Daftar Blog Saya

Minggu, 29 Januari 2023

MISKIN DALAM ROH DAN KONSEKUENSINYA

 



Renungan Angelus Paus Fransiskus, Minggu, 29 Januari 2023, di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.

"Dalam liturgi hari ini, Sabda Bahagia menurut Injil Matius diwartakan (bdk. Mat 5:1-12). Yang pertama sungguh fundamental. Dikatakan: “Berbahagialah orang yang miskin dalam roh, karena milik merekalah kerajaan surga” (ay 3).

Siapa yang “miskin dalam roh”? Mereka adalah orang-orang yang tahu bahwa mereka tidak dapat mengandalkan diri mereka sendiri, mereka tidak mandiri, dan mereka hidup sebagai “pengemis di hadapan Tuhan”. Mereka membutuhkan Tuhan dan mengenali setiap kebaikan yang datang dari Tuhan adalah anugerah, adalah rahmat. Mereka yang miskin dalam roh menghargai apa yang mereka terima. Oleh karena itu, mereka berharap agar tidak ada karunia yang disia-siakan. Hari ini, saya akan membahas aspek tipikal orang yang miskin dalam roh: tidak menyia-nyiakan sesuatupun. Orang yang miskin dalam roh berusaha untuk tidak menyia-nyiakan apapun. Yesus menunjukkan kepada kita pentingnya tidak membuang-buang. Misalnya setelah penggandaan roti dan ikan, Dia menyuruh agar sisa makanan dikumpulkan supaya tidak ada yang terbuang (lih. Yoh 6:12). Tidak menyia-nyiakan memampukan kita menghargai diri kita sendiri, orang dan benda. Sayangnya, prinsip ini sering diabaikan, terutama dalam masyarakat yang lebih makmur, di mana budaya membuang-buang sangat dominan.



Keduanya adalah wabah. Maka saya menyampaikan kepada Anda tiga tantangan untuk melawan mentalitas pemborosan, mentalitas membuang-buang.

Tantangan pertama: jangan menyia-nyiakan karunia yang kita miliki. Masing-masing dari kita adalah yang baik, terlepas dari karunia yang kita miliki. Setiap wanita, setiap pria, adalah kaya bukan hanya dalam bakat, tetapi juga dalam martabat. Laki-laki atau perempuan, ia dikasihi Tuhan, bernilai, berharga. Yesus mengingatkan kita bahwa kita diberkati bukan karena apa yang kita miliki, tapi karena siapa kita. Dan ketika seseorang tidak menghargai diri sendiri dan menyepelekan dirinya sendiri, dia menyia-nyiakan diri. Marilah kita berjuang, dengan pertolongan Tuhan, melawan godaan menganggap rendah diri kita sendiri, bahwa kita produk yang gagal, dan menyesali diri sendiri.

Lalu, tantangan kedua: jangan menyia-nyiakan karunia yang kita miliki. Adalah fakta bahwa sekitar sepertiga dari total produksi pangan terbuang sia-sia di dunia setiap tahun, sementara begitu banyak orang mati kelaparan! Sumber daya alam jangan diboroskan seperti ini. Benda-benda harus dijaga dan dibagi sedemikian rupa tidak ada yang kekurangan barang kebutuhan. Daripada memboroskan apa yang kita miliki, mari kita kembangkan ekologi keadilan dan kasih, dengan berbagi!

Terakhir, tantangan ketiga: jangan membuang orang. Budaya membuang mengatakan, “Saya akan memanfaatkan Anda jika membutuhkan Anda. Jika saya tidak tertarik lagi pada Anda, atau Anda menghalangi saya, saya akan membuang Anda". Terutama orang yang paling lemah mendapat perlakuan seperti ini – janin yang belum lahir, orang usia lanjut, mereka itu justru pihak yang membutuhkan dan yang kurang beruntung. Tetapi orang pantang dibuang, dan mereka yang kurang beruntung jangan ditelantarkan! Setiap orang adalah anugerah yang suci, setiap orang adalah karunia unik, bagaimana pun usia atau kondisi mereka. Mari kita selalu menghormati dan memajukan kehidupan! Jangan membuang hidup!

