13; 2:1-4.8-9; 3:3-4.6-11). Maleakhi mengeluhkan imam-imam yang mempersembahkan hewan yang tidak layak sebagai korban (Mal 1:6; 2:9) dan dengan demikian mereka membuat pelaksanaan tugas mereka sebagai pelanggaran Hukum (bdk Im 22:17-25; Ul 17:1). Berhadapan dengan situasi ini sang Nabi menyatakan : “dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama-Ku dan juga korban sajian yang tahir; sebab nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, firman Tuhan semesta alam” (Mal 1:11). Umat Kristen memandang visiun ini sebagai suatu nubuat mengenai korban Ekaristi pada zaman Mesias, suatu tafsir yang diteguhkan dalam Konsili Trente.

      Maleakhi juga sangat prihatin dengan berbagai tantangan pada kesetiaan Israel: penyembahan berhala (Mal 2:10-12), ketidak-adilan sosial (Mal 3:5) dan kawin campur serta perceraian (Mal 2:10-16). Pernyataannya yang melawan praktik kawin campur dan perceraian mengingatkan kita pada Ezra dan Nehemia.

      Dalam pesan-pesannya yang terakhir, Maleakhi kembali kepada soal pengadilan eskatologis. Ia membicarakan Hari Tuhan (Mal 3:1-5) ketika : “Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman Tuhan semesta alam” (Mal 3:1). Utusan ini menurut tradisi Yahudi adalah Elia (bdk Mal 4:5). Yesus berbicara tentang utusan itu, yang sudah datang dalam diri Yohanes Pembaptis (Mat 11:10-11) yang datang dalam roh dan kuasa Elia (Luk 1:17). Pada hari Tuhan, kata Maleakhi, “semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman Tuhan semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka” (Mal 4:1). Pada hari itu orang benar akan bergembira atas kekalahan kaum fasik.

Mariana Francesca Mazzucato, Ateis Anggota Pontifical Academy for Life

 


Mariana Mazzucato seorang ekonom yang cemerlang. Pada 2020 ia menjadi Ketua Dewan Ekonomi Kesehatan untuk Semua di WHO. "Alih-alih mengatakan suatu yang lazim atas investasi dalam kesehatan karena hal itu baik untuk ekonomi, bagaimana jika kita katakan bahwa investasi dalam kesehatan bagi semua orang, dan mundur selangkah untuk merancang kembali suatu sistem ekonomi yang mewujudkannya, artinya merancang bentuk anggaran yang berbeda, mengadakan bentuk pengadaan yang lain, suatu bentuk lain dari hak cipta intelektual, suatu bentuk yang berbeda dari kemitraan pemerintah dan swasta dalam proyek-proyek".  Dewan ekonomi yang semua anggotanya perempuan itu pekerjaannya dirinci menjadi "bertindak dan menilai kesehatan bagi semua orang, mengatur inovasi, pendanaan untuk kesejahteraan umum, dan membangun kapasitas sektor pemerintah". Suatu dorongan untuk mewujudkan kapitalisme yang baru, yang mengutamakan kepentingan umum alih-alih profit. 

Pada 15 Oktober 2022 Vatikan dan Akademi Kepausan pro Life (Pontifical Academy pro Life/PAL) mengumumkan 14 anggota akademi baru termasuk Profesor Mariana Mazzucato, ekonom berkewarganegaraan ganda Italia-AS yang mengajar di Fakultas Economics of Innovation and Public Value,  University College London dan direktur pendiri  Institute for Innovation and Public Purpose di Universitas yang sama.

Begitu pengumuman nama-nama itu dikeluarkan  orang ramai memperbincangkan pengangkatan  Mazzucato, yang tanpa aling-aling menyatakan bahwa dirinya seorang ateis dan pendukung aborsi.

Sangat dikenal sebagai penganjur keterlibatan pemerintah yang lebih besar dalam sektor swasta untuk memacu inovasi, Mazzucato pada bulan Juni yang lalu membuat postingan Tweeter tentang isu yang berhubungan dengan Keputusan Pengadilan Tinggi AS atas kasus Roe v Wade, memberi tanggapan “so good” pada suatu komentar yang mengecam gerakan kristen pro-life yang “memaksakan” hak-hak reproduktifnya.

Paus Fransiskus pada bulan Maret 2020, di permulaan pandemi coronavirus, memuji buku Mazzucato terbitan tahun 2018 berjudul The Value of Everything: Making and Taking in the Global Economy, dengan menyatakan bahwa visinya atas perekonomian “dapat membantu pemikiran masa depan.”

