Daftar Blog Saya

Jumat, 13 Januari 2023

MARKUS DAN INJIL MARKUS

Sepanjang Bagian Pertama dari Masa Biasa sesudah Epifani, kita akan mendengarkan dan merenungkan Injil Markus.



Markus juga dikenal sebagai Yohanes Markus, adalah putera Maria dari Yerusalem (Kis 12:12), sepupu Barnabas (Kol 4:10), dan dipandang tradisi sebagai pengarang Injil kedua. Termasuk generasi pertama orang yang berpindah mengikut agama Kristiani dan anggota jemaat Kristiani Yerusalem, ia mungkin adalah anak muda yang lari telanjang ketika Yesus ditangkap (Mrk 14:51-52) – suatu cerita khusus yang tidak terdapat dalam Injil-injil lain. Ia menyertai Barnabas dan Paulus dalam perjalanan misi yang pertama, tetapi karena alasan yang tidak jelas, ia berpisah dengan mereka di Pamfilia (Kis 13:13). Ini mengakibatkan ketidakserasian hubungan antara Barnabas dan Paulus, sehingga Barnabas membawa Markus bersamanya dalam perjalanan misi ke Kiprus (Kis 15:39). Markus kemudian menyertai Paulus ketika rasul itu dipenjarakan di Roma, seperti yang disebutkan dalam Kol 4:10; 2 Tim 4:11, dan Flm 24. Ia juga bersama Petrus di Roma (1 Ptr 5:13). Menurut Papias, seorang uskup dari abad kedua, Markus adalah penterjemah Petrus dan menuliskan ajaran rasul itu dalam Injil Markus (lih Eusebius, Hist.Eccl. 2.15 dan 3.39). Dalam karyanya, Eusebius menulis bahwa Markus kemudian pergi ke Aleksandria sesudah kematian Petrus. Ia mengajar di sana dan menjadi uskup Gereja Aleksandria (Hist.Eccl 2.16.24). Cerita bahwa ia menjadi martir di Aleksandria pada masa Kaisar Trayanus dinilai tidak bisa dipercaya oleh sebagian ahli. Markus juga punya hubungan dengan kota Venesia, di mana jenazahnya dibawa pada tahun 829 dan disemayamkan di gereja asli St Markus (San Marco). Lambangnya, singa bersayap, kemudian menjadi lambang kota itu dan juga dijadikan lambang Republik Venesia. Lambang itu juga menjadi lambang tiga Paus di zaman modern: Pius X (masa kepausan 1903-1940), Yohanes XXIII (masa kepausan 1958-1963) dan Yohanes Paulus I (masa kepausan 1978); masing-masing adalah Uskup Agung Venesia sebelum menjadi Paus. Markus dipestakan setiap 25 April.

 


Injil Markus

Kitab yang kedua dalam Perjanjian Baru, dan yang kedua dari Injil-injil Sinoptik. Ditulis terutama untuk orang Kristen bukan Yahudi, Injil Markus berusaha menunjukkan bahwa Yesus adalah sungguh Anak Allah. Kisahnya menukik dalam realisme dan rinci, dengan lebih berfokus pada karya dan mujizat Yesus daripada wacana-wacananya.

 

I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

II. ISI

III. CIRI-CIRI SASTRA

IV. MAKSUD DAN TEMA

A. Yesus Mesias dan Putera

B. Yesus Anak Manusia

C. Tuntutan Sebagai Murid

D. Kabar Gembira

 

I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

Menurut Tradisi, Injil ini ditulis oleh Yohanes Markus dari Yerusalem. Manuskrip-manuskrip awal Injil ini diberi judul “Injil Menurut Markus”. Ia juga dikenal sebagai murid Petrus, walaupun ia tidak termasuk salah seorang dari rasul-rasul. Markus disebutkan beberapa kali dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, di mana ia disebut Markus, Yohanes Markus, atau Yohanes (Kis 12:35; 13:5.13; 15:37; Kol 4:10; 2 Tim 4:11; Flm 24). Dalam 1 Ptr 5:13 di digambarkan sebagai “Markus, anakku”, mungkin karena ia dibaptis oleh Petrus. Tradisi juga menyakini bahwa Petruslah yang menjadi sumber utama Injil Markus ini, dengan memberikn kesaksian mata yang mendasari cerita tentang hidup Yesus.

      Rujukan awal yang menyatakan bahwa Markus adalah pengarang Injil kedua terdapat dalam tulisan-tulisan Papias dari Hierapolis (awal abad kedua), yang menyebutnya “penerjemah Petrus” dan dikutip oleh Eusebius dari Kaisarea dalam karyanya Historia Ecclesiastica (3.39). Selain itu pernyataan yang meneguhkan berasal dari St Ireneus (sekitar tahun 180), St Klemens dari Aleksandria (sekitar tahun 200) dan Tertulianus (sekitar tahun 200).

      Para ahli pada umumnya menganggap Injil ini ditulis tak lama sebelum hancurnya Yerusalem tahun 70M. Mungkin pada masa penganiayaan Gereja di Roma waktu Kaisar Nero berkuasa. Dalam Mrk 13:1-37 Yesus menubuatkan kehancuran Yerusalem dan Bait Allah, tetapi Markus sama sekali tidak menggambarkan peristiwa dahsyat itu seolah-olah sudah terjadi.

      Waktu penulisan sebelum tahun 70M ini didukung oleh Tradisi Gereja. Setidaknya salah satu Tradisi menyatakan bahwa Injil ini ditulis sesudah Petrus menjadi martir di Roma (antara tahun 65 dan 67M); Prolog Anti-Marcion dan Santo Ireneus, keduanya dari abad kedua, menyatakan bahwa Markus menuliskan Injilnya tak lama sesudah Petrus mati, walaupun St Klemens dari Aleksandria menyatakan bahwa Injil Markus ditulis sebelum Petrus mati. Akhirnya, Eusebius dari Kaisarea memberikan waktu penulisan Injil ini bahkan lebih awal lagi, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Klaudius (antara 41-54 M).

 

II. ISI

I. Karya Yohanes Pembaptis (Mrk 1:1-8)

II. Yesus Dibaptis dan Dicobai (Mrk 1:9-13)

III. Karya dan Ajaran Yesus (Mrk 1:14-8:30)

A. Karya Yesus di Galilea (Mrk 1:14-3:12)

B. Yesus Mengajar (Mrk 3:13-7:23)

C. Rahasia Kristus (Mrk 7:24-8:30)

IV. Yesus Sang Mesias (Mrk 8:31-13:37)

A. Ajaran Yesus dan Perjalanan ke Yerusalem (Mrk 8:31-10:52)

B. Yesus Mengajar di Yerusalem (Mrk 11:1-13:37)

V. Sengsara, Wafat dan Kebangkitan (Mrk 14:1-16:20)

 

III. CIRI-CIRI SASTRA

Injil Markus sangat boleh jadi ditulis bagi jemaat Kristen di Roma. Markus berusaha dengan sabar menjelaskan adat Yahudi dan menterjemahkan ungkapan bahasa Aram yang tentunya asing bagi sebagian besar pembaca dari bangsa lain, dan ia menggunakan hal-hal yang bersifat Latin dan rujukan pada uang logam kekaisaran Roma.