Saudara dan saudari terkasih, mari kita bertanya pada diri sendiri. Di atas segalanya: Bagaimana saya menghayati  miskin dalam roh? Apakah saya tahu bagaimana menyediakan ruang bagi Tuhan? Apakah saya percaya bahwa Dia adalah sumber kebaikan, kebenaran dan kelimpahan bagi saya? Apakah saya percaya bahwa Dia mengasihi saya, atau apakah saya membuang diri saya dalam kesedihan, melupakan bahwa diri saya adalah karunia? Dan kemudian – Apakah saya berhati-hati agar tidak menyia-nyiakan sesuatu? Apakah saya bertanggung jawab dalam cara saya menggunakan sesuatu, benda-benda? Apakah saya mau berbagi sesuatu dengan orang lain, atau apakah saya egois? Terakhir, apakah saya menganggap sesama yang paling lemah sebagai karunia berharga yang diminta Tuhan agar saya jaga? Apakah saya ingat akan orang miskin, mereka yang kekurangan akan barang kebutuhan?



Semoga Maria, Bunda Sabda Bahagia, membantu kita menjadi saksi sukacita akan hidup sebagai anugerah, dan akan indahnya menjadikan diri kita sendiri berkat bagi orang lain."

________________________________________


KATEKISMUS GEREJA KATOLIK DAN KOMPENDIUMNYA

   

Dipetik dari Bab VI Petunjuk Untuk Katekese (Direttorio per la Catechesi) dari Dewan Kepausan untuk Promosi Evangelisasi Baru Roma, 23 Maret 2020

1.             1. KATEKISMUS GEREJA KATOLIK

Catatan sejarah

182. Gereja, sejak zaman tulisan-tulisan perjanjian baru, telah membuat rumusan-rumusan pendek dan ringkas untuk mengakui, merayakan dan menyaksikan imannya. Sudah dari abad keempat, kepada para Uskup diberikan penjelasan-penjelasan yang lebih luas tentang iman melalui sintesis dan kompendium. Dalam dua momentum historis, sesudah Konsili Trente dan tahun-tahun setelah Konsili Vatikan II, Gereja telah menganggap pantas untuk memberikan uraian terperinci dan tersusun tentang iman melalui Katekismus yang bersifat universal, yang merupakan alat persekutuan gerejawi dan juga titik acuan untuk katekese (Bdk. Yohanes Paulus II, Konstitusi apostolik Fidei depositum 11 Oktober 1992, I; KGK 11).

183. Pada tahun 1985, selama Sinode Luar Biasa Para Uskup, yang dirayakan pada kesempatan ulang tahun kedua puluh penutupan Konsili Vatikan II, banyak Bapa Sinode mengungkapkan keinginan perlunya disusun suatu Katekismus atau suatu kompendium ajaran Katolik mengenai iman dan moral. Katekismus Gereja Katolik diumumkan secara resmi pada tanggal 11 Oktober 1992 oleh Yohanes Paulus II, diikuti dengan editio typica  (edisi contoh) dalam bahasa Latin pada tanggal 15 Agustus 1997. Ini merupakan hasil kerja sama dan konsultasi dari seluruh keuskupan Katolik, banyak institut teologi dan kateketik dan banyak ahli dan spesialis dalam berbagai disiplin ilmu. Maka, Katekismus ini merupakan karya kolegial dan buah dari Konsili Vatikan II.

Identitas, tujuan dan penerima Katekismus Gereja Katolik

184. Katekismus adalah «teks resmi dari Magisterium Gereja, yang dengan otoritas mengumpulkan dalam satu bentuk yang tepat, sebagai suatu sintesis organis, peristiwa-peristiwa dan kebenaran-kebenaran mendasar yang menyelamatkan, yang mengungkapkan iman bersama dari Jemaat Allah dan yang merupakan acuan dasar yang sangat penting bagi katekese.» Katekismus Gereja Katolik merupakan ungkapan ajaran iman sepanjang masa, namun berbeda dari dokumen-dokumen Magisterium lainnya, karena tujuannya adalah memberikan suatu sintesis sistematis dari warisan iman, spiritualitas dan teologi sejarah gereja. Meskipun berbeda dari Katekismus-katekismus lokal, yang melayani bagian tertentu dari umat Allah, Katekismus Gereja Katolik, merupakan teks acuan yang pasti dan autentik untuk persiapan Katekismus-katekismus lokal, sebagai «sarana fundamental untuk tindakan terpadu dari Gereja mengomunikasikan seluruh isi iman.» (Paus Fransikus, Ensiklik Lumen Fidei 29 Juni 2013, 46).