Mazzucato juga menjadi pembicara dalam konferensi yang diselenggarakan Pontifical Academy for Social Sciences tahun 2021.

Dalam suatu pernyataan tentang penunjukan Mazzucato, World Federation of Catholic Medical Associations (FIAMC) mengungkapkan kecemasannya, sebab Mazzucato telah mengungkapkan pandangannya yang “memihak aborsi secara terbuka dalam (sosial) media.”

Mereka merujuk pada statuta baru akademi yang diumumkan tahun 2016, memerhatikan bahwa  “anggota akademi dipilih tanpa memandang apa agamanya” tetapi bahwa pemilihan itu berdasarkan “kualifikasi akademis, integritas profesional yang terbukti, keahlian profesional dan pelayanan yang setia dalam membela dan memajukan hak hidup setiap pribadi manusia.”

FIAMC bermaksud mengingatkan PAL melalui statutanya sendiri  bahwa para anggota wajib  “sejalan dengan ajaran Gereja,” dan mengutip satu bagian dalam statuta yang mewajibkan anggota “memajukan dan membela prindip mengenai nilai hidup dan martabat pribadi manusia, yang ditafsirkan menurut suatu cara yang selaras dengan Magisterium Gereja.”

Menurut statuta itu seorang anggota akademi dapat dibatalkan keanggotaannya  "jika tindakan publik atau pernyataannya jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip atau secara serius melawan martabat dan kredibilitas Gereja Katolik dan Akademi sendiri.”

(Ketika saya hendak mengecek Statuta itu pada laman Ponfitical Academy pro Life/PAL, 8 November 2022 pkl 16.00 diberitahukan error 407 dan tidak bisa mendapatkannya meskipun ada lema Statuta PAL dalam berbagai bahasa).

Pernyataan FIAMC ditandatangani oleh presiden, dua wakil presiden, sekretaris jendral dan bendahara, tidak bicara lebih lanjut melainkan membiarkan kutipan statuta PAL menyatakan sendiri apa  adanya.

Dalam konferensi pers di pesawat terbang dalam perjalanan pulang dari Bahrain, 7 November 2022, Paus Fransiskus ketika ditanya tentang keberadaan seorang ateis pro aborsi Mariana Mazzucato di Pontifical Academi pro Life mengatakan bahwa Mazzucato membawa sisi manusiawi dalam PAL.


Di bidang ilmu pengetahuan, Stephen Hawking yang terkenal sebagai fisikawan ateis, juga ditunjuk Paus Paulus VI pada 1978 menjadi anggota Pontifical Academy of Sciences. Ia bahkan menjadi anggota seumur hidup. 


Stephen Hawking meninggal pada tahun 2018 pada usia 76 tahun.



Selasa, 08 November 2022

Yohanes, Rasul, Pengarang Injil Keempat, Surat2 Yohanes dan Kitab Wahyu

 



Yohanes adalah terjemahan Yunani dari Yohanan, bahasa Ibrani, artinya, “Tuhan itu murah hati”. Rasul dan Pengarang Injil, salah seorang di antara Keduabelas Rasul, putera Zebedeus dan saudara dari Yakobus Besar (Mat 10:2; Mrk 3:17; Luk 6|:14; Kis 1:13). Yohanes disebut tiga puluh tiga kali dalam Injil-injil Sinoptik, Kisah Para Rasul dan Surat Galatia. Tradisi menyebutnya “murid yang terkasih” karena ia menyatakan diri dengan sosok tanpa nama yang disebutkan beberapa kali di dalam Injil Yohanes itu (bdk Yoh 13:23; 21:20.24).

 

I. HIDUPNYA

Yohanes dan saudaranya, Yakobus, adalah anak-anak Zebedeus. Kristus menyebut mereka Boanerges (putera guntur, Mrk 3:17), mungkin karena ambisi dan tekat kuat  mereka. Yakobus disebut dua kali sebagai anak Zebedeus, sedang Yohanes dikaitkan dengan Yakobus, mungkin karena ia lebih muda (Mat 4:21; 10:2; Mrk 1:19; 3:17; bdk Mat 17:1).

      Yohanes dan Yakobus semula adalah nelayan penangkap ikan yang bekerja dengan ayah mereka di Laut Galilea (Mat 4:21.22; Mrk 1:19.20; Luk 5:10; bdk Yoh 21:3). Keluarga itu sepertinya tinggal di dekat Kapernaum, di pantai utara Laut Galilea (Mrk 1:21). Yohanes dan Yakobus sedang memerbaiki jala ketika Yesus memanggil mereka; mereka termasuk di antara rasul-rasul pertama yang dipanggil Yesus (Mrk 1:19-20; Mat 4:21-22; bdk Luk 5:1-11).