      Di satu pihak usaha Markus menunjukkan kelemahan dari para rasul dengan cara lugas menunjukkan upayanya untuk menjadi penulis sejarah. Di pihak lain, gaya Markus bukanlah gaya sastra, dan Injilnya sangat menyolok oleh keterbatasan kosa-kata dan susunan kisahnya yang longgar. Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Koine, yaitu bahasa Yunani umum, yang merupakan bahasa percakapan di kawasan Laut Tengah bagian timur, dan di antara keempat Injil, Injil Markus tampak paling kagok dengan tradisi sastra Yunani.

 

IV. MAKSUD DAN TEMA

A. Yesus Mesias dan Putera

Injil Markus mengikuti dengan ketat khotbah Petrus: rancangan dasar Injil ini sangat mirip dengan khotbah Petrus dalam Kis 10:34-43. Tujuan utama Injil ini adalah mengungkapkan jatidiri Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah, dan seluruh Injil diarahkan kepada Sengsara dan Wafat Yesus di kayu Salib sebagai suatu jabaran dan penjelasan atas jatidiri itu. Sebutan-sebutan Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah diuraikan dalam bagian-bagian pokok Injil : Mrk 1:16-8:30 dan 8:31-15:47. Prolognya membuat hubungan di antara Yohanes Pembaptis dengan nubuat Perjanjian Lama; dan untuk mengawali karyanya di Galilea, Yesus dibaptis oleh Yohanes, suatu peristiwa yang meliputi adanya suara dari langit yang menyatakan bahwa Yesus adalah Putera dan Hamba Allah yang dinubuatkan oleh Yesaya (Yes 42:1). Yesus kemudian dibimbing Roh ke padang gurun dan di sana mengalami pencobaan.

      Kisah bagian pertama memuncak pada pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias (Mrk 8:23). Dari sini, rahasia mulai terurai, dan pekerjaan Yesus adalah menunjukkan kepada para murid bahwa penderitaanNya  merupakan bagian pokok dari tugas perutusannya sebagai Mesias. Penekanan pada pengkhianatan dan hukuman yang dialami Yesus begitu menonjol dalam Injil Markus, sehingga beberapa ahli menduga inti Injil ini adalah kisah Sengsara, dan selebihnya disusun sebagai prolog yang luas bagi peristiwa itu.

      Markus dari awal Injilnya menyatakan kepada para pembaca status Yesus sebagai Anak Allah, dan jatidiri itu ditegakkan pada waktu-waktu lain oleh suara dari langit (Mrk 1:11; 9:7) dan seruan roh jahat (Mrk 1:24; 3:11; 5:7). Namun orang-orang dan para pemimpin agama tidak mampu menangkap jatidiri Yesus yang sebenarnya itu, sekalipun mereka sudah menjadi saksi atas ajaran-ajaran dan mujizat-mujizatNya. Yang mengherankan, Yesus sendiri menyuruh orang diam mengenai apa yang Ia lakukan dan jatidiriNya dan enggan menggunakan sebutan Mesias selama Ia masih bekerja (lihat Mrk 1:34.44; 3:12; 5:43; 7:36; 8:26.30; 9:9).

      Dengan cara ini, Injil menunjukkan suatu pola yang disengaja bagi penyembunyian jatidiri Yesus sebagai Mesias, dibiarkan sebagai misteri, supaya kebenaran itu baru dipahami sesudah Sengsara dan WafatNya. Dengan demikian jalan ceritanya harus selalu terarah pada wafat dan kebangkitan Yesus, dan Injil menunjukkan bahwa Yesus sudah memberitahukan secara dini tiga kali kematianNya yang memilukan dan janjiNya untuk bangkit lagi (Mrk 8:31; 9:31; 10:33-34).

 

B. Yesus Anak Manusia

Untuk tujuannya itu, Markus menggunakan gelar yang lain, Anak Manusia, sebutan yang digunakan hanya oleh Yesus bagi diriNya sendiri.

      Jika gelar-gelar agung Anak Allah dan Kristus diterapkan bagi Yesus sebagai Raja, sebutan “Anak Manusia” menggambarkan raja seperti apa kiranya Yesus: seorang raja yang menderita. Ini ditegaskan dalam tiga kali pemberitahuan Yesus mengenai sengsaraNya  (Mrk 8:31; 9:31; 10:33-34), di mana setiap kali sebutan “Anak Manusia” dipergunakan Di hadapan Mahkamah Agama, ketika menjawab pertanyaan apakah Dia “Mesias, Anak dari Yang Terpuji” (Mrk 14:61), Yesus menjawab “Akulah Dia” dan kemudian mengungkapkan kemuliaanNya di hadapan Allah sebagai Anak Manusia yang dimuliakan (Mrk 14:62) seperti yang dinubuatkan nabi Daniel (Dan 7:13). Penegasan status Yesus ini selanjutnya secara terbuka dinyatakan dalam kisah Sengsara dan WafatNya sendiri (Mrk 15:2.9.18.26.32). Ini merupakan proses pengakuan yang bergerak memuncak atas Keputeraan Kristus.

 

C. Tuntutan Sebagai Murid

Cerita mengenai Sengsara dan Wafat Kristus juga menunjukkan gagasan Markus mengenai pemuridan dalam gambar relief yang tajam.

      Tema pemuridan diperkenalkan dalam bab pertama dengan panggilan atas Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes (Mrk 1:16-20) diikuti dengan penunjukan Dua Belas Rasul (Mrk 3:13-19) dan perutusan mereka dalam suatu misi (Mrk 6:7-10). Bagian besar dari Injil digunakan untuk pengajaran tentang makna menjadi murid (Mrk 8:34-38; 9:42-50; 10:23-31.35-45), namun para murid sering gagal menangkap implikasi yang terdalam dari apa yang dikatakan Yesus pada mereka. Petrus khususnya digambarkan cepat bertindak tapi lamban untuk mengerti.

      Bagi Markus pemuridan tidak terpisahkan dari penderitaan dan juga dari salib, maka pemuridan mencakup kesediaaan untuk ikut serta di dalam penderitaan Yesus sama seperti Ia menderita untuk banyak orang (Mrk 10:45; 14:24). Ajaran-ajaran ini niscaya bergema kembali dengan semakin bertambah penting dan semakin mendesak jika Markus memang bermaksud menyapa jemaat Kristen yang sedang mengalami penganiayaan di Roma (bdk Mrk 8:34-38; 9:35; 10:29-31.35-45).