185. Katekismus Gereja Katolik telah dipublikasikan pertama-tama untuk para Pastor dan umat beriman, dan di antara semua ini, secara khusus untuk mereka yang mempunyai tanggung jawab dalam pelayanan katekese di dalam Gereja. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu «norma yang pasti tentang pengajaran iman.»(Paus Yohanes Paulus II, Konstitusi apostolik Fidei depositum 11 Oktober 1992, IV). Untuk ini ia memberikan jawaban yang jelas dan dapat dipercaya terhadap hak yang sah dari semua orang dibaptis untuk memiliki akses kepada penyajian iman Gereja dalam keutuhannya dan dalam bentuk yang sistematis serta dapat dipahami. Katekismus, justru karena menjelaskan Tradisi Katolik, dapat mendorong dialog ekumenis dan dapat berguna bagi semua, juga yang bukan Kristiani, yang ingin mengetahui iman Katolik.

186. Katekismus Gereja Katolik, karena memiliki perhatian pertama yakni kesatuan Gereja dalam satu iman, maka ia tidak dapat mempertimbangkan konteks-konteks budaya khusus. Namun demikian, «dari teks ini setiap penyelenggara katekese akan dapat menerima suatu bantuan yang bermanfaat untuk menjembatani di tingkat lokal warisan iman satu-satunya dan abadi, dan dengan bantuan Roh Kudus, berusaha untuk memadukan secara bersama kesatuan yang mengagumkan antara misteri Kristiani dengan keragaman kebutuhan dan situasi para penerima pewartaannya.» (Paus Yohanes Paulus II, Surat apostolik Laetamur magnopere 15 Agustus 1997). Inkulturasi akan menjadi perhatian penting katekese dalam berbagai konteks.

Sumber dan susunan Katekismus Gereja Katolik

187. Katekismus Gereja Katolik diberikan kepada seluruh Gereja «untuk suatu katekese yang diperbarui pada sumber-sumber iman yang hidup.» (Paus Yohanes Paulus II, Konstitusi apostolik Fidei depositum 11 Oktober 1992, I). Di antara sumber-sumber ini, yang terutama adalah Kitab-kitab suci yang diilhami secara ilahi, dirangkum menjadi satu buku saja, yang di dalamnya Allah «hanya mengatakan satu perkataan saja: Sabda-Nya satu-satunya, dan di dalamnya Dia mengungkapkan segenap diri-Nya» (KGK 102), dengan mengikuti pandangan patristik bahwa «hanya ada satu percakapan Allah yang berkembang dalam seluruh Kitab suci dan hanya satu Sabda yang bergema di mulut semua penulis suci.» (Agustinus dari Hippo, Enaratio in Psalmum 103, 4, 1: CCL 40, 1521 (PL, 37, 1378)).

188. Selain itu, Katekimus Gereja Katolik menimba pada sumber Tradisi, yang dalam bentuk tertulisnya mencakup berbagai macam rumusan kunci tentang iman, yang diambil dari tulisan-tulisan Bapa-bapa Gereja, berbagai  Pengakuan iman, Konsili-konsili, Magisterium kepausan, ritus liturgi timur dan barat, demikian juga dari kitab hukum kanonik. Ditemukan pula sangat banyak kutipan yang diambil dari amat banyak tulisan gerejawi, orang-orang kudus dan para pujangga Gereja. Selanjutnya, catatan-catatan historis dan unsur-unsur hagiografis memperkaya penjelasan doktrinal, yang diperkuat juga oleh ikonografi.

189. Katekismus Gereja Katolik disusun dalam empat bagian di sekitar dimensi-dimensi fundamental hidupakristiani, yang memiliki asal dan dasar dalam cerita Kisah para Rasul: «Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa» (Kis 2:42). Di sekitar dimensi-dimensi ini disusun pengalaman masa katekumenat Gereja purba, kemudian disusun penyampaian iman dalam berbagai Katekismus sepanjang sejarah, meskipun dengan penekanan dan cara yang berbeda-beda. Dimensi-dimensi itu adalah: pengakuan iman (Simbol, Syahadat), liturgi (sakramen-sakramen iman), hidup kemuridan (10 perintah), doa Kristiani (Bapa Kami). Dimensi-dimensi ini merupakan pilar-pilar katekese dan paradigma untuk pembentukan ke dalam hidup Kristiani. Sesungguhnya, katekese membuka iman kepada Allah yang Esa dan Tritunggal dan kepada rencana keselamatan-Nya; mendidik dalam kegiatan liturgis dan menginisiasi hidup sakramental Gereja; mendukung jawaban kaum beriman kepada rahmat Allah; mengantar kepada praktek doa kristiani.

