Daftar Blog Saya

Selasa, 08 November 2022

SURAT-SURAT YOHANES


 


Surat-surat  Yohanes  

Tiga surat menurut tradisi dianggap berasal dari Yohanes, putera Zebedeus, kendati tidak satupun dari surat-surat itu menyebutkan nama Yohanes. Surat-surat itu tergolong Surat-surat Katolik (bersama dengan Surat-surat Yakobus, 1 dan 2 Petrus, serta Yudas)

 1 Yohanes

Sebuah surat yang ditujukan kepada jemaat-jemaat (gereja-gereja) yang tidak disebut namanya; tradisi menduga di sekitar Efesus di Asia Kecil. Pesan surat itu adalah bahwa Tuhan dinyatakan kepada kita dalam Putera, dan bahwa persahabatan dengan Bapa akan diwujudkan dengan hidup di dalam terang, keadilan dan kasih Putera. Surat juga mengoreksi kekeliruan dari mereka yang menyatakan bahwa mereka tidak berdosa dan tidak terikat pada Sepuluh Perintah Allah.

 I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

Pengarang surat tidak disebutkan. Dua belas kali surat itu mengisyaratkan bahwa ditulis oleh seseorang (misalnya dari kata“kutuliskan” dalam 1 Yoh 2;1.7.8.12.dst) tetapi ia juga bicara dengan wibawa atas nama yang lain-lain (misalnya dalam frasa “kami tuliskan”, 1 Yoh 1:4).

      Tradisi paling kuno menyatakan bahwa pengarang surat ini adalah Yohanes rasul, anak Zebedeus, (Mrk 3:17). Pernyataan itu tetap mantap di zaman Kristen kuno. Ajaran dan kosa kata surat sangat mirip dengan yang ada dalam Injil keempat, yang juga dianggap berasal dari rasul Yohanes dari masa awal kekristenan (lihat Yohanes, Injil). Namun kemudian beberapa ahli lebih condong beranggapan bahwa pengarang surat ini adalah seorang Yohanes yang lain, “penatua” (2 Yoh 1), atau seseorang yang tidak dikenal yang sangat paham ajaran-ajaran Injil keempat. Namun tidak cukup bukti untuk menggoyahkan tradisi lama Kristen mengenai Yohanes rasul sebagai pengarang surat ini.

      Waktu penulisan surat juga tidak pasti, melampaui batas-batas umum dari tahun 50 hingga 100. Banyak ahli menduga Surat Pertama Yohanes ditulis tak lama sesudah Injil Yohanes. Jika Injil Yohanes ditulis sekitar tahun 90-an, maka surat ini diperkirakan disusun pada tahun 100. Jika Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 90-an, maka surat ini juga bergeser ke masa yang lebih dini lagi. Namun juga ada kemungkinan bahwa surat ini ditulis mendahului Injil Yohanes. Pendek kata, mustahil menetapkan waktu penulisan surat ini secara pasti, namun pada akhirnya yang paling mungkin adalah bahwa surat ini ditulis antara tahun 90 dan 100.

 II. ISI

I. Prolog (1:1-4)

II. Allah adalah Terang (1:5-2:6)

III. Perintah Baru (2:7-17)

IV. Antikristus (2:18-29)

V. Anak-anak Allah (3:1-10)

VI. Kasih Satu Pada Yang Lain (3:11-24)

VII. Membeda-bedakan Roh (4:1-6)

VIII. Tuhan adalah Kasih (4:7-21)

IX. Iman dan Dunia (5:1-12)

X. Epilog (5:1-21)

 

III. MAKSUD DAN TEMA

Surat pertama Yohanes ditulis untuk menangkal situasi yang berbahaya: sekelompok pengajar palsu yang memisahkan diri (yang oleh Yohanes disebut para antikristus, penipu, penyesat) membawa umat Kristen pada kesesatan. Yohanes boleh jadi menulis kepada para anggota jemaat di Efesus, dan boleh jadi ia kenal secara pribadi dengan  penerima suratnya (1 Yoh 2:1.12-14; 3:11). Berbeda dengan surat kedua dan ketiga, Surat Pertama Yohanes lebih merupakan suatu khotbah ketimbang sebuah surat.

      Pengajar-pengajar palsu memisahkan diri dari jemaat (1 Yoh 2:19) dan menyangkal bahwa Yesus adalah “Kristus” (1 Yoh 2:22; 5:1) dan “Anak Allah” (1 Yoh 2:23; 5:5), walaupun identitas yang sebenarnya dari bidat itu sulit dipastikan. Mungkin mereka adalah pengikut Kerinti yang menyatakan bahwa Kristus yang ilahi turun pada manusia  biasa Yesus tetapi meninggalkan Dia persis sebelum Sengsara dan mati. Atau mungkin pengikut ajaran Marcion (Docetis) yang percaya bahwa Kristus hanya tampaknya saja menderita dan mati di salib. Atau mungkin mereka adalah pengikut ajaran Gnostis yang percaya bahwa pengetahuan akan Kristus yang sebenarnya dirahasiakan dari semua orang kecuali untuk beberapa kaum pilihan saja. Pengajar-pengajar palsu tampaknya kain bahwa mereka bebas dari dosa, sehingga mereka tidak merasa wajib menaati Sepuluh Perintah Allah, termasuk perintah kasih untuk saling mengasihi.

      Surat Pertama Yohanes mengecam para pengajar palsu itu dengan beberapa butir pokok. Tak ada orang yang kasih pada Allah tanpa mematuhi perintahNya (1 Yoh 2:3.4; 3:24; 5:3) atau yang melakukan dosa semau-maunya (1 Yoh 3:6-8; 5:18). Tidak ada yang dapat menyatakan dirinya bebas dari dosa (1 Yoh 1:10) dan satu-satunya jalan untuk mengatasi dosa adalah mengakui dosa dan meminta pengampunan melalui Kristus (1 Yoh 1:7-9; 2:1.12). Orang tidak mungkin menghormati Allah jika tidak menerima bahwa Yesus Kristus datang dari Allah (1 Yoh 3:23; 4:2.3.14; 15:1) dan barangsiapa tidak mau percaya kepada Putera ia menolak Bapa (1 Yoh 2:22.23).

      Surat ini juga menekankan persahabatan dengan Allah, yang adalah kasih (1 Yoh 4:16). Yesus telah menunjukkan kasih Allah dengan memberikan hidupNya, sehingga kita pun wajib menunjukkan kasih kita kepada sesama (1 Yoh 3:16-18; 4:9-12). Maka perintah terbesar bagi umat Kristen adalah untuk saling mengasihi sebagai saudara (1 Yoh 3:23; 4:21). Sebaliknya, orang yang membenci saudaranya tidak mengasihi Allah (1 Yoh 2:7-11; 3:11; 4:7.8.20; 5:2).

      Suatu kontras yang tajam dilukiskan di antara anak-anak Allah dengan para pengajar palsu yang adalah golongan kaum anti-kristus (1 Yoh 2:18) dan pengikut setan (1 Yoh 3:7-10; 5:19). Anak-anak Allah diurapi (1 Yoh 2:20) dan tidak memerlukan pengajaran; mereka didesak agar berpegang pada apa yang telah diajarkan sejak semula (1 Yoh 2:24). Jika demikian, mereka akan menang jaya (1 Yoh 5:4.5).

 

2 Yohanes

Ditujukan kepada “Ibu yang terpilih dan anak-anaknya”, surat ini mungkin dimaksudkan untuk suatu gereja di Asia Kecil. Surat memuji mereka karena terus gigih berpegang pada iman dan mendesak mereka agar meneruskannya dengan tekun.