 

D. Kabar Gembira

Namun Markus bukanlah orang yang pesimis. Sebaliknya, Ia menggunakan kata Injil (atau Kabar Gembira) lebih sering daripada para penginjil lainnya, dan tampaknya ketika ia menggunakan kata itu, ia membayangkan kata itu sepadan, bukan dengan dokumen yang ditulisnya sendiri, melainkan dengan pesan kemenangan Kristus atas dosa dan kematian demi seluruh dunia. Kerajaan Allah sudah diwartakan dan sekarang hadir dalam pribadi Yesus Kristus: Kerajaan itu didirikan dengan wafat dan KebangkitanNya.

Kamis, 12 Januari 2023

KISAH GEREJA TANDINGAN DI BENIN



Konferensi para Uskup Benin, Afrika, mengadakan Sidang Pleno ke 68 di Cotonou pada 3-5 Januari 2023. Pada akhir sidang itu antara lain dinyatakan bahwa para Uskup menyambut gembira "kembalinya sebagian mantan pengikut sekte skisma Sovidji di Baname" ke pangkuan Gereja Katolik. Suatu ekaristi meriah telah dilaksanakan di Tempat Peziarahan Maria Tokpa di Porto Novo, sebagai penerimaan awal mendahului katekisasi baru dan pertobatan menurut Hukum Gereja bagi mereka yang mantan anggota Sekte Sovidji. Sekte ini dinyatakan sebagai sekte sesat dan dikucilkan (eks-komunikasi) pada 2013, dan umat Katolik dilarang menghadiri acara-acaranya.

Timbul dari Eksorsisme 

Pada 2009 Pastor Mathias Vigan (lahir 1967; tahbisan 2001) ditetapkan menjadi pastor paroki Sainte Odile di Baname, Keuskupan Obimey, Benin tenggara, untuk lima tahun. Sebelumnya, Pastor Vigan resmi ditunjuk sebagai eksorsis oleh Uskupnya. Pada 20 Januari 2009 ia melakukan pelayanan pengusiran roh jahat yang merasuki gadis muda Vicentia Tadagbe Tchranvoukinni (lahir 1990 atau 1992). Setelah doa upacara pengusiran roh jahat yang berlangsung dua minggu, gadis itu malah bertambah kuat dan menyebut dirinya Parfaite (Sang Sempurna); ia menyatakan bahwa ia punya daya karisma dan kebijaksanaan yang jauh lebih besar. Parfaite selanjutnya malah menjadi penyembuh dan pengusir roh jahat yang menarik perhatian banyak orang yang memerlukan pertolongan melampaui karisma Pastor Mathias Vigan. Ia menyatakan diri bebas dari dosa dan dalam waktu singkat dikunjungi banyak orang, menyembuhkan banyak imam, suster dan umat katolik dari sakit mereka. Orang-orang memandang penyembuhan itu sebagai mujizat. Parfaite lalu menjadi pusat suatu kelompok supranatural. Ia pada Jumat Suci, 17 Maret 2009, bahkan menyatakan diri sebagai Dieu Saint Esprit, Allah Roh Kudus, dan bergelar Daagbo (bahasa Fon, artinya Yang paling Tua dari para Tetua). Katanya, Allah Roh Kudus telah "menjadi manusia" (pris la chair) di Benin pada 18 November 1992. Orang menganggap Daagbo dirasuki, atau dipenuhi, atau menjadi tempat kediaman atau bait Roh Kudus.

Daagbo menyatakan dirinya mempunyai misi akhir zaman untuk membasmi praktek sihir dan mengalahkan kekuatan iblis; dan sejalan dengan itu memurnikan dan membarui Gereja Katolik; akhirnya mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan, menyelamatkan umat manusia dari hukuman terakhir. 

Perkataan-perkataan dan tindakan gadis muda Vicentia/Parfaite/Daagbo itu membuat Pastor Mathias Vigan takjub, dari mana asalnya, selain itu karisma penyembuhan yang dipraktekkannya begitu mujarab, hingga pastor Vigan takluk dan percaya kepadanya. Maka ia mendukung perkembangan kelompok Misi Baname. 

Tiga bulan sebelum perjumpaannya dengan Vicentia/Parfaite/Daagbo Pastor Vigan menyembuhkan seorang gadis lain, Nicole Soglo, yang sebaya dengan Vicentia, dari kerasukan roh yang membuat matanya rabun, pada Oktober 2008. Vicentia/Parfaite/Daagbo menyatakan bahwa Nicole Soglo adalah perwujudan dari Perawan Maria di dunia, dia adalah Nanye Nicole. Maka Nanye Nicole juga ditarik ke dalam Misi Baname untuk meremukkan kepala ular/iblis.

Perkembangan Kelompok Baname membuat Uskup Abomey Mgr Eugene Cyrille Houndekan pada 7 November 2009 menyatakan kelompok itu sebagai sekte sesat, dan berusaha memindah Pastor Vigan ke Perancis pada awal 2010. Tetapi Pastor Vigan hanya sebentar di Perancis dan pulang ke Baname, kembali bersatu dengan Vicentia/Parfaite/Daagbo dan Nanye Nicole. 

Gereja Terpisah

Pada Agustus 2011 Vicentia/Parfaite/Daagbo mengumumkan berdirinya suatu gereja yang diberi nama L’Église Catholique Privée de Banamè(-Sovidji)– Gereja Katolik Privat Baname-(Sovidji). Nama lainnya L’Église Catholique au Benin (Gereja Katolik Benin), L’Église Renovée (Gereja yang Diperbarui), L’Église de Banamè–L’Église Catholique de Jésus Christ (Gereja Banamè–Gereja Katolik  Yesus Kristus), dan akhirnya La Très Sainte Église de Jésus-Christ, Mission de Banamè (Gereja Mahasuci Yesus Kristus, Missi Banamè).

Pada 21 Oktober 2011 Uskup Abomey Mgr Houndekan menjatuhkan suspensi dan memecat Pastor Mathias Vigan karena alasan berat terus-menerus melanggar norma ketaatan, kesetiaan pada ajaran dan kesatuan Gereja, melukai Gereja Katolik dan merugikan keselamatan jiwa-jiwa" serta melarang dia menjalankan fungsi imamat. Ia dan kelompoknya dilarang menggunakan gedung gereja katolik Sainte Odile, Baname.

Namun ratusan ribu orang datang kepada kelompok Gereja Misi Baname dan melakukan ibadat di lapangan kota. Mathias Vigan secara terbuka menyatakan bahwa tak seorang pun, termasuk Uskup dan Konferensi Uskup melarang dirinya menjalankan ibadat, sebab ia seorang imam Allah.