Arti teologis-kateketis Katekismus Gereja Katolik

190. Katekismus Gereja Katolik sendiri bukanlah suatu usulan metode katekese, juga tidak memberikan petunjuk-petunjuk tentang hal itu, dan tidak dikacaukan dengan proses katekese, yang selalu memerlukan suatu mediasi.(KGK 24). Meskipun demikian, strukturnya «mengikuti perkembangan iman-kepercayaan langsung kepada tema-tema besar dalam kehidupan sehari-hari. Di setiap halaman demi halaman kita temukan, bahwa apa yang disajikan di sini bukanlah teori belaka, akan tetapi sungguh suatu perjumpaan dengan Seorang Pribadi yang hidup di dalam Gereja.»(Paus  Benediktus XVI, Surat apostolik, Porta fidei 11 Oktober 2011, 11). Katekismus Gereja Katolik, dengan mengacu pada keseluruhan hidup kristiani, mendorong proses pertobatan dan pendewasaan. Katekismus menyelesaikan karyanya, apabila pemahaman akan kata-kata mengacu pada keterbukaan hati, tetapi juga sebaliknya, apabila rahmat keterbukaan hati menimbulkan keinginan untuk mengenal dengan lebih baik Dia yang di dalam-Nya orang beriman menaruh iman-kepercayaannya. Maka, pengetahuan yang dirujuk dalam Katekismus Gereja Katolik ini tidak abstrak: sesungguhnya strukturnya dalam empat bagian mengharmoniskan iman yang diakui, dirayakan, dihidupi dan didoakan, dengan demikian membantu untuk berjumpa dengan Kristus, meskipun secara bertahap. Bagaimanapun juga, program kateketis tidak harus mengikuti aturan/tata susun bagian-bagian Katekismus Gereja Katolik.

191. Struktur Katekismus Gereja Katolik yang harmonis dapat dilihat dalam hubungan teologis antara isi dan sumber-sumbernya, dan dalam interaksi antara Tradisi Barat dan Tradisi Timur. Selain itu, struktur ini mencerminkan kesatuan misteri Kristiani dan perputaran kebajikan-kebajikan teologis dan menyatakan keindahan harmonis yang menjadi ciri kebenaran Katolik. Pada saat yang sama, ia memadukan kebenaran sepanjang masa ini dengan aktualitas gerejawi dan sosial. Jelaslah bahwa Katekismus Gereja Katolik yang tersusun demikian, meningkatkan pentingnya keseimbangan dan harmoni dalam penyampaian iman.

192. Isi Katekismus Gereja Katolik disajikan dengan cara sedemikian rupa untuk menunjukkan pedagogi Allah. Pemaparan doktrin menghormati sepenuhnya jalan-jalan Allah dan manusia dan mewujudkan kecenderungan sehat pembaruan katekese pada abad kedua puluh. Narasi iman dalam Katekismus Gereja Katolik menyediakan tempat yang sangat istimewa kepada Allah dan karya rahmat, yang menduduki tempat terbesar dalam penyebaran materi, yakni pewartaan katekese itu sendiri. Sejalan dengan hal itu, semua kriteria lain yang sudah disampaikan sebagai hal yang perlu demi berhasilnya suatu pewartaan Injil juga diungkapkan secara tidak langsung: sentralitas trinitaris dan kristologis, cerita tentang sejarah keselamatan, ekklesialitas dari pesan, hierarki kebenaran, pentingnya keindahan. Dalam semua itu dapat dibaca bahwa tujuan Katekismus Gereja Katolik adalah untuk membangkitkan kerinduan akan Kristus, dengan menampilkan Allah yang patut dirindukan yang menghendaki kebaikan bagi manusia. Maka, Katekismus Gereja Katolik bukan merupakan suatu ungkapan ajaran yang statis, melainkan suatu instrumen yang dinamis, yang layak menginspirasi dan menguatkan perjalanan iman untuk kehidupan setiap orang dan, dengan demikian, tetap berlaku bagi pembaruan katekese.