 I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

Pengarang surat tidak membubuhkan namanya tetapi menyebut dirinya sebagai “penatua” (2 Yoh 1), sebutan yang sama pada surat 3 Yoh. Tradisi Kristen menganggap pengarang ketiga surat Yohanes adalah orang yang sama, yaitu Yohanes rasul, tetapi pandangan ini tidak bulat. Bahkan dari Gereja kuno, ada beberapa (misalnya Papias pada abad kedua) yang yakin bahwa surat-surat 2 dan 3 Yoh ditulis oleh seseorang yang bukan Yohanes rasul, melainkan seorang gembala umat yang bernama “Yohanes sang penatua” yang boleh jadi hidup sezaman dengan Yohanes rasul di Asia Kecil. Di pihak lain, tradisi bahwa Yohanes adalah pengarang ketiga surat sudah lebih kuno, dan ada keserupaan gaya sastra di antara surat kedua dan surat pertama (bdk 1 Yoh 2:27 dengan 2 Yoh 5; 1 Yoh 2:18-22 dengan 2 Yoh 7; 1 Yoh 1:4 dengan 2 Yoh 12). Dengan adanya keserupaan-keserupaan itu amanlah jika disimpulkan bahwa surat-surat 2 dan 3 Yohanes ditulis oleh orang yang sama dengan surat 1 Yoh, dan mungkin hampir bersamaan waktu penulisannya.

 

II. ISI

I. Salam (ayat 1-3)

II.Kebenaran dan Kasih (ayat 4-12)

III. Salam Penutup (ayat 13).

 

III. MAKSUD DAN TEMA

Surat Kedua Yohanes jauh lebih singkat daripada Surat Pertama dan di dalam bentuk suatu surat (sementara Surat Pertama lebih merupakan suatu khotbah). Maksud utamanya adalah menyemangati kaum beriman untuk bertekun gigih berhadapan dengan para pengajar palsu. Para pengajar palsu itu adalah “yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus” (2 Yoh 7). Begitu prihatinnya si pengarang mengenai hal itu sehingga ia bermaksud untuk mengunjungi orang yang disuratinya untuk membahas persoalan itu. Sekalipun pendek, surat itu menyampaikan program rangkap tiga, yaitu: kasih persaudaraan, bakti iman, dan perlawanan pada pengajar-pengajar palsu dengan segala ajaran mereka.

 

3 Yohanes

Suatu surat yang ditujukan kepada “Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran” ini berkaitan dengan penyelesaian hukum atas persoalan di dalam suatu jemaat setempat (mungkin suatu gereja di dekat Efesus).

 I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

Surat Ketiga Yohanes ini menunjukkan kesamaan yang menonjol dalam hal gaya sastra, struktur, dan panjangnya, dengan surat yang kedua. Tradisi lama Kristen menganggap Yohanes rasul sebagai pengarangnya. Beberapa ahli beranggapan bahwa sebenarnya surat yang ketiga ini justru merupakan surat yang tertua dari ketiga surat Yohanes, namun pernyataan itu tidak dapat dipastikan kebenarannya.

 

II. ISI

I. Salam (ay 1)

II. Pujian dan Nasehat kepada Gayus (ay 2-8).

III. Diotrefes dan Demetrius (ay 9-12)

IV. Salam Penutup (ay 13-15).

 

III. MAKSUD DAN TEMA

Surat yang ketiga dari Yohanes ini ditujukan kepada Gayus, yang menjadi tuan rumah, menerima para misionaris Kristen yang melakukan perjalanan (ay 5-8). Pengarang memuji dia sebagai orang yang “hidup dalam kebenaran” (ay 3), dan Gayus disemangati untuk melanjutkan karyanya yang berharga sebagai amal kasih Kristen itu. Surat juga prihatin dengan seorang yang bernama Diotrefes, yang terbukti menjadi pemimpin yang buruk bagi jemaat (ay 9-11) dan tentang Demetrius yang baik (ay 12).

      Surat ini merupakan tulisan yang paling pendek dalam Perjanjian Baru, tetapi ia memberikan kepada kita keterangan penting mengenai keadaan tertentu dari Gereja Purba. Diperlihatkan khususnya bagaimana Gereja membahas persoalan yuridsiksi dan persaingan di antara para pemimpinnya, seperti yang diperlihatkan melalui perselisihan antara Yohanes, sang gembala dan pemimpin komunitas-komunitas di Asia |Kecil, dengan pemimpin setempat Diotrefes yang melaksanakan wewenangnya dengan cara yang kasar dan tidak baik. Di tengah-tengah mereka adalah Gayus, yang oleh si pengarang diharapkan mendukung pemimpin yang sesungguhnya, bertahan dalam iman dan menerima Demetrius. Si penatua berharap akan datang sendiri untuk menyelesaikan soal itu (ay 14) dan “akan meminta perhatian atas segala perbuatan yang telah dilakukannya, sebab ia meleter melontarkan kata-kata yang kasar terhadap kami” (ay 10).

Pastoral untuk Katolik Tradisional Perancis, Konferensi Waligereja Perancis

Pada hari ini, 8 November 2022 sidang umum Konferensi Waligereja Perancis yang diselenggarakan di Lourdes sejak 3 November yl akan ditutup. Perancis yang setelah masa Revolusi menjadi sumber modernisme sekular, dalam kehidupan Gereja dikenal sebagai salah satu kubu tradisionalisme. Dari segi Liturgi sebagian dari umat katolik Perancis menyukai bentuk tradisional pra-Vatikan II yang menggunakan bahasa Latin. Melihat kukuhnya pendirian mereka Paus Benediktus XVI pada tahun 2007 menerbitkan Motu Proprio Summorum Pontificum yang memberi kelonggaran untuk menggunakan Buku Missa tahun 1962. Namun Paus Fransiskus melihat kelonggaran itu banyak disalahgunakan dengan mendidik dan menahbiskan imam-imam yang mengacu pada tradisionalisme dan membuat lebih parah pemisahan umat katolik Konsili Vatikan II dan umat katolik pra-Konsili Vatikan II, sehingga pada Juli 2021 dikeluarkan Motu Proprio Traditionalis Custodes yang membatasi Misa Tradisional dan penggunaan Missal 1962. Umat Katolik tradisional Perancis langsung membuat pernyataan sehari sesudah keluarnya Motu Proprio Traditionalis Custodes bahwa mereka peduli, menghargai dan bertekat melanjutkan menggunakan Misa Tradisional Latin sesuai dengan aturan yang berlaku dan tetap dalam kesatuan dengan Paus. Namun kenyataan menunjukkan bahwa umat katolik Tradisional Perancis masih "kebingungan" dan digambarkan oleh Kardinal Pietro Parolin sebagai "domba yang terluka, yang memerlukan pendampingan, didengarkan, dan diberi waktu".



Paus Fransiskus memberi sambutan tertulis yang dibacakan Kardinal Pietro Parolin pada Sidang Umum Konferensi Waligereja Perancis hari pertama 4 November, agar para Uskup memberi perhatian pastoral  kepada "kaum muda, imam dan awam" Perancis yang dididik dalam kesetiaan Tradisionalis dan kebingungan oleh Motu Proprio Traditionalis Custodes itu. Para Uskup Perancis membahas Motu Proprio Paus Fransiskus itu pada hari Minggu, hari keempat sidang umum mereka.

Pada bulan September 2021 hanya satu dari lima Uskup Perancis menerima dan akan melaksanakan Traditionalis Custodes. Dan pada 10 September 2021 sekelompok Uskup Perancis menghadap Paus membahas Traditionalis Custodes. Pada waktu itu Paus tetap memertahankan norma yang telah ditetapkan dan menyampaikan pesan bahwa para Uskup bertanggungjawab memberi bimbingan pastoral kepada umat katolik tradisional. 