                                Daagbo dan para pengikut

Pada bulan Mei 2012 Daagbo memilih dan meresmikan tiga belas rasul Roh Kudus (Apotres de l'Esprit Sainte) termasuk Mathias Vigan.  Lalu pada 17 November 2012 Daagbo mengangkat Mathias Vigan menjadi Paus dengan nama Paus Kristoforus XVIII. Kelompok mereka berkembang diikuti 200.000 orang. Pada tahun 2017, mereka punya 7 keuskupan di Benin, 180 paroki, 12 orang kardinal, 12 uskup dan 170 imam. 



Pemerintah tidak campur tangan dalam masalah gereja karena UUD Negara Benin menjamin kebebasan beragama. Yang penting mereka tidak membuat kekacauan. Tetapi sejak 2017 agama baru itu dirundung masalah sehubungan dengan praktek persembahan korban yang merenggut nyawa, tuduhan korupsi, dan pertikaian antar pemimpin. Pada pertengahan 2019 Badan Anti Korupsi membekukan rekening bank Daagbo dan melakukan pemeriksaan hukum atas pasal pidana ekonomi dan terorisme. Sejak itu banyak pengikut memisahkan diri hingga tidak lebih dari separoh yang tersisa, 12 kardinal dan uskup tinggal separoh. Daagbo dalam posisi membela diri atas tuduhan-tuduhan publik, yang diyakininya disetir oleh Gereja Katolik.


                                                Daagbo

Sebagian mantan anggota Gereja Daagbo itulah yang diterima pulang kembali ke pangkuan Gereja Katolik di bawah para Uskup Benin.

 


GEREJA KATOLIK DALAM ANGKA 2022 SEBAGIAN

 


Walau disebut "dalam angka 2022" maksudnya adalah dari statistik yang terbit pada Hari Misi Sedunia ke 96 Minggu, 23 Oktober 2022. Tetapi sesungguhnya data yang disajikan adalah data tahun 2020. Perbandingan angka naik atau turun dilakukan terhadap angka data tahun sebelumnya (2019). Ada senjang waktu sekitar setahun dari pengumpulan data, pengolahan data dan penyampaian informasi yang dihasilkan sebagai agregat. Agregat disampaikan dalam ragam per benua dan agregat mondial.

Penduduk Dunia

Per 31 December 2020 jumlah penduduk dunia 7.667.136.000, bertambah 89.359.000 dari angka tahun 2019. Pertambahan penduduk terjadi di semua benua. Tambahan penduduk terutama di Asia (+39.670.000), Afrika (+37.844.000), Amerika (+8.560.000), Eropa (+2.657.000) dan Oceania (+628.000). 

Umat Katolik 

Umat Katolik di dunia per 31 Desember 2020 adalah  1.359.612.000, bertambah  15.209.000 dibanding tahun 2019. Pertambahan terjadi di lima benua selain Oceania (-9.000). Angka pertambahan didapat dari Afrika (+5.290.000), Amerika (+6.463.000), Asia (+2.731.000) dan Eropa (+734.000). Namun persentase umat Katolik dibanding jumlah penduduk dunia berkurang sedikit (-0,01) dibanding tahun 2019 pada angka 17,73%. Variasi angka terjadi di lima benua, kecuali Oceania.



Penduduk dan Umat Katolik per Imam

Karena diterbitkan dari pihak yang terkait Misi, dicantumkan angka perbandingan penduduk dunia per imam sebagai gambaran agregat rata-rata kesempatan pelayanan misioner setiap imam. Angka perbandingan Umat Katolik per imam menunjukkan rata-rata agregat besarnya tanggungjawab reksa pastoral setiap imam atas umat Katolik di sekitarnya. 

Tahun 2020 angka perbandingan penduduk dunia per imam naik 95, rata-rata jadi  14.948. Angka kenaikan terjadi di Oceania (+349), Amerika (+177) dan Eropa (+130). Sedang pengurangan terjadi di Afrika (- 1.784) dan Asia (-78). Sementara angka perbandingan Umat Katolik per imam di dunia bertambah 69, rata-rata 3.314. Pertambahan terjadi di semua benua: Amerika (+117), Oceania (+53), Eropa (+49), Asia (+15) and Africa (+3). 



Uskup

Jumlah Uskup di dunia berkurang 1 jadi 5.363. Uskup Diosesan bertambah (+22) sedang Uskup Tarekat berkurang  (-23). 

Jumlah Uskup Diosesan 4.156, dan Uskup Tarekat 1.207. Peningkatan Uskup Diosesan terjadi di Amerika (+25) dan di Asia (+2), sedang pengurangan terjadi di Eropa (-4) dan Oceania (-1), Afrika stabil. 

Pengurangan Uskup Tarekat terjadi di semua benua: Amerika (-9), Asia (-7), Eropa (-5), Afrika (-2). Oceania stabil.



Imam 

Total imam di dunia berkurang jadi 410.219 (-4.117). Benua yang mencatat angka pengurangan terbesar adalah Eropa (-4.374) dan  Amerika (-1.421) serta Oceania (- 104). Pertambahan terjadi di  Afrika (+1.004) dan  di Asia (+778). 

Imam Diosesan di dunia seluruhnya berkurang 1.615. Jumlah seluruhnya jadi 280.521, setelah  berkurang di Eropa (-2.880), di Amerika (-364) dan di Oceania (-40). Peningkatan terjadi dari Afrika (+1.116) dan di Asia (+553). 

Imam Tarekat Religius berkurang 2.502, hingga jumlah seluruhnya 129.698. Pertambahan hanya terjadi di Asia (+225), pengurangan terjadi di Eropa (-1.494), Amerika (-1.057) Afrika (-112), dan Oceania (-64). 



Diakon Permanen 

Jumlah Diakon Permanen di dunia terus bertambah, tahun 2020 meningkat 397, jadi 48.635. Pertambahan terbanyak di Amerika (+558) dan Oceania (+38), penyusutan terjadi di Eropa (- 97), Asia (-62) dan Afrika (-40). 

Diakon Permanen  diosesan sedunia 48.259, bertambah 656. Peningkatan di Amerika (+604), Oceania (+36), Asia (+17), Eropa (+10), hanya Africa berkurang (-11). 

Diakon Permanen Religius berjumlah 376, berkurang 259. Penyusutan terjadi di Eropa (-107), Asia (-79), Amerika (-46), Afrika (-29), hanya di Oceania bertambah (+2).

Religius Pria dan Wanita 

Jumlah religius bukan-imam bertambah 274 jadi 50.569. Pengurangan terjadi di Amerika (-537) dan Oceania (-67). Pertambahan di Eropa (+428), Asia (+347) dan di Afrika (+103). 

Terjadi pengurangan jumlah wanita religius 10.553 tinggal 619.546. Walau peningkatan terjadi di  Afrika (+2.503) dan Asia (+364), penyusutan besar terjadi di Eropa (-8.852), dan Amerika (-4.326). Oceania berkurang (–242).