2. KOMPENDIUM KATEKISMUS GEREJA KATOLIK

193. Kompendium Katekismus Gereja Katolik merupakan sarana yang berisi kekayaan Katekismus Gereja Katolik dalam bentuk yang sederhana, langsung dan mudah diakses untuk semua orang. Kompendium merujuk kepada struktur Katekismus Gereja Katolik dan isinya. Sesungguhnya, Kompendium merupakan «suatu sintesis yang setia dan pasti dari Katekismus Gereja Katolik. Secara ringkas Kompendium mengandung semua unsur esensial dan fundamental iman Gereja, sedemikian rupa sehingga membentuk […] semacam “vademecum” (buku petunjuk praktis), yang memungkinkan orang-orang, yang beriman dan yang tidak beriman, untuk menerima, dalam pandangan keseluruhan, seluruh gambaran iman Katolik.»( Paus Benediktus XVI, Motu proprio untuk persetujuan dan penerbitan Kompendium Katekismus Gereja Katolik 28 Juni 2005). Sifat khas Kompendium adalah bentuk dialogalnya. Sesungguhnya, disarankan «dialog ideal antara guru dan murid, melalui serangkaian pertanyaan yang terus-menerus, yang melibatkan pembaca dan mengundangnya untuk terus menggali penemuan aspek-aspek yang selalu baru dari kebenaran imannya.»(Kompendium Katekismus Gereja Katolik, Pengantar dari Kardinal Joseph Ratzinger 20 Maret 2005, 4). Selain itu, berhargalah kehadiran gambaran-gambaran yang menegaskan struktur teks. Berkat kejelasan dan keringkasannya, Kompendium Katekismus Gereja Katolik juga ditampilkan sebagai bantuan sah untuk menghafalkan isi-isi dasariah iman.

RELIKUI ST TOMAS AQUINAS


Pada 28 Januari 2023 dalam rangka Peringatan 700 tahun Kanonisasi St Tomas Aquinas, setelah Misa di Biara Dominikan Toulouse, Prancis, diadakan upacara pemindahan relikui berupa tengkorak St Tomas Aquinas, ke tempat yang baru. Tempat baru relikui St Tomas diciptakan oleh Augustin Frison-Roche dan telah diberkati pada 27 Januari 2023.



St Tomas Aquinas wafat pada 7 Maret 1274 (750 tahun yang lalu). Ia dimakamkan di biara Trappist Fossanova, Italia. 49 tahun kemudian Paus Yohanes XXII pada 18 Juli 1323 menyatakan Tomas Aquinas sebagai orang kudus (Santo).  Pada tanggal 28 Januari 1369 jenazahnya dipindah ke Biara Dominikan Tolouse, Prancis. 



Tahun ini hingga 2025 merupakan peringatan triennium bagi St Tomas Aquinas OP. Oleh Ordo Dominikan, diselenggarakan perayaan RANGKAP TIGA sekaligus, 800 tahun kelahiran, 750 tahun wafat, dan 700 tahun kanonisasi St Tomas Aquinas. Sepanjang tahun ini Biara Dominikan Toulouse akan menjadi tujuan peziarahan keluarga besar Dominikan dari seluruh dunia, baik imam, oblat, suster maupun awam. Juga terbuka untuk para penyuka tulisan-tulisan St Tomas Aquinas.


VIDEO: https://youtu.be/pv4L_oQewtU

Lihat juga: ST TOMAS AQUINAS




INSOMNIA

 


Almarhum Paus Benediktus XVI menurut media Jerman Focus 27 Januari 2023 yl  ternyata mengalami kesulitan tidur atau insomnia akut yang menyebabkan beliau mengundurkan diri. Dalam surat bertanggal 28 Oktober 2022 kepada penulis biografi beliau,  Peter Seewald, karena dampak insomnia itu dokter beliau meresepkan obat “kuat” agar beliau dapat bekerja melaksanakan tugas sebagai kepala Gereja Katolik. Masalah keuangan Vatikan dan bertambahnya kasus pelecehan seksual yang dilakukan para imam di banyak tempat di dunia menjadi beban utama yang memerlukan pemikirannya. Ketika penggunaan obat tidur dan obat “kuat” mencapai batasnya, Paus Benediktus XVI semakin lemah. Suatu kecelakaan dalam kunjungan Paus di Mexico dan Cuba 2012 membuat Paus XVI makin yakin, ia harus mengundurkan diri. Tiba-tiba ia lemas dan jatuh di kamar mandi pada malam hari. Keesokan harinya, Paus mendapatkan sapu tangannya penuh dengan darah. Ada kemungkinan Ketika ia jatuh malam kemarin ia terbentur sesuatu. Setelah itu dokter pribadi menganjurkan ia mengurangi pil tidur, bekerja hanya di siang hari dan mengurangi perjalanan ke luar negeri. Nasehat dokter itu membuat Paus Benediktus XVI mempercepat keputusan mengundurkan diri pada tahun 2013, sebelum agenda perjalanan kunjungan ke Brazil.