      Dalam daftar Keduabelas Rasul, Yohanes ditempatkan kedua (Kis 1:13), ketiga (Mrk 3:17), dan keempat (Mat 10:3; Luk 6:14). Di dalam Injil keempat, ia dikatakan sebagai “murid yang dikasihi Yesus” (Yoh 13:23; 20:2; 21:20.24). Bersama Petrus dan Yakobus, Yohanes menyaksikan Yesus menghidupkan kembali puteri Yairus (Mrk 5:37; Luk 8:51), menyaksikan Perubahan Rupa Yesus (Transfigurasi, Mat 17:2-3; Mrk 9:2-4; Luk 9:28.31) dan Sakaratul Maut yang dialami Yesus di Taman Getsemani (Mat 26:37; Mrk 14:32-33). Hanya Yohanes dan Petrus yang diutus Yesus untuk mempersiapkan Perjamuan Terakhir (Luk 22:8; bdk Mrk 14:13). Dan pada waktu Perjamuan Terakhir itu, Yohanes mendapat kehormatan duduk di samping Kristus (Yoh 13:23.25).

      Mat 20:20-28 dan Mrk 10:35-45 mencantumkan saat penting ketika Yakobus dan Yohanes memohon agar diperbolehkan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus di dalam KerajaanNya (Mat 20:20-21 menyatakan permintaan itu berasal dari ibu mereka, tetapi di dalamnya terkandung persetujuan kedua bersaudara itu atas permintaan tersebut). Jawaban Yesus adalah menawarkan kepada mereka peluang untuk minum dari “cawan”-Nya, peluang yang diterima oleh kedua bersaudara itu. Jelas bahwa mereka belum memahami hakekat dari Kerajaan Mesias: “Cawan” Yesus bukanlah sesuatu yang berkenaan dengan kemuliaan duniawi, melainkan berkaitan dengan sengsara dan korban Yesus.

      Di dalam Kisah Sengsara Tuhan, Yohanes mungkin adalah “murid lain” yang diceritakan mengikuti Kristus sesudah ditawan, dan Petrus, masuk ke dalam rumah imam besar (Yoh 18:15). Hanya Yohanes saja di antara keduabelas rasul yang berdiri di kaki salib Yesus di Kalvari menyertai Maria dan para wanita saleh lainnya, dan menerima Maria sebagai keluarganya atas permintaan Kristus di Salib (Yoh 19:25-27).

      Sesudah Kebangkitan, Yohanes sering dikaitkan dengan Petrus. Ia dan Petrus adalah yang pertama dari para rasul yang menyaksikan makam kosong (Yoh 20:2-10). Yohanes juga yang pertama dari ketujuh murid yang mengenali Kristus di Laut Galilea (Yoh 21:7). Setelah Pentakosta ia mendapatkan tempat yang terhormat di dalam Gereja Perdana. Paulus melukiskan Yohanes, bersama dengan Yakobus (saudara Tuhan) dan Petrus, sebagai tiang-tiang utama jemaat Kristen Yerusalem (Gal 2:9-10). Ia ada bersama Petrus ketika Petrus menyembuhkan orang lumpuh di gerbang Bait Allah (Kis 3:1); baik dia maupun Petrus dipenjarakan sesudah kejadian itu (Kis 4:3), dan bersama dengan Petrus ia mengunjungi Samaria (Kis 8:14).

 

II. TRADISI

Hanya sedikit yang diketahui dengan pasti mengenai karya misionernya di Palestina, tetapi karena ia tidak hadir dalam Kis 18:22 dan 21:17 ketika kepulangan Paulus, hal itu ditafsirkan bahwa ia telah meninggalkan daerah itu antara tahun 52 dan 55. Tradisi utama Gereja menyatakan bahwa Yohanes pindah ke Asia Kecil dan menetap di Efesus, di mana ia meninggal dalam usia lanjut karena sebab-sebab alamiah (bdk Tertulianus, An. 50). Kitab apokrif Kisah Yohanes juga menyatakan bahwa Yohanes berada di Efesus. Ada tradisi kecil di sana yang menyatakan bahwa Yohanes mati sebagai martir (mis. Lihat Heracleon dalam St Klemens Aleksandria, Strom. 4.9 dan Filipus dari Side pada abad kelima serta Martirologi Siria untuk tanggal 27 Desember dan karya Afrahat, Tentang Penganiayaan).