Mahasiswa Seminari Tinggi

Jumlah Mahasiswa Seminari Tinggi baik diosesan maupun tarekat sedunia berkurang 2.203, hingga jumlah seluruhnya 111.855. Pertambahan hanya diperoleh dari Afrika (+907), sedang penyusutan terjadi di Amerika (-1.261), Asia (-1.168), Eropa (-680) dan Oceania (-1). 

Mahasiswa Seminari Tinggi Diosesan 67.987 (-622), dan Mahasiswa Seminari Tinggi Tarekat Religius 43.868 (-1.581). 

Mahasiswa Seminari Tinggi diosesan  meningkat di Afrika (+505) dan Oceania (+9), tetapi berkurang di America (-524), Eropa (-497) dan Asia (-115). 

Mahasiswa Seminari Tinggi Tarekat Religius bertambah hanya di Africa (+402), yang lain berkurang; Asia (-1.053), Amerika (-737), Europa (-183) dan Oceania (-10). 



Siswa Seminari Menengah 

Total Siswa Seminari Menengah di dunia, diosesan dan tarekat religius menurun selama lima tahun berturut-turut, terakhir susut 1.592 jadi 95.398. Angka penurunan 2020 di Amerika (-1.049), Asia (- 644), Eropa (-275), sedang di Africa bertambah  (+375) dan Oceania (+1). 

Siswa Seminari Menengah diosesan 73.243 (-1.733) dan Siswa Seminari Menengah Tarekat religius 22.155 (+141). Jumlah Siswa Seminari Menengah diocesan berkurang di Afrika (-353), Amerika (-803), Asia (-448), Eropa (-122) dan Oceania (-7). 

Siswa Seminari Menengah Tarekat Religius berkurang di  Amerika (-246), Asia (-196) dan Eropa (-153), tetapi bertambah di Afrika (+728) dan Oceania (+8). 


Sumber: Agenzia delle Pontificie Opere Missionarie, 23 Oktober 2022

Selasa, 10 Januari 2023

KATOLIK DI BRAZILIA DAN SUKSESI KEPEMIMPINAN



Di tempat lahirnya Teologi Pembebasan, jumlah umat Katolik mengalami tanah longsor dalam 50 tahun terakhir dan menimbulkan keprihatinan. Pada tahun 1970, 95% penduduk Brazil adalah Katolik. Pada tahun 2010 merosot jadi 65%. Pada tahun lalu (2022) umat Katolik tinggal 51 % dari jumlah penduduk. Diperkirakan beberapa tahun lagi umat Katolik Brazil akan berbalik jadi minoritas. 

Pada tahun 1970, umat Protestan Evangelis dan Pentakostal hanya 4% dari jumlah penduduk, berkembang jadi 22% pada 2010; pada tahun 2022 jumlah mereka melonjak jadi 31% dari jumlah penduduk Brazil. Kemajuan Protestan (Evangelis dan Pentakostal) Brazil diperkirakan karena perpindahan dari umat Katolik yang konon katanya "menemukan Gereja yang lebih membantu jemaat".


Lebih dari 63% umat Katolik adalah kaum miskin yang tinggal di daerah-daerah kumuh (pavella). Mereka sibuk mencari rezeki dan menjauhkan diri dari politik. Sementara umat Protestan justru makin menguatkan posisi mereka dalam politik dan perjuangan politik mereka menarik perhatian makin banyak rakyat. Partisipasi Protestan dalam politik Brazil telah mengantar kebijakan Brazil dengan semangat kapitalisme Protestan dan kekuatan investasi ikut terjun dalam pasar global dan mendapat tempat serta membesarkan pengaruh semasa pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro (2018-2022). Karenanya citra pemerintahan Jair Bolsonaro disebut ultra-kanan. Terlebih karena kebijakan-kebijakan diwarnai oleh etika agama. Simpati rakyat berangsur-angsur beralih kepada Partai Buruh.



Dalam Pemilu Oktober 2022 Presiden Jair Bolsonaro yang ingin tetap berkuasa sekali lagi dan mempunyai hubungan erat dengan Donald Trump dari AS, terganjal dan kalah dari Partai Buruh yang non-agamis dan berwarna sosialis yang mengantar Lula menjadi Presiden baru untuk Brazil. 

Pada awal Januari 2023 President Luiz Inácio Lula da Silva dilantik, sedang Jair Bolsonaro yang harus lengser berkunjung ke Florida, AS. Namun pada 6 Januari 2023 pendukung fanatik Jair Bolsonaro mengepung gedung-gedung pemerintahan dan mengisolasi istana kepresidenan untuk mencegah Lula memasuki kantornya.

Aksi itu dikecam keras dunia yang menghendaki demokrasi dihormati dan pergantian kekuasaan dijalankan secara damai. 

Kaum konservatif meminta militer melakukan kudeta untuk menempatkan kembali Jair Bolsonaro ke kursi presiden. 

Namun militer Brazil justru memukul mundur para demonstran ilegal dan menahan lebih dari 400 orang provokator untuk diadili. 

Presiden Lula berjanji melaksanakan prosedur hukum yang adil atas mereka.

Di tengah kemelut politik yang menarik perhatian seluruh dunia, umat Katolik Brazil tampaknya acuk tak acuh, tidak ikut ambil bagian ....






BAPTIS

 


Minggu depan kita merayakan Pembaptisan Tuhan. Baiklah kita merenungkan tentang baptis kita dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja.

Baptis bhs Yunani, “mencelupkan” atau “pengucuran”.

Upacara penyucian dengan air yang mula-mula dipraktekkan oleh Yohanes Pembaptis dan kemudian oleh para Rasul. Baptis Yohanes merupakan tanda pertobatan dan merupakan gambarn pendahuluan dari sakramen baptis yang ditetapkan oleh Yesus. Baptis Kristen mempunyai daya rohani yang tidak ada di dalam baptis yang dilakukan Yohanes Pembaptis (Yoh 1:33; Kis 1:5; 19:4-5). Dalam sakramen baptis, seseorang dihapuskan dosanya, lahir kembali, dan dikuduskan dalam Kristus dengan air dan Roh Kudus. Tobat dan baptis merupakan permulaan hidup Kristen (bdk Kis 2:37-38) dan menjadi dasar perutusan Kristen (Mat 28:19). Katekismus menyatakan, “Melalui baptis kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah; kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan ikut serta dalam perutusannya” (KGK 1213).

 I. Tipologi Baptis Dalam Perjanjian Lama

    1. Penciptaan
    2. Air Bah
    3. Sunat
    4. Keluaran
    5. Penyucian

II. Baptis Sebelum Kristus

A.     Baptis di Qumran

B.     Yohanes Pembaptis

III. Permulaan Baptis Kristen

A.     Pembaptisan Yesus

B.     Perintah Membaptis

IV. Akibat Pembaptisan

 

  1. Tipologi Baptis Dalam Perjanjian Lama

A. Penciptaan

Baptis merupakan suatu “penciptaan baru” (2 Kor 5:17; Gal 6:15), dan umat Kristen mendapatkan suatu gambaran tentang baptis pada ujung permulaan Kitab Suci. Penciptaan berawal dengan air dan Roh (Kej 1:2), persis sama dengan ciptaan baru yang berawal dari baptis.