Anda mengalami gangguan tidur? Sejak kapan anda mengalami keluhan ini? Apakah setiap hari atau kadang-kadang saja pada saat anda banyak pikiran atau sedang stress? Apakah gangguan tidur itu sampai mengganggu aktivitas anda? seperti letih lemah lesu bahkan mempengaruhi emosi anda. Kalau iya, mungkin anda mengalami gangguan tidur yang dikenal dengan insomnia.

Insomnia yaitu adalah kondisi ketika seseorang mengalami sulit tidur atau butuh waktu yang lama untuk bisa tidur. Kondisi lain yang bisa dialami adalah anda terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur kembali. Kondisi ini tentu akan berdampak pada aktivitas anda keesokan harinya seperti rasa letih dan menurunnya produktivitas kerja.

Apakah tanda dan gejala dari gangguan tidur? Anda bisa lihat tanda tanda di bawah ini dan kemudian cocokkan dengan kondisi yang anda alami dalam kehidupan sehari-hari :

-        Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari

-        Sering terbangun pada tengah malam atau bangun terlalu pagi

-        Bangun tidur dengan tubuh yang lelah

-        Sering mengantuk dan kelelahan di siang hari

-        Cepat marah depresi atau cemas

-        Kesulitan dalam berkonsentrasi, sulit fokus dan sulit mengingat

-        Sakit kepala dan kepala terasa tegang

-        Rasa tertekan pada perut dan usus

-        Kekhawatiran mengenai tidur

Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang (kronis). Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami untuk memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui siklus yang bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata cepat. Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam. Satu siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali empat tahap tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu, dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.

Ada dua jenis insomnia, yakni insomnia akut dan kronis. Nah, beberapa kemungkinan penyebab insomnia akut, antara lain:

 

-        Mengalami stress.

-        Mengingat peristiwa yang traumatis.

-        Terjadinya perubahan kebiasaan tidur, seperti tinggal di rumah baru.

-        Mengalami jet lag atau mabuk setelah naik pesawat.

-        Mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Di sisi lain, insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat dari:

-        Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau nyeri punggung.

-        Masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan penggunaan zat.

-        Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya.

-        Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes, kanker, penyakit refluks gastroesofagus (GERD), atau penyakit kardiovaskular.

Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan dapat bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis primer tidak diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain yang dapat terjadi, seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis, penggunaan zat tertentu, serta mengidap diabetes.

Risiko Insomnia

Insomnia dapat terjadi pada semua rentang usia (kendati  pada wanita lebih rentan dibandingkan pria, juga orang yang sudah lanjut usia lebih rentan). Beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami masalah tidur ini, antara lain:

-        Masalah mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, hingga gangguan stres pasca trauma (PTSD).

-        Bekerja shift, pekerjaan seperti ini bisa mengubah jam biologis tubuh.

-        Jenis kelamin, ketika menstruasi tubuh akan mengalami perubahan hormon, kondisi ini menimbulkan gejala hot flashes atau keringat di malam hari, sehingga menyebabkan gangguan tidur.

-        Usia, insomnia meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

-        Perjalanan jauh, melakukan perjalanan jauh atau jet lag karena melintasi beberapa zona waktu juga bisa memicu insomnia.

-        Selain itu, mengidap kondisi medis tertentu, seperti obesitas dan penyakit kardiovaskuler juga dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia. Masa menopause disebut juga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan yang membuat sulit tidur ini.

 

Diagnosis Insomnia

Untuk mendiagnosis insomnia, dokter akan mengawali dengan wawancara medis seputar::

-        Rutinitas tidur.

-        Gaya hidup yang buruk, misalnya kebiasaan mengonsumsi kopi atau minuman keras secara berlebihan.

-        Porsi olahraga.

-        Riwayat kesehatan (penyakit yang mungkin diidap).

-        Obat-obatan yang mungkin dikonsumsi.

Selain itu, dokter juga akan meminta membuat buku harian tidur minimal selama dua minggu. Langkah ini dapat membantu dokter memahami pola tidur dan mengukur tingkat keparahan insomnia yang dialami.

Beberapa informasi yang harus dicantumkan di dalam buku harian tidur biasanya, meliputi waktu yang dibutuhkan untuk bisa terlelap, pukul berapa kira-kira mulai tidur, berapa kali terbangun di malam hari, dan pukul berapa terbangun. Informasi yang lengkap akan membantu dokter menangani insomnia secara tepat.

Pengobatan Insomnia