      Suatu sumber utama mengenai Yohanes di luar Perjanjian Baru adalah Eusebius (dalam Hist. Eccl 3.18.1; 23.3-4; 39.3-4; 4.18.6-8; 5.8.4; 18.14; 20.6). Eusebius mendasarkan tulisannya pada sumber-sumber lain termasuk St Klemens Aleksandria (3.39.3-4), Santo Ireneus (3.1.1; 39.3-4; bdk Adv Haer 2.22.3.5; 3.1.2; 3.4), Santo Yustinus Martir (4.18.6-8; bdk Dial 81.4), Polikrates (5.24.3) dan Apolonius (5.18.14).

      Dengan demikian pada Eusebius tersimpan sejumlah cerita mengenai Yohanes, misalnya ketika Yohanes membangkitkan seseorang dari mati di Efesus (Hist Eccl 5.18.14; lihat juga St Ireneus, Adv Haer 3.3.4 dan St Hieronimus, Comm. Gal. 6.10). Tradisi juga percaya bahwa Yohanes dibuang ke Pulau patmos di dekat Efesus pada masa pemerintahan Domitianus (tahun 81-96; bdk Eusebius, Hist. Eccl 3.13.1) dan bahwa ia menulis kitab Wahyu di sana (Why 1:9). Pada akhirnya, menurut tradisi, ia kembali ke Efesus dan hidup sampai pada masa pemerintahan kaisar Trayanus (sekitar tahun 98 -117; St Ireneus, Adv Haer 2.22.5).

 


III. YOHANES SEBAGAI PENGARANG

Menurut tradisi, Yohanes adalah pengarang dari lima tulisan dalam kanon Perjanjian Baru (Injil Yohanes, Surat-surat 1,2,3 Yohanes, dan kitab Wahyu), yang semuanya disebut korpus Yohanin (Tulisan-tulisan Yohanes).

      Para kritikus historis modern mempertanyakan kepengarangan Yohanes atas seluruh atau sebagian dari korpus Yohanin itu. Sehubungan dengan ketiga Surat Yohanes, beberapa ahli menolak tradisi lama mengenai kepengarangan rasul itu dan beranggapan bahwa surat-surat itu berasal dari tokoh gereja kuno lain yang disebut Yohanes “penatua” (2 Yoh 1) atau seorang penulis lain yang tidak dikenal yang sangat akrab dengan Injil keempat.

      Tradisi lama yang menyatakan Yohanes sebagai pengarang kitab Wahyu berasal sekurangnya dari St Yustinus Martir pada abad kedua. Demikian pulalah pendapat St Ireneus, Origenes, St Klemens Aleksandria, dan banyak lagi lainnya. Di pihak lain, sebagian orang di Timur yakin bahwa bukan Yohanes yang menjadi pengarangnya; ini adalah pendapat Dionisius dari Aleksandria (pertengahan abad ketiga) dan Eusebius dari Kaisarea (awal abad keempat), dan dasarnya adalah perbedaan gaya sastera antara Wahyu dan Injil Yohanes. Argumen ini dipegang oleh beberapa ahli modern, walaupun tidak ada konsensus sehubungan dengan siapa pengarang yang sesungguhnya. Nama-nama yang diduga sebagai pengarang kitab Wahyu adalah termasuk Yohanes Markus, Yohanes “penatua”, atau Yohanes lain yang tidak diketahui, atau bahkan seorang penulis anonim yang menggunakan nama Yohanes.

      Pada akhirnya, bukti yang dapat menjelaskan dengan memuaskan menegaskan tradisi kepengarangan rasul itu. Tidak sulit untuk mendapatkan penjelasan mengenai perbedaaan antara kitab Wahyu dan tulisan-tulisan lain dari Yohanes dengan anggapan bahwa semuanya berasal dari satu pengarang yang sama. Misalnya, karena tulisan-tulisan itu menggunakan tiga ragam sastra yang berbeda-beda (ragam sastra apokalip untuk Wahyu, ragam narasi untuk Injil dan ragam surat untuk ketiga surat). Pada tahun 1907 PBC (Pontifical Biblical Commission atau Komisi Kitab Suci Kepausan) menyampaikan argumen yang menentang sanggahan pihak-pihak yang meragukan kepengarangan Yohanes, dengan menyatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menggugurkan tradisi yang hampir merupakan konsensus bahwa Yohaneslah pengarang seluruh korpus Yohanin .