 B. Air Bah

Ciptaan baru yang lain mulai dengan Air Bah yang membersihkan dunia dari kedurhakaan dosa sementara “hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu” (1 Ptr 3:20) memulai kehidupan baru lagi. “Kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptis” (1 Ptr 3:21), sebab baptis juga membersihkan dosa (bdk. Kis 22:16), maka umat manusia dijadikan baru lagi. Merpati yang dilepaskan Nuh pulang membawa ranting zaitun yang diretasnya sebagi tanda bahwa air bah sudah sungguh-sungguh surut dan bumi dapat didiami sekali lagi; bagi orang Kristen merpati adalah lambang Roh Kudus.

 C. Sunat

Ketika Allah membuat perjanjian dengan Abraham, Ia memerintahkan bapa bangsa itu supaya “setiap orang laki-laki di antara kamu harus disunat” (Kej 17:10). Dalam generasi-generasi berikutnya, anak-anak laki-laki disunat tak lama sesudah dilahirkan. Paulus menjadikan sunat ini tipologi dari baptis, bayangan terdahulu yang berhubungan dengan baptis:  Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati” (Kol 2:11-12). Sunat anak-anak menjadi gambaran awal dari mereka yang “baru lahir” dalam Kristus. Ritus lama menandakan kelahiran anak sebagai anak Abraham; ritus yang baru menandai kelahiran yang lebih besar sebagai anak Allah.

 D. Keluaran

Paulus memandang peristiwa Keluaran dari Mesir  sebagai pembaptisan bangsa Israel. “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1 Kor 10:1-2). Israel harus menyeberang Sungai Yordan untuk masuk yang negeri yang dijanjikan Allah kepada mereka. Janji itu diberikan kepada Abraham, tetapi pemenuhan janji itu baru terlaksana dalam Perjanjian Baru (KGK 1220-1221).

 E. Penyucian

Pelaksanaan upacara ibadat mensyaratkan ritus pembasuhan (lihat misalnya Bil 19:11-12). Hukum mengenai Penyucian dari bangsa Israel kuno menuntut pembasuhan atau pemercikan “dengan air dari noda-noda” untuk membersihkan seseorang yang secara keagamaan belum suci. Dalam upacara-upacara ini dapat dilihat suatu antisipasi atas baptis yang menghapuskan segala noda dosa.

 

II. Baptis Sebelum Kristus

A. Baptis di Qumran

Baptis mula-mula disebut dalam Kitab Suci sehubungan dengan Yohanes Pembaptis. Tetapi Yohanes tidak menemukan praktek itu. Dari Gulungan Kitab Laut Mati kita tahu bahwa suatu komunitas di Qumran sudah memraktekkan sebentuk baptisan (bdk Peraturan Komunitas, IQS 3.6-9). Tulisan-tulisan Qumran menggunakan bahasa yang sama dengan Yohanes Pembaptis (bdk Mrk 1:8) yang menyatakan bahwa Allah akan memberikan Roh-Nya kepada mereka yang disucikan. Mungkin saja Yohanes Pembaptis mengetahu praktek di Qumran itu dan praktek pembaptisan yang sama dari tempat lain.

 B. Yohanes Pembaptis

Khotbah Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa baptis adalah untuk pengampunan dosa tetapi dikatakannya bahwa baptis itu belum tuntas: ia mengantipasi baptis Roh yang akan dilakukan oleh Kristus (Mrk 1:8). Yohanes menyerukan tobat dan pengampunan dosa menurut tradisi Yehezkiel (Yeh 18:31; 36:25-26), bahkan ia menyatakan bahwa “Dia” [yaitu Kristus] yang akan datang lebih kemudian dari dirinya akan membaptis bukan hanya dengan air, tetapi dengan api dan Roh Kudus (Mat 3:11; Luk 3:16; Yoh 1:27).

 


III. Permulaan Baptis Kristen

A. Pembaptisan Yesus

Ketika Yesus datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptis, Ia tidak datang untuk menyatakan dosaNya. Sebaliknya, ia memberi tanda bahwa Ia ikutserta dalam kesatuan dengan manusia yang berdosa justru karena kedatanganNya  untuk melakukan penebusan (Flp 2:7). Pembaptisan Yesus merupakan peristiwa Trinitas: Bapa menyatakan Kristus sebagai Putera, dan pengurapan dengan Roh. Peristiwa pembaptisan di Sungai Yordan itu juga berfungsi sebagai prototipe (bentuk awal) baptis Kristiani. Para Bapa Gereja  menafsirkan cerita Injil dalam beberapa cara yang saling melengkapi. Sebgian memandang Yesus sebagai wakil seluruh umat manusia (dalam baptis, tubuh manusia dikuduskan); yang lain memandang baptis itu sebagai pola pengudusan manusia (Ia menunjukkan hal itu agar diteladani). Namun Bapa Gereja yang lain juga percaya bahwa masuknya Yesus ke dalam air memurnikan air di bumi dan membuatnya kudus untuk digunakan dalam baptisan Kristiani.

      Versi cerita pembaptisan Injil Markus menekankan keputeraan ilahi dari Yesus: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Mrk 1:11). Matius yang juga mengikuti tema keputeraan, merekam percakapan Yesus dengan Yohanes Pembaptis (Mat 3:14-15) yang menekankan bahwa keputeraan ilahi itu menuntut suatu ketaatan radikal kepada kehendak Allah (Mat 4:1-11; 5:9.45; 26:39; 27:43). Verisi cerita Injil Lukas menempatkan fokus pada pernyataan kepada umum bahwa Yesus sebagai Putera Allah berkarya di bawah Roh Allah (Luk 3:21-22.38; 4:1.14.18). Akhirnya, Injil Yohanes bukan sekedar menceritakan detil mengenai pembaptisan Yesus, melainkan mengaitkan kesaksian Yohanes Pembaptis dengan apa yang dilihat dan dikatakan kepada Yesus di Yordan; Yohanes Pembaptis berkata bahwa ia melihat Roh Kudus turun atas Yesus seperti seekor merpati, dan ia menyatakan kepada umat Israel bahwa Yesus adalah Putera Allah (Yoh 1:32-34; 3:26).



 B. Perintah [untuk] Membaptis

Di dalam karyaNya, Yesus berbicara tentang baptis sebagai suatu ritus formal (“dengan air dan Roh Kudus”, Yoh 3:5) yang dilaksanakan dalam nama Tritunggal (Mat 28:19), dan menjadi syarat untuk memeroleh keselamatan (Mrk 16:16).

      Pada akhir karyaNya di dunia, Yesus memberi amanat kepda para muridNya: "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20; Mrk 16:15-16).