Pada bulan Februari 2022 setelah suatu pertemuan dengan Persaudaraan Imam St Petrus (FSSP) Paus Fransiskus memberi mereka ijin untuk merayakan Misa menggunakan Misa Latin Tradisional 1962 pada kesempatan 11 Februari 2022. Pada bulan Juni 2022 Paus melarang tahbisan imam di Keuskupan Frejus-Toulon, yang jelas-jelas merupakan penyalahgunaan untuk mengembangkan lebih lanjut sikap tradisionalis Perancis. Kardinal Pietro Parolin dalam suratnya kepada para Uskup Perancis bulan Oktober yang lalu mengingatkan bahwa Perancis pada masa ini masih berada di tengah krisis penyalahgunaan. "Lebih dari sebelumnya, Anda dipanggil untuk mengobati luka-luka umat beriman Perancis akibat penyalahgunaan itu. Mereka yang menjadi korban adalah yang kecewa dan berada dalam pencobaan akibat penyalah gunaan dan skandal ini, terutama para imam muda yang punya semangat bakti namun tidak dihargai pelayanannya dan berada di tengah kesulitan, dan yang membutuhkan kedekatan Anda."

Lembaga Agama Katolik Badan Hukum

Menurut Surat Keputusan Dirjen Bimas Katolik Nomor 89 Tahun 2021 tentang Penetapan Lembaga Agama Katolik sebagai Badan Hukum 

Persyaratan

Surat Permohonan dari Pimpinan Keuskupan / Keuskupan Agung/ Tarekat/ Ordo/ Serikat/ Kongregasi

SK Pendirian, Dekrit dari Pejabat yang Berwenang (Paus dan Uskup)

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang sudah disahkan

Surat Pernyataan dari Pejabat Gereja bahwa Lembaga Agama Katolik tersebut adalah Lembaga Agama Katolik yang diakui oleh Gereja Katolik

Daftar Biara/Komunitas cabang di seluruh Indonesia

Alamat lengkap kantor pusat di Indonesia dan e-mail

Akte Notaris bila ada

 

Sistem, Mekanisme dan Prosedur

Melalui Surat: a) Pemohon layanan menyampaikan surat permohonan dan persyaratan lainnya kepada Dirjen Bimas Katolik; b) Verifikasi berkas permohonan; c) Pemohon layanan mendapat informasi kelengkapan berkas; d) Pemohon layanan mendapat Keputusan Dirjen tentang Penetapan Lembaga Agama Katolik sebagai Badan Hukum Keagamaan Katolik.

Datang Langsung: a) Pemohon layanan datang menyampaikan surat permohonan dan persyaratan lainnya ke Dirjen Bimbingan Masyarakat Katolik melalui Kepala Subdit Kelembagaan Direktorat Urusan Agama Katolik; b) Pemohon layanan mendapat tanda terima jika berkas telah lengkap; c) Pemohon layanan mendapat Keputusan Dirjen tentang Penetapan Lembaga Agama Katolik sebagai Badan Hukum Keagamaan Katolik.

  

Waktu Penyelesaian

5 Hari

 Jangka waktu pelaksanaan Pelayanan Penetapan Lembaga Agama Katolik sebagai Badan Hukum Keagamaan adalah 5 hari kerja per permohonan setelah berkas diterima oleh petugas.

  

Biaya / Tarif

Tidak dipungut biaya

 

Produk Pelayanan

Keputusan Dirjen Bimas Katolik tentang Penetapan Lembaga Agama Katolik sebagai Badan Hukum Keagamaan Katolik

 

Pengaduan Layanan

Pemohon layanan dapat menyampaikan pengaduan, saran dan masukan melalui:

 alamat email: bimaskatolik@kemenag.go,id;

Melalui lapor.go.id

Melalui telepon (021) 3920437 kepada Subbagian Tata Usaha Direktorat Urusan Agama Katolik. Pengaduan, saran dan masukan melalui telepon dibuatkan laporan.

Datang langsung ke Subdit Kelembagaan Ditjen Bimas Katolik, dengan alamat: Gedung Kementerian Agama RI Lantai 13, Jl. MH Thamrin Nomor 6, Jakarta Pusat.

Mengirim surat ditujukan kepada Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, dengan alamat: Ditjen Bimas Katolik Gedung Kementerian Agama RI, Jl. MH Thamrin Nomor 6, Jakarta Pusat.

Pengaduan melalui surat baik manual maupun elektronik akan dijawab paling lambat 2 hari kerja sejak surat pengaduan diterima.

 

Surat Keputusan

Foto SK - Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik

Dokumen SK - Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik

1-b Kep Std Layanan 2019-20210331123857.pdf | Tanggal SK: - | Nomor SK: -

SK Nomor 89 Tahun 2021-20210331131033.pdf | Tanggal SK: - | Nomor SK: -

 

Dipetik dari https://sippn.menpan.go.id/pelayanan-publik/kementerian-agama-republik-indonesia/direktorat-jenderal-bimbingan-masyarakat-katolik/penetapan-lembaga-agama-katolik-sebagai-badan-hukum-keagamaan-katolik Selasa 8 November 2022.


MENUJU YUBILEUM 2025 (ii)

Perubahan yang timbul: Ketika pandemi global bergulir, para ahli memperkirakan berkembangnya kepercayaan yang lebih besar pada sarana-sarana digital yang berubah drastis untuk baik maupun buruk pada 2025.  Pandemi membuktikan bahwa fenomena yang mengubah dunia bisa muncul dari mana saja.  Beralih pada cara hidup dan kerja yang lebih intensif dalam jejaring komunikasi digital menunjukkan niali dari sistem-sistem yang kompleks ini.  

Pandemi makin mengarahkan fokus pada sisi atas dan bawah dari kehidupan digital. 

• Tele-apa saja : Penerapan proses dari jauh ( “remote” ) – telework (WFH) Kerja dari rumah, telemedicine (pengobatan dari jauh), virtual schooling (sekolah on-line), e-commerce (perdagangan elektronik) bertambah banyak – dan terus bertumbuh. Pada 2025, akan makin banyak orang bekerja dari tumah, lebih banyak interaksi sosial dan hiburan virtual dan makin berkurang kerumunan orang ketimbang di masa lalu. 

• Harapan orang akan kenyamanan dan keamanan menambah besarnya andalan pada sarana digital :pandemi telah menyebabkan konsumen memburu gadget, apps dan system yang makin smart. Ini akan mempercepat penyesuaian pada model dan platform belajar mengajar baru, tatanan baru pekerjaan dan tempat kerja, perubahan cara hidup keluarga dan cara serta struktur berkomunitas. 

• Kaca pembesar kebaikan dan keburukan manusia: krisis telah meningkatkan interkoneksi digital yang menumbuhkan empati, kesadaran yang lebih besar pada kerentanan manusia dan mengundang tindakan umum yang positif. Sebaliknya, sebagian individu, kota dan negara bangsa malah makin menutup diri dan bersikap mau menang sendiri dalam rangka survival. Rasialisme bertambah dan komunitas tertutup juga akan meningkat. 

Keprihatiban/kecemasan: ketika pandemi merebak semakin global, expert dengan cemas memerhatikan bertambahnya kesenjangan sosial and rasial, memburuknya ketertiban dan keamanan dan berkurangnya privasi serta semakin maraknya hoaks dan mis informasi. Mereka yang punya keunggulan mendapat lebih banyak keuntungan, mereka yang miskin semakin ketinggalan.  Kecemasan utamanya fokus pada bertambahnya kekuasaan perusahaan teknologi. Kebanyakan solusi yang ditawarkan adalah pedang bermata dia antara menguntungkan dan merugikan kebebasan sipil. 

Otomatisasi dapat menghilangkan banyak pekerjaan manusia. Dan penyebaran dusta melalui sosial media dan platform digital lainnya makin merusak semua sistem sosial, politik dan ekonomi. 

• Ketimpangan dan ketidakadilan bertambah besar: Pandemi dan cepatnya pergeseran pada penggunaan sistem digital melebarkan pemisahan rasial dan lain-lain sert menambah pengangguran, mereka yang tak punya jaminan penghidupan dan yang tersisih. Ketimpangan antara mereka yang beruntung dan tidak beruntung diperbesar oleh sistem digital diperlihatkan oleh perusahaan besar yang mampu memiliki data besar dan rumus sempurna pemecahan masalah. Orang yang rentan secara ekonomis dan kesejahteraan dan masa depan semakin banyak. 