      Segera setelah menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta, para rasul mulai melaksanakan amanat Yesus itu. Pada hari pertama, mereka membaptis sekitar tiga ribu orang (Kis 2:38-41). Santo Petrus menyatakan: “''Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (Kis 2:38). Sejak itu, [dalam tradisi tertentu] orang beriman yang baru dibaptis dalam nama Yesus Kristus.[1]

 


IV. Akibat Pembaptisan

Yesus berkata kepada para murid bahwa perjalananNya ke Yerusalem akan menyongsong suatu baptisan yang akan membuat mereka gamang turut serta (Mrk 10:38; bdk Luk 12:50). Tentu saja melalui baptis itu umat Kristiani ikut serta dengan kematian Kristus (Rm 6:3) dan juga dengan kebangkitanNya. Gereja Perdana sering berbicara tentang sengsara dan wafat Kristus sebagai sumber daya penyucian baptis: umat Kristiani dikatakan “dibasuh...dalam darah Anak Domba” (Why 7:14).

      Melalui baptis umat beriman ”mengenakan Kristus” (Gal 3:27); dan melalui Roh Kudus baptis menjadi sarana biasa untuk pemurnian, pengudusan dan pembenaran (1 Kor 6:11; 12:13). Berdasarkan 1 Yoh 5:8, Gereja biasa membicarakan keadaan luar-biasa yang berfungsi menyampaikan maksud baptis: “baptis rindu” yaitu dalam kasus seseorang meninggal dunia sementara sedang menyiapkan diri untuk menerima inisiasi Kristiani, dan “baptis darah” dalam hal katekumen meninggal sebagai martir [tanpa sempat dibaptis].

      Paulus sering bicara tentang kesatuan erat antara hidup orang yang dibaptis dengan hidup, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus: “Tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:3-4; bdk Kol 2:12). Dibaptis di dalam Kristus, orang Kristiani menerima Roh Kudus (Rm 5|:5), dimurnikan dengan air dan sabda (Ef 5:26), diangkat menjadi putera-puteri, dan menerima kekuatan untuk menyebut Allah sebagai Bapa (Rm 8:15.17; Gal 3:16; 4:4-7). Orang yang dibaptis dengan demikian ikut memiliki warisan bersama Kristus, Putera Allah (1 Kor 6:15; 12:27; Rm 8:17).

      Baptis itu menghasilkan persatuan di dalam tubuh Kristus: “Sebab dalam satu Roh kita semua, .... telah dibaptis menjadi satu tubuh” (1 Kor 12:13) dan kita “adalah sesama anggota” (Ef 4:25). Baptis menjadikan kita anggota “bangsa yang terpilih, imamat yang rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (1 Ptr 2:9) (KGK 1265-1270).



[1] Tradisi Katolik menafsirkan baptis dalam nama Yesus Kristus dimaksudkan akan mengantar orang kepada hidup ilahi yang Trinitaris, maka setia dengan amanat Sabda Yesus sendiri dalam Mat 28:19, membaptis secara Trinitaris dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (bdk KGK 1239-1240.1256).


Senin, 09 Januari 2023

KATOLIK DALAM KONGRES AS 2023-2024

 

Pada 3 Januari 2023 Kongres atau DPR AS yang ke 118 mulai bekerja. Umat Katolik AS prihatin karena jumlah wakil mereka berkurang 10 kursi dibanding Kongres ke-117 (2021-2022). Pada periode yang lalu wakil Katolik dalam Kongres AS 158 orang (29.5%). Periode ini (2023-2024) 148 orang (27.7%). Dibanding dengan populasi Umat Katolik, jumlah perwakilan ini lebih besar dari jumlah umat yang hanya 21% dari jumlah penduduk AS. Perwakilan Katolik dalam Kongres AS menurun terus sejak Kongres 115 (2017-2018) dengan 168 kursi, menjadi 163 kursi dalam Kongres 114 (2019-2020). 

Secara keseluruhan Umat Protestan dalam Kongres 117 yang lalu mendapat 297 kursi (55.5%). Pada periode ini, dalam Kongres 118 mereka mendapat tambahan 6 kursi jadi 303 orang (56.7%). 



Kelompok yang tidak beragama entah agnostik entah ateis mendapat tambahan perwakilan 2 kursi jadi 20 orang (4,1%) dari 18 (3,8%) dari periode yang lalu. Kelompok ini diwakili 10 orang pada periode 2013-2014 (Kongres 113) melompat dengan tambahan 4 kursi dibanding periode sebelumnya (Kongres 112, 6 kursi).

Angka-angka representasi dalam Kongres ini memberi gambaran pada kita beratnya perjuangan parlementer Umat Katolik dalam upaya meresapkan prinsip moral sosial yang khas Katolik. Tetapi untuk prinsip umum Kristiani, warna kristen dalam Kongres AS masih dominan. 469 dari total 534 anggota Kongres AS beragama Kristiani.

KEADILAN ILAHI



Kemarin suatu halaman WAG berdiskusi soal hukum. Campur-campur komen yang diposting. Ada kecenderungan manusiawi untuk mengadili. Pengadilan manusia tentu punya sumber. Salah satunya adalah iman akan Allah. Maka sungguh salah jika seseorang menempatkan diri justru melampaui Allah, bahkan mengadili Allah. Maka ketika ditempatkan pada kalangan yang berada dalam ranah iman, kiranya perlu renungan lebih mendalam tentang mengadili dan keadilan dari sisi iman. Semalam saya mengusahakan pendalaman prinsip keadilan yang bersumber pada Allah. Semoga berguna.

Sifat pemerintahan Allah adalah adil. Dengan adil Ia memberikan pahala atau hukuman. Dari awal mula, Kitab Suci menyatakan dengan jelas bahwa manusia mempunyai tanggungjawab atas segala tindakannya. Ketika Allah memberikan perintahnya yang pertama kepada Adam, Ia juga menyatakan adanya konsekuensi: “sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau akan mati” (Kej 2:17). Sepanjang Kitab Suci, entah dalam cerita atau dalam hukum, terdapat prinsip dasar yang berlaku, “apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Gal 6:7). Karena Allah pada hakekatnya adalah adil, keputusannya selalu adil (Kej 18:25; Ul 1:9-18; Yer 11:20). Seluruh tindakan manusia tunduk pada keadilan ilahi, pikiran kita (1 Kor 4:5), perkataan (Mat 12:36), dan perbuatan kita (2 Kor 5:10).