• Ketika risiko bertambah,  privasi merosot dan otoritarianisme bertambah: krisis kesehatan karena  pandemi dan melebarnya ketergantungan orang pada internet meningkatkan ancaman tindakan kriminal, hacking dan serangan lainnya. Optimasi keamanan digital malah mengurangi privasi individu dan kebebasan sipil. Terjadi semacam pengawasan massal, yang digunakan negara otoriter untuk melumpuhkan lawan politik dan menyalahgunakan hak-hak warga. 

• Ancaman thd pekerjaan makin intensif karena otomasi, AI artificial intelligence, robotik dan globalisasi: Demi survive, bisnis menata ulang sistem dan proses melakukan otomatisasi kerja sebanyak mungkin. Sedang artificial intelligence (AI) dan robotik meringankan beban satu pihak, mereka merugikan pihak lain, ketika banyak pekerjaan diambil alih mesin. Para majikan melakukan outsourcing tenaga kerja dan memilih mereja yang meminta upah paling rendah. Para pekerja yang dibutuhkan makin sedikit, may be asked to work for far less; makin banyak menjadi tenaga kerja kontrak tanpa hal pensiun,  malah harus menggunakan sarana kerja mereka sendiri. 

 • Misinformasi akan menggila: propaganda digital tak dapat dikendalikan, dan dengan cepat cloud akan dijadikan senjata

technologi basis memecah belah publik, merusak ikatan sosial dan mengancam bukti dan pemikiran rasional

bases penentuan kebijakan. 

 • Tantangan kesehatan mental: Kehidupan digital sudah merupakan sumber stress untuk sebagian orang sebelum berlakunya isolasi sosial karena pandemi. Pergeseran kepada  tele-apa saja semakin meluas dan akan semakin mengurangi kontak pribadi dan membatasi penggunaan sistem real-world support dan hubungan sosial mereka.

 

HARAPAN: Ketika global pandemi merebak, para ahli mendesak agar keadilan diutamakan dan agar desain technologi difocuskan pada kesejahteraan manusia. Ada kesempatan untuk menata ulang sistem2 utama seperti struktur kapitalisme, pendidikan, layanan kesehatan dan tempat kerja. 

* Kemajuan teknologi seperti AI (artificial intelligence), smart cities, analisis data dan virtual reality seharusnya dapat lebih menyehatkan semua sistem, lebih manusiawi dan lebih membantu produktivitas. Komunikasi informasi yang lebih akurat dapat secara dramatis memerbaiki respon darurat atas krisis dan mengatasi penderitaan.

 • Keadilan Sosial  menjadi prioritas: Bangkitnya gerakan masyarakat untuk keadilan sosial dan pemerataan  ekonomi dapat meniciptakan pemerintahan yang makin tanggap dan sistem  socio-politik yang lebih peka pada keberagaman, persamaan dan keterbukaan. Ini meliputi fokus pada penutupan akun digital yang memecah belah.  

• Kesejahteraan umum akan lebih diutamakan ketimbang profit: Dunia usaha akan mulai memerhatikan dan melayani kebaikan yang lebih besar dari sasaran-sasaran kapitalisme pasar. Hasilnya adalah kebijakan untuk mendanai jaring pengaman yang lebih luas seperti pelayanan kesehatan universal, upah dasar universal dan pelayanan umum broadband. 

• Mutu hidup akan meningkat: Transisi pada pekerjaan di rumah akan mengurangi pencemaran udara kota, dan kepadatan transportasi serta kerumunan. Mutu hidup pada umumnya ditingkatkan, menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk hidup keluarga, memberi akomodasi pada penyandang disabilitas dan memicu perbaikan2 lainnya.

 • AI, VR, AR, ML will yield good: Artificial intelligence, virtual reality, augmented reality, deep learning, machine learning and natural language processing will make virtual spaces feel much more real, in-person, authentic, and effective. 

 • Sistem2 yang makin cerdas akan diciptakan: Tata-kota, tata-pedesaan, provinsi dan unit layanan2 mandiri, khususnya di sektor perawatan kesehatan, makin moderni agar lebih efektif menangani krisis masa depan, lebih cepat mengidentifikasi dan merespon ancaman yang timbul dan berbagi informasi dengan semua warga dengan cara yang lebih segera dan membantu.


Sumber: Non-scientific canvassing of select experts conducted June 30-July 27, 2020. “Experts Say the ‘New Normal’ in 2025 Will Be Far More Tech-Driven, Presenting More Big Challenges” PEW RESEARCH CENTER and ELON UNIVERSITY’S IMAGINING THE INTERNET CENTER, 2021

Senin, 07 November 2022

PERUBAHAN IKLIM - COP27 SHARM EL SHEIKS - MESIR




Hari ini 7 November 2022 perhelatan global akan dibuka di Sharm el Sheiks, Mesir, yaitu COP 27 (Conference of Parties) yang dihadiri pemerintah negara2 anggota Kovensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC). COP 27 akan mempertegas dan meluaskan komitmen negara-negara untuk mencapai kesepakatan COP 15 Paris 2015 dalam hal membatasi tambahan pemanasan global 1,5 derajat Celsius pada abad ini. COP 27 ini melanjutkan COP 26 Glasgow yang selain tanggungjawab pemerintah juga meminta tanggungjawab, komitmen dan peran serta dunia usaha: di seluruh sektor industri, pada tiap perusahaan, dan di seluruh sistem ekonomi untuk bersama-sama mencapai sasaran tambahan pemanasan global 1,5 derajat Celsius pada abad ini. Janji dan komitmen perlu dituangkan dalam rencana-rencana praktis.

Komitmen emisi karbon 0 masih di luar jangkauan formasi rantai logistik, mekanisme pasar, model2 pendanaan yang ada, dan solusi serta struktur lain yang diperlukan  melancarkan jalannya proses dekarbonaisasi dunia. Bagi dunia usaha kondisi2 akan menciptakan peluang inovasi dan mengarah pada tindakan terkoordinasi oleh rekan-rekan industri, para mitra dalam rantai logistik, penyedia modal dan pengambil kebijakan. Masih akan ditunjukkan risiko tambahan yang membuat harga2 komoditi naik. Dengan mengingat peluang dan risiko itu setidaknya ada lima pertimbangan fundamental yang membantu para eksekutif merumuskan program emisi karbon 0 (net-zero) untuk beberapa tahun mendatang.

Penting dilakukan analisis yang membantu menunjukkan sejauh mana perlu dilakukan pengurangan emisi dan beradaptasi dengan level pemanasan. Bagi para eksekutif, juga penting memadukan tujuan negara dan perusahaan2 mengarah pada target 1,5 derajat Celsius. Imperatif net-zero sudah bukan lagi dipersoalkan - melainkan menjadi prinsip dunia usaha. 

Komitmen net-zero dibuat di Glasgow dalam COP 26 oleh gabungan stakeholder - pemerintah, lembaga keuangan, badan usaha, organisasi multi lateral dan sebagainya - yang wajib ambil peranan untuk memecahkan masalah sistemik. Misalnya transisi pelayaran bersih menuntut para konsumen untuk mensyaratkan pemberi jasa, perusahaan pelayaran, berinvestasi mengadakan kapal-kapal yang dijalankan dengan bahan bakar 0-emisi, para produsen bahan bakar harus menyediakan lebih banyak lagi bahan bakar 0-emisi, dan bank menyediakan modal untuk keperluan itu. Dengan koordinasi kegiatan demikian terjadi perubahan menyeluruh konteks operasi bagi perusahaan-perusahaan.

Para CEO dapat mendahului pergeseran konteks itu dengan menggabungkan diri dalam koalisi-koalisi yang sudah ada sekarang, misalnya Mission Possible Partnership. COP 26 juga menyaksikan komitmen baru dari kelompok2 seperti Glasgow Financial Alliance for Net-Zero (GFANZ).  Para CEO yang menyadari kepentingan mendesak dan belum terpenuhi akan upaya lintas sektor juga dapat membentuk suatu koalisi. Mereka dapat juga melibatkan sektor negara untuk membuat peraturan yang lebih membantu secara lancar transisi menuju net-zero.

Di banyak tempat, komitmen net-zero mendahului rencana badan usaha untuk mewujudkannya. Relatif masih sedikit perusahaan yang memerincinya dalam rencana-rencana detil untuk mencapainya. Sekarang itulah fokus perhatian para pemimpin sekarang; para investor dan regulator diharapkan demikian pula. Rishi Sunak dari Inggris menyatakan bahwa pada COP 26 Bendahara Negara akan meminta perusahaan yang sahamnya terdaftar di Inggris untuk membuat rencana net-zero pada 2023. Cepat atau lambat para regulator dan supervisor di tempat lain akan menyusul mengikuti contoh itu.

Hingga sekarang, para pemimpin yang telah membuat rencana-rencana net-zero membuat perusahaan mereka berbeda dari rekan2nya. Dasar persaingan lalu berubah, dan ada suatu premium sekarang atas perencanaan dan pelaksanaan program net-zero. Rencana2 itu berbeda-beda dalam hal yang spesifik, namun tersusun rapi dengan mencakup elemen-elemen tertentu:

* target2 emisi untuk Lingkup 1, 2, dan 3 (yang paling berat); termasuk target2 jangka panjang, sasaran jangka menengah untuk 2025-2030, yang semua terkait dengan arah mitigasi berbasis ilmu, atau arah sektor khusus yang berasal dari kewenangan yang dapat dipercaya;

* suatu pandangan strategis atas risiko dan peluang terkait iklim untuk setiap bagian dari portofolio perusahaan, termasuk wawasan dinamika persaingan dan gambaran lingkungan

* suatu asesmen atas anggaran belanja transisi yang akan diperlukan untuk pengurangan emisi, khususnya dari aset padat emisi yang sekarang dipunyai, dipadukan dengan posisi yang kredibel untuk penggunaan kredit karbon bermutu tinggi

* suatu program pembangunan kapabilitas untuk memantau kondisi eksternal, yang menentukan keputusan tentang cara update rencana perusahaan dan implementasinya

Penyiapan rencana-rencana memerlukan waktu - sementara kondisi bisnis berubah dengan cepat, namun perusahaan-perusahaan tak perlu menunggu untuk bertindak. Kebanyakan dapat mengayun langkah yang tak akan disesali sambil memetakan agenda jangka panjang mereka. Mulai dari langkah-langkah langsung yang menghasilkan nilai; melakukan investasi pada penghematan energi biasanya cukup memadai. 

Menjelaskan rencana perusahaan kepada para stakeholder juga penting. Tindakan itu akan menempatkan perusahaan di garis depan dalam membangun relasi dengan para investor dan dalam program-program keterlibatan bersama pemerintah.

Lembaga-lembaga keuangan menjadi lokomotif sejak COP 26 Glasgow yang lalu dan akan berlanjut dalam COP 27. GFANZ menghimpun 450 institusi yang mewakili USD 130 trilyun dalam aset keuangan (40% dari aset global). Sementara berdasar taksiran diperlukan anggaran belanja modal hingga USD 150 trilyun untuk transisi menuju net-zero, dua-pertiga di antaranya untuk negara-negara yang secara ekonomi maju. Bagaimanapun rintisan GFANZ perlu dikuatkan dalam COP 27.


https://www.cnbcindonesia.com/news/20221107162446-4-385784/pln-siap-pamerkan-8-inisiatif-transisi-energi-di-cop-27


Kabar dari Vatikan 5



Paus Fransiskus seperti biasanya, menyampaikan syukur dan terima kasih kepada Bunda Maria atas perlindungan perjalanan apostoliknya yang ke 38 ke Bahrain, negara ke 58 yang beliau kunjungi selama empat hari, 3-6 November 2022. Paus mengunjungi negara yang mayoritas Islam itu untuk ikut serta dalam Forum Dialog Hidup Damai Berdampingan Timur dan Barat. Paus meneguhkan umat katolik Bahrain dengan Misa yang diikuti 30.000 orang termasuk pengunjung dari 111 negara. Berbicara tentang kasih, walau dewasa ini dunia dicengkam spiral kekerasan yang meningkat, namun dengan tetap saling mengasihi kecenderungan itu akan berakhir. Misa Paus di negara Kawasan Teluk itu adalah yang kedua setelah Misa Abu Dhabi 2019. 



Paus mengajak kaum muda agar semakin akrab mendekat pada Kristus, dan menghimbau para imam dan biarawan-biarawati agar tidak lelah mewartakan kabar gembira, dengan semakin mesra bersandar pada Allah sumber sukacita, sebab bersama Allah mereka dapat menghadapi dan mengatasi kesulitan apa saja. 



Dalam Forum Dialog Bahrain Paus menyatakan tugas para pemimpin agama adalah bersama-sama meringankan situasi kemanusiaan yang menderita oleh karena kekerasan, dan mengerem tindakan mereka yang mengatasnamakan Tuhan melakukan kekerasan, dengan semakin giat memajukan hidup damai.



Paus juga melakukan perjumpaan dengan Imam Besar Al Azhar,  Ahmed Al-Tayyeb, dan  Patriarch Ekumenis Konstantinopel, Bartholomew I.




Dilatarbelakangi perang dan penderitaan, serta ketidakadilan di seluruh dunia, Paus menghimbau agar damai ditegakkan di Ukraina, Etiopia dan Yaman, diadakan perlucutan senjata, memajukan hak-hak asasi manusia, khususnya kebebasan beragama, penghargaan pada martabat perempuan dan anak-anak, dan memajukan kewargaan.




4 DIMENSI KESEHATAN

 

Pepatah Latin mens sana in corpore sano mengisyaratkan harapan jiwa yang sehat ada pada badan yang sehat. Namun banyak orang sekarang lebih mengaitkan kesehatan dengan situasi fisik. Sesungguhnya dalam pendekatan modern holistik ada 4 dimensi kesehatan yang memerlukan perhatian seimbang: kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial dan kesehatan rohani. Menurut WHO kesehatan meliputi dimensi-dimensi fisik, mental dan sosial (1948). Suatu riset (2022) menunjukkan rata-rata 75% responden dari 19 negara mengaitkan kesehatan melulu pada fisik. Dimensi kesehatan mental, sosial dan rohani kurang diperhatikan. 

Perhatian pada keempat dimensi kesehatan itu di Indonesia cukup seimbang.



Dengan mengadopsi pendekatan 4 dimensi yang holistik, responden memaknai hidupnya lebih penuh tidak terkendala oleh ada tidaknya penyakit. Walau 85% responden menganggap kesehatan fisik dan mental sangat dan amat sangat penting, namun antara 70-62% menganggap kesehatan sosial dan rohani juga sangat dan amat sangat penting. Perasaan kesendirian dan terisolasi dinilai berisiko tinggi terhadap stroke, sedang kaitan hidup dengan tujuan yang lebih tinggi mengurangi risiko stroke.

Dari laporan riset, ada tidaknya penyakit tidak selalu terkait dengan persepsi kesehatan. 40 persen responden yang mengidap sakit memandang kesehatan mereka baik dan sangat baik. Sebaliknya 20% responden yang tidak punya penyakit memandang kesehatan mereka buruk atau sangat buruk. Sedang 25% responden yang mengidap penyakit memandang diri mereka masih sanggup melakukan pekerjaan fisik yang berat.



Usia juga tidak selalu terkait dengan persepsi kesehatan. Kelompok usia 18-24 memandang diri mereka sehat dan sangat sehat, begitu juga kelompok usia 70-85. Dalam kesehatan mental, lansia usia 65 tahun ke atas merasa sehat dan sangat sehat, seperti kelompok 24 tahun ke bawah. Namun Generasi Z melaporkan kondisi kesehatan mental yang lebih buruk. Pangsa usia 24 tahun ke bawah lebih banyak yang kondisi kesehatan sosialnya cukup atau lebih buruk dibanding pangsa lansia 65 tahun ke atas.