      Tetapi dasar keputusan keadilan Allah bukanlah menghukum. Melainkan terutama mendidik. Tujuannya adalah mengubah pribadi manusia. Di dalam Im 26, misalnya, Allah mengawali dengan menyatakan akibat positif dari melaksanakan perintahnya (Im 26:3-12). Jika orang gagal, ia akan berhadapan dengan suatu balasan “tujuh kali lipat”[1] – serangkaian hukuman yang bertambah-tambah beratnya. Yang pertama adalah teguran lembut (Im 26:14-17) yang berfungsi sebagai panggilan agar bertobat. Jika pendosa tetap melakukan pelanggaran, maka konsekuensi yang dihadapi akan lebih besar (Im 26:18-20), namun sasarannya tetap sama: pertobatan. Jika ia masih nekat juga, hukumannya akan semakin berat lagi (Im 26:21-22). Namun Allah masih mengharapkan mereka bertobat. Hanya dengan situasi kutuk dari Im 26:27-39 Ia mengarah pada pembinasaan. Sekalipun begitu, ketika orang kehabisan asa, “apabila mereka ada di negeri musuh mereka, Aku tidak akan menolak mereka dan tidak akan muak melihat mereka, sehingga Aku membinasakan mereka dan membatalkan perjanjianKu dengan mereka, sebab Akulah Tuhan, Allah mereka” (Im 26: 44).

      Dengan demikian, balasan “tujuh kali lipat” itu sebenarnya adalah belas kasih pengampunan “tujuh kali lipat”. Hakim yang adil sangat sabar, keputusannya korektif membangun, ditujukan lebih  pada perbaikan ketimbang menyakitkan.

      Allah tentu saja juga memberikan hukuman pada manusia, tetapi selalu dengan didahului peringatan yang didasari belas kasihan. Para nabi sering mengumumkan datangnya semacam “hari Tuhan” (misalnya Am 5:18-20; Zef 1:14-16), yaitu campur tangan Allah secara desisif menentukan dalam sejarah manusia. Lebih-lebih lagi, para nabi sering memohonkan ampunan bagi para pendosa, dengan harapan agar dapat menunda Allah turun tangan menjatuhkan hukuman (mis Kej 18). Dan jika hari semacam itu datang juga, Allah menghukum yang jahat, bukan orang benar, yang dari jenisnya dipertahankan “sisa-sisa”.

      Di dalam Perjanjian Baru prerogatif ilahi ini, pengadilan, ada di tangan Yesus. Dalam Mat 24-15, Yesus menyatakan diri sebagai hakim bagi Yerusalem, dan kemudian hakim untuk seluruh umat manusia. Dalam Injil Yohanes dengan lugas Ia menyatakan: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi....” (Yoh 9:39), dan, “Bapa....menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak” (Yoh 5:22). Di dalam Kisah Para Rasul, Paulus juga mengenal Kristus sebagai “seorang” yang telah ditentukan oleh Allah “dengan adil akan menghakimi dunia” (Kis 17:31). Kristus sendiri akan menghakimi orang-perorangan berdasarkan perbuatannya: “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya, baik ataupun jahat” (2 Kor 5:10, lihat juga Rm 2:6).

      Keputusan keadilan Tuhan terpetakan di dalam sejarah dan pada pelaksanaan sejarah. Sifatnya historis (misalnya kehancuran Yerusalem yang telah dinubuatkan); liturgis (misalnya 1 Kor 11:28-32), dan eskatologis (misalnya Mat 25; Why 20:11-12). Di dalam sejarah, Yesus membagikan kuasa keadilanNya itu kepada hirarki Gereja: “apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel” (Mat 19:28; lih juga Luk 22:30).

      Yohanes melukiskan pengadilan Tuhan dengan serangkaian paradoks atau kontradiksi yang jelas. Ia menyatakan: “Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:17; bdk juga Yoh 12:47). Pada waktu yang sama, Yesus menyatakan: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta” (Yoh 9:39). Sepertinya, Tuhan tidak menghakimi (Yoh 5:22) tetapi jelas Tuhan adalah hakim (Yoh 8:50); Yesus menyatakan bahwa Ia tidak menghakimi (Yoh 8:15; 12:47) tetapi juga menyatakan bahwa Bapa tidak menghakimi karena telah menyerahkan wewenang penghakiman itu kepada Anak (Yoh 5:22).



      Kontradiksi-kontradiksi itu hanya tampaknya saja; Yohanes menunjukkan kepada kita bahwa setiap orang menentukan hasil dari penghakimannya sendiri. Ayat-ayat kuncinya adalah di dalam Yoh 3:16-21, yang menyatakan kepada kita bahwa Yesus tidak menghakimi dunia melainkan menyelamatkannya (bdk Yoh 8:15 dan 12:47). Tetapi serentak dengan itu, Yesus datang ke dunia membawa pengadilan. Dosa “penguasa dunia ini” telah dihukum (Yoh 16:11). Mereka yang tidak percaya – yang menolak keselamatan yang diberikan oleh Yesus – menjatuhkan hukuman atas dirinya sendiri (Yoh 3:18). Iman adalah anugerah dari Tuhan (Yoh 6: 37, 44) yang secara bebas diterima atau ditolak (Yoh 6:66-70). Dunia dihukum pada saat ini juga, di dalam penolakan atas Yesus, dan Yesus merupakan titik fokus pilihan, dasar dan tujuan pengadilan. Maka sungguh dapat kita katakan bahwa Allah tidak menghakimi, namun orang yang tidak percaya tetap dihukum oleh tindakannya sendiri yang tidak percaya (Yoh 3:18; 5:24).



      Pengadilan juga merupakan tema utama di dalam Kitab Wahyu. Pengadilan dalam Kitab Wahyu sering menakutkan, kaya dengan simbol-simbol, perutama pengadilan, binatang buas, pengadilan iblis, pengadilan orang mati (Why 19:11—20:15). Pengadilan dunia dimulai dengan dibukanya tujuh meterai (Why 6:1 – 8:5), yang berisi gambaran-gambaran yang hidup tentang empat penunggang kuda, yang merupakan simbol pengadilan ilahi atas perang (kuda putih), pertumpahan darah (kuda merah), kelaparan (kuda hitam), dan kematian (kuda hijau-kuning) (Why 6:1-8). Siklus pengadilan dilengkapkan dengan ketujuh sangkakala (Why 15:1-16:21), yang memuncak dengan Pengadilan Terakhir (Why 20: 11-15; bdk Mat 25:32-46) (KGK 633-635; 677; 1038-1041).

      Akhirnya, sementara Perjanjian Baru dengan jelas berbicara tentang Pengadilan Terakhir, ia juga bicara tentang suatu jenis pengadilan yang khusus: langsung setelah kematian, keputusan kekal atas setiap jiwa yang terpisah ditentukan oleh keadilan Tuhan. Perumpamaan tentang Lazarus yang miskin dan kata-kata Kristus kepada pencuri yang baik di atas Salib jelas merujuk kepada jenis pengadilan khusus itu (Luk 16:22; 23:43; Mat 16:26; 2 Kor 5:8; Flp 1:23; Ibr 9:27; 12:23; bdk Kis 1:25; Why 20:4-6, 12-14) (KGK 1021-1022).



[1] Im 26:18, 21