Nilai harapan hidup pada waktu kelahiran berkorelasi negatif dengan persepsi kesehatan. Responden dari negara yang angka harapan hidupnya tinggi seperti Jepang dan Australia, menganggap situasi kesehatan mereka buruk. Kondisi hidup yang lebih baik menyumbang kenaikan harapan hidup dan persepsi kesehatan, seperti yang dialami responden dari India, Turki dan beberapa negara Afrika. Angka harapan hidup di Indonesia mengalami kenaikan, dan persepsi kesehatan masyarakat juga meningkat.



Responden secara umum menganggap dukungan kerabat dan sahabat sangat penting untuk kesehatan, bahkan lebih penting ketimbang sistem-sistem pendukung kesehatan lainnya, entah swasta, pemerintah atau pun komunitas.



Minggu, 06 November 2022

Surat Kepada Filemon

 



Surat Paulus kepada Filemon adalah surat yang paling pendek dalam Perjanjian Baru. Paulus memberi nasehat kepada Filemon, seorang kaya dari Asia Kecil, tentang Onesimus, seorang budak yang melarikan diri dari rumah Filemon. Paulus menghimbau agar Filemon memaafkan dan memerlakukan Onesimus dengan baik setelah ia pulang.

 

I.                PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

Pengarang menyatakan diri sebagai Paulus tiga kali dalam surat ini (Flm ayat 1,9,19). Pada umumnya para ahli setuju bahwa pengarang surat ini adalah Paulus.

      Pendapat ahli tidak begitu bulan mengenai waktu penulisannya. Paulus menulis surat ini dari penjara (ayat 9-10, 13, 23), tapi tidak diketahui, dari penjara mana surat Paulus ini terbit, apakah kaisarea (Kis 23:31-35), Roma (Kis 28:16-31), ataukah dari lokasi yang lain (2 Kor 11:23). Waktu penulisan surat ini yang paling mendekati adalah antara tahun 60 dan 62, ketika Paulus dipenjarakan di Roma untuk yang pertama kalinya. Surat kepada Filemon bersama dengan Surat-surat kepada jemaat Efesus, Filipi dan Kolose disebut “surat-surat penjara”, suatu surat yang tampaknya ditulis Paulus dari Roma.

 


II.              ISI

I.                Salam ayat 1-3.

II.              Ungkapan syukur (ayat 4-7)

III.            Permintaan untuk Onesimus (ayat 8-21)

IV.            Permintaaan Kebaikan Hati (ayat 22)

V.               Salam dari Temn-teman Paulus (ayat 23-24)

VI.            Berkat (ayat 25)

 

III.            MAKSUD DAN TEMA

Surat ini ditujukan kepada seorang Kristen pemeluk baru, pemilik budak yang bernama Filemon, serta Apfia (mungkin isteri Filemon) dan seorang pemimpin komunitas Kristen yang bernama Arkhipus  (mungkin putera Filemon). Karena hubungan yang dekat antara surat ini dan surat kepada jemaat Kolose, tampaknya Filemon dan keluarganya tinggal di dalam kota Kolose atau di dekat kota itu (bdk Kol 4:9.17). Surat ini berbicara tentang Onesimus, seorang budak yang melarikan diri dari pekerjaannya di rumah Filemon dan berjumpa dengan Paulus dalam penjara yang terakhir dan telah menjadi Kristen.

      Paulus menyebut Onesimus sebagai “saudara yang setia dan yang kekasih” (Kol 4:9) dan mengirimnya kembali kepada Filemon bersama dengan Tikhikus yang membawa surat kepada jemaat Kolose. Nama budak itu (Bahasa Yunani, Onesimus, artinya “yang berguna”) adalah dasar yang perlu diingat: “dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku” (ay 11). Seorang majikan mempunyai hak untuk memberikan hukuman yang terberat atas budak yang melarikan diri, terutama budak yang mungkin bersalah mencuri uang atau harta kekayaan (ay 11, 18), maka Paulus menambahkan dalam permintaannya “Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku -- aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya--agar jangan kukatakan: "Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!" -- karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri. Ya saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus!” (ay 17-20).

      Surat yang pendek ini mengajak kita sekilas pintas melihat sistem perbudakan Roma dan menanggapinya sebagai orang Kristen. Paulus sadar bahwa Filemon berhak untuk menghukum mati Onesimus, tetapi ia tetap mengirim budak itu pulang. Hal itu dilakukannya karena Onesimus harus memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya, dan Paulus menyatakan kesediaannya membayar kerugian yang diakibatkan oleh Onesimus kepada Filemon agar keadilan dilaksanakan (ay 18-19). Paulus menantang Filemon agar menjadi seorang Kristen sejati dan mengakui kewajiban Kristen yang jauh melampaui hukum Kekaisaran Roma yang keras. Paulus mendesak orang kaya itu agar memaafkan si b udak, dan menambahkan dengan halus bahwa Filemon harus mengembangkan Onesimus (ay 16 dan 21). Hubungan lama antara budak dan majikan tidak ditinggalkan, tetapi diubah, sehingga Onesimus dan Filemon bukan lagi budak dan majikan, melainkan saudara-saudara dalam Kristus.

      Tradisi kuno menyatakan bahwa Onesimus akhirnya dibebaskan dan menjadi seorang Uskup.

TITUS DAN SURAT PAULUS KEPADA TITUS

 



Titus   

Seorang Kristen bukan Yahudi (Gal 2:3) yang menjadi salah seorang rekan sekerja Paulus (2 Kor 8:23). Sebelumnya, ia muncul bersama Paulus di Yerusalem pada waktu sunat masih dipersoalkan dengan sengit (Gal 2:1-5). Selanjusnya Titus diutus Paulus untuk menjadi wakilnya bagi jemaat di Korintus (2 Kor 2:13; 7:6.13-14; 8:6, 16, 23; 12:18). Ia sekali lagi diutus untuk mengawasi pengumpulan derma bagi jemaat Yerusalem (2 Kor 8:6) dan kepadanyalah dialamatkan Surat kepada Titus (Tit 1:4). Surat ini menyarankan agar Titus pergi ke Kreta bersama Paulus (Tit 1:4), karena ia disuruh membina jemaat di sana, dan kemudian menuju Nikopolis (Tit 3:12). Selanjutnya Titus berada di Dalmatia tempat ia melakukan pelayanan pada waktu penulisan Surat Kedua untuk Timoteus (2 Tim 4:10). Menurut tradisi Titus kembali lagi ke Kreta dan menjadi uskup di sana (Eusebius, Hist. Eccl, 3.4.6)



Surat Kepada Titus

Salah satu dari ketiga surat yang disebut Surat-surat Pastoral (bersama dengan 1 dan 2 Tim). Ditujukan kepada salah seorang rekan sekerja yang dekat dengan Paulus. Isinya berhubungan dengan soal penggembalaan jemaat Kristen awal. Surat kepada Titus juga menyampaikan berbagai pandangan yang berharga atas pelayanan dan pemikiran Paulus di tahun-tahun terakhir dalam hidupnya.

 I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

Secara bulat jemaat Kristen yakin hingga abad kesembilanbelas bahwa Surat kepada Titus, bersama dengan surat-surat pastoral yang lain, ditulis oleh Paulus, seperti dinyatakan di dalam surat itu sendiri (Tit 1:1; bdk 1 Tim 1:1 dan 2 Tim 1:1). Beberapa ahli pada abad kesembilanbelas meragukan Paulus sebagai penulis surat-surat pastoral itu mengingat perbedaan gaya bahasa dengan Surat-surat Paulus yang tidak dipersoalkan, tidak dicantumkannya ajaran-ajaran yang khas dari Paulus, dan situasi historis yang tampak melatarbelakangi surat itu. Perbantahan mengenai Paulus sebagai pengarang Surat kepada Titus adalah sama dengan bahasan kita berkenaan dengan Surat 1 dan 2 kepada Timoteus, dan sekali lagi sikap tradisi tentang Paulus sebagai penulis surat ini tetap dipegang dan menjelaskan data serta berbagai hipotesis alternatif lainnya.

      Waktu penulisan Surat kepada Titus tidak bisa dipastikan dan bukti dari dalam surat itu sendiri terlalu sedikit untuk bisa membandingkan kejadian-kejadian yang dibicarakan dengan kronologi yang terdapat dalam Kitab Kisah Para Rasul. Menurut tradisi, Paulus melakukan perjalanan misinya yang keempat sesudah dipenjarakan di Roma (sekitar 60-62 M; bdk Kis 28:16) dan sebelum ia mati sebagai martir (tahun 67 M), maka mungkin surat kepada Titus disusun Paulus berturutan waktunya dengan penulisan surat 1 Tim, antara tahun 63 dan 66 M. Para ahli yang menyangsikan surat-surat pastoral itu sebagai karya Paulus menduga surat itu ditulis oleh salah seorang murid Paulus jauh di kemudian hari, antara tahun 80 dan 110.

 

II. ISI

i. Salam Pembukaan kepada Titus (Tit 1:1-4)

ii. Kriteria Bagi Pemimpin Jemaat Kristen (Tit 1:5-9)

iii. Persoalan Pengajar Palsu (Tit 1:10-16).

iv. Perilaku Kristen (Tit 2:1-10)

v. Komitmen Kristen (Tit 2:11--3:1-7)

vi. Penutup

 


III. MAKSUD DAN TEMA

Paulus mengirimkan surat itu kepada Titus yang berada di pulau Kreta di Laut Tengah, di mana dulu Paulus dan Titus bersama-sama mewartakan Injil. Paulus harus melanjutkan perjalanan misinya, tetapi Titus ditinggalkan untuk membantu penduduk setempat yang terdiri dari baik sekelompok jemaat orang Yahudi (Tit 1:10) maupun sebagian besar orang yang sebelumnya tidak mengenal Tuhan dan menyolok dalam hal rendahnya moralitas (Tit 1:12).

      Isi pokok surat itu (Tit 1:5—3:11) berkaitan dengan petunjuk Paulus agar Titus mengatur himpunan jemaat Kristen di situ dan mengangkat pemimpin-pemimpin yang dapat melaksanakan karya penggembalaan atas jemaat (Tit 1:5). Seperti yang diuraikan dalam 1 Tim (1 Tim 1:13), Paulus menyerukan supaya Titus membangun kekuatan jemaat dan kememimpinan mereka di dalam menghadapi para pengajar palsu (Tit 1:10-16; bdk 1 Tim 1:3-7).

      Paulus mengawalinya dengan memerintahkan Titus mengangkat pemimpin-pemimpin jemaat yang dapat diandalkan (Tit 1:5-16), terutama sebagai pengajar-pengajar. Salah satu kualitas yang dituntut dari para pemimpin ini adalah kemampuan praktis dalam merawat rumah-tangga mereka sendiri (Tit 1:6). Ia kemudian memberikan suatu norma perilaku (Tit 2:2-10) bagi jemaat dan mendesak Titus agar menangani para perusuh (Tit 2:15—3:11). Paulus menyatakan kepercayaannya yang penuh kepada Titus, dan setelah melaksanakan tugasnya di Kreta, Titus harus bergabung lagi dengan Paulus di Nikopolis pada waktu musim dingin (Tit 3:12).


HIDUP KEKAL

 

Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru

A.  Hidup Kekal Sebagai Fokus

Hidup kekal melalui Yesus Kristus merupakan ajaran sentral Perjanjian Baru. “Hidup” di sini berarti hidup ilahi atau hidup kekal. Sebagai Pencipta, Kristus memberikan “hidup duniawi” kepada manusia (Yoh 1:1-4), dan sebagai Penebus Ia memberikan “hidup ilahi” dalam segala kelimpahannya (Yoh 10:10).

      Ini merupakan kelanjutan dari pandangan PL tentang hidup, tetapi dengan orientasi yang lebih kuat pada keabadian. Hidup lebih dari sekedar "memiliki" hidup (Luk 12:15); secara paradoksal, supaya memiliki hidup kekal, orang harus menyerahkan hidupnya kepada Yesus (Luk 14:26) sebagaimana Ia telah menyerahkan hidupNya bagi banyak orang (Mrk 10:45).  Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya” (Luk 17:33).

 


B.  Iman pada Yesus sebagai Sarana Hidup Kekal

Ketika menulis Injilnya Yohanes menyatakan kepada kita: “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh 20:31). Iman pada Penyaliban dan Kebangkitan Yesus Kristus membentuk dasar hidup kita (Yoh 3:16), dan di dalam baptis, kita diperbolehkan ikut ambil bagian dalam hidup baru yang “datang dari atas” (Yoh 3:3-5). Hidup kekal adalah karunia Allah bagi semua orang yang percaya (Rm 6:23) dan yang hidup dalam Roh (Rm 8:11-13).

      Di dalam Perjanjian Baru, hidup yang ideal adalah hidup yang didasarkan pada hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Cara hidup ini diikhtisarkan dalam Surat Kepada Jemaat Galatia: “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal 2:19-20). Mirip dengan itu, Paulus menulis: “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rm 6:11 ; bdk 1 Kor 15:22; Flp 1:21). Yohanes terutama menekankan bahwa hidup kekal kita bergantung kepada Kristus: “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup” (1 Yoh 5:11-12).

 

C.  Hidup Kekal Sudah Mulai Dari Sekarang

Hidup kekal sudah datang kepada mereka yang beribadah kepada Allah, menaati perintah-perintahNya, dan mengikuti Kristus, “Pemimpin kepada hidup” (Kis 3:15; bdk. Kis 5:20; 13:48; 17:25). Hidup kekal dengan demikian merupakan cicipan atas hidup yang akan datang. Hidup ini sudah dimulai sejak baptisan, yang mendatangkan hidup baru dalam Kristus (Rm 6:4). Hidup yang lama sudah berlalu bagi pendosa, hidup dalam daging (Rm 8:12), dan suatu kebangkitan telah terjadi di dalam jiwa (Rm 6:13) yang mengantisipasi kebangkitan tubuh (Rm 8:11).

      Hidup kekal yang sepenuhnya akan dimiliki di surga, yang disebut Kitab Suci “hidup yang sebenarnya” (1 Tim 6:19), tetapi kita sudah mempunyai suatu bagian di dalam hidup kekal itu melalui karya sakramental Gereja: ''Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu” (Yoh 6:53).

Sabtu, 05 November 2022

Ptolemeus Dinasti di Mesir dan Seleukus Dinasti di Yunani

 


Nama empatbelas penguasa yang memerintah di Mesir dari sekitar 323 – 30 SM. Nama itu berasal dari pendiri dinasti, yaitu Ptolemeus I Soter (memerintah 304-285 SM); setiap pengganti laki-laki baginya lalu menggunakan nama itu.


                                                        Ptolemeus I Soter

      Dengan kematian Aleksander Agung, Ptolemeus, putera Lagus, salah seorang panglima yang cakap dari Aleksander, meminta untuk dijadikan satrap (gubernur) di Mesir sekaligus mengakui kedudukan para ahli waris Aleksander, yaitu saudara tiri Aleksander Filipus dan putera Aleksander yang bayi, Aleksander Muda. Namun pada tahun 310 SM Aleksander Muda dibunuh dan kesatuan Kerajaan Makedonia yang luas terpecah belah karena para panglima kerajaan berebut untuk mendapatkan tahta. Perang saudara memunculkan beberapa negara pecahan, termasuk dinasti Seleukus dan dinasti Ptolemeus. Ptolemeus memaklumkan diri sebagai raja Mesir pada tahun 304 SM dan mewariskan tahta kepada puteranya Ptolemeus II Filadelfus (memerintah 285-246 SM). Raja-raja Ptolemeus yang pertama, Ptolemeus I, II dan III Ewergetes (memerintah 246-221 SM)

                       

                         Ptolemeus II Filadelfus (atas) dan Ptolemeus III Ewergetes

sangat besar perannya dalam memantapkan Mesir Ptolemeus sebagai kekuatan besar di Timur, dan selanjutnya perluasan kerajaan hingga mencapai Palestina, Koile-Siria, dan kawasan Laut Tengah. Kemerosotan terjadi melalui perseteruan dengan para raja Seleukus, yang mendepak Ptolemeus keluar dari Siria dan Palestina pada akhir abad ketiga dan permulaan abad kedua SM. Lepasnya Palestina menggerakkan pemberontakan Yahudi terhadap kekuasaan Seleukus yang dilukiskan dalam kitab-kitab Makabe.


                                            Ptolemeus V Epifanes

      Gejolak dalam negeri Mesir yang memecah belah dinasti Ptolemeus bermula di bawah Ptolemeus VI Filometer (memerintah 180-145 SM; 1 Mak 10:51-58; 11:1-18; 15:16). Kemunduran politik mewarnai pemerintahan selanjutnya dalam dinasti Ptolemeus. Persaingan keluarga, saling bunuh, dan ketidak puasan umum bersamaan dengan munculnya Roma sebagai kekuatan besar di kawasan Laut Tengah. Dinasti Ptolemeus mencapai masa keemasan yang hanya sebentar di bawah Ratu Kelopatra yang suka bertualang cinta, bermain asmara dengan dua panglima Roma, Yulius Caesar dan Markus Antonius. Bersama dengan Antonius, Kleopatra dikalahkan Roma di bawah Oktavianus [Augustus] dalam pertempuran di Actium (31 SM). Kleopatra bunuh diri, dan puteranya, anak dari Yulius Caesar, Ptolemeus XV Caesarion, menyusul bunuh diri tak lama kemudian. Dengan demikian Dinasti Ptolemeus berakhir dan Mesir jatuh ke dalam kekuasaan Roma.

 

DINASTI PTOLEMEUS (304-30 SM)

Ptolemeus I Soter (323-285 SM)

Ptolemeus IX Soter II (116-108 SM)

Ptolemeus II Filadelfus (285-246 SM)

Ptolemeus X Aleksander (108-88 SM)

Ptolemeus III Ewergetes (246-221 SM)

Ptolemeus XI Aleksander II (80 SM)

Ptolemeus IV Filopater (221-205 SM)

Ptolemeus XII Auletes (80-51 SM)

Ptolemeus V Epifanes  (205-180 SM)

Ptolemeus XIII + Kleopatra VII (51-47)

Ptolemeus VI Filometer (180-145 SM)

Ptolemeus XIV + Kleopatra VII (47-44)

Ptolemeus VII Neos Filopator (145 SM)

Ptolemeus XV Caesarion + Kleopatra VII (44-30 SM)

Ptolemeus VIII Ewergetes II (145-116)

 



Seleukus

                        Daerah kekuasaan Ptolemeus I Soter (biru) dan Seleukus (kuning)

Dinasti Yunani yang didirikan sesudah kematian Aleksander Agung pada tahun 323 SM oleh salah seorang panglimanya, Seleukus I Nikator. Dinasti Seleukus memerintah suatu kerajaan yang wilayahnya meliputi Asia Kecil, Siria dan Babilonia, hingga Roma merebut semuanya pada abad pertama SM. Sebagai salah seorang panglima utama Aleksander Agung, Seleukus I Nikator adalah anggota dari apa yang disebut Diadokhi (“Para pengganti”) yang membagi-bagi kerajaan Aleksander Agung yang sedemikian luasnya pada suatu pertemuan pada tahun 320 SM di Triparadisus (Ribla). Seleukus menerima Babilonia sebagai wilayah kekuasaannya. Perang tak terelakkan lagi di antara para jendral yang saling bersaing dan Seleukus terpaksa mendekat kepada Ptolemeus I ketika ia diserang oleh Antigonus. Gabungan kekuatan Seleukus dan Ptolemeus mengalahkan Antigonus pada tahun 312 dan menandainya awal dari Dinasti Seleukus. Seleukus menggunakan sebutan raja pada tahun 305 SM dan pada tahun 301 SM ia memenangkan pertempuran di Ipsus, Asia Kecil, yang meluaskan daerahnya sampai ke Kapadokia dan Armenia serta sebagian besar dari Siria. Untuk melakukan suatu kekompakan politik, budaya dan militer dalam kerajaan yang terentang dari Indus hingga Laut Tengah itu, Seleukus dan pewarisnya, Antiokhus I Soter (memerintah 280-261 SM) mendirikan banyak sekali koloni-koloni Yunani yang sangat besar peranannya dalam menyebarkan Helenisme di seluruh Timur Dekat. Pusat-pusat Helenisme ini meliputi termasuk Antiokhia di Siria, Antiokhia Pisidia, Apamea, Edesa, Selesia, Dura-Europus dan Laodikea.



      Dinasti Seleukus dengan segera bersaing ketat dengan Dinasti Ptolemeus di Mesir, dan Siria serta Palestina sering menjadi medan perang mereka. Ptolemeus II menaklukkan sebagian besar dari Siria dan Damsyik pada tahun 301 SM, dan Seleukus terpaksa harus mengakui dominasi Ptolemeus atas Palestina. Pada tahun 278 SM Ptolemeus II berusaha merebut Siria utara dan dikalahkan oleh Antiokhus I. Perang-perang berlanjut, tetapi pada tahun 198 SM  Antiokhus III yang Agung (memerintah 223-187 SM) mengalahkan orang-orang Mesir di Paneas dan menguasai Palestina. Tetapi kekuasaan dinasti itu kemudian mulai runtuh ketika Seleukus dikalahkan Roma di Magnesia pada tahun 190 SM, sesudah mereka melepaskan Asia Minor sebelah barat Pegunungan Taurus. Garis keturunan raja-raja Seleukus tidak bisa bertahan lama lagi dan berantakan setelah kematian Antiokhus VII Sidetes pada tahun 129 SM  dengan munculnya perang saudara dalam perebutan tahta. Pesaing-pesaing di sekeliling, misalnya Tigran dari Armenia (memerintah tahun 83-69) merebut sebagian dari wilayah mereka hingga bangsa Roma, di bawah Pompeyus Agung, melindas Dinasti Seleukus dan menjadikan Siria suatu provinsi dari Roma.

      Dinasti Seleukus masuk dalam catatan Kitb Suci terutama karena keterlibatan mereka di Palestina. Seleukhus IV Filopator (memerintah 187-175 SM) mengirim menterinya Heliodorus ke Yerusalem untuk menjarah harta kekayaan Bait Allah (2 Mak 3:7-39; bdk Dan 11:20). Yang sangat menonjol adalah upaya Antiokhus IV Epifanes dalam rangka Helenisasi masyarakat Yahudi yang ada dalam kekuasaannya (1 Mak 1:20-62; 2:1-48). Kebijakan yang keras ini menyebabkan Perang Makabe.

 


Dinasti Seleukus

Seleukus I Nikator (memerintah 312-281 SM).

Antiokhus I Soter (memerintah 281 – 261 SM)

Antiokhus II Theos (memerintah 261-246 SM)

Seleukus II Kalinikus (memerintah 246-226 SM)

Seleukus III Soter (memerintah 226-223 SM)

Antiokhus IV yang Agung (memerintah 223-187 SM)

Seleukus IV Filopator (memerintah 187-175 SM)

Antiokhus IV Epifanes (memerintah 175-164 SM)

Antiokhus V Eupator (memerintah 164-162 SM)

Demetrius I Soter (memerintah 162-150 SM)

Aleksander Balas (memerintah 150-145 SM)

Demetrius II Nikator (memerintah 145-139 SM)

Antiokhus VI Dionisus (memerintah 145-142 SM)

Antiokhus VII Sidetes (memerintah 138-129 SM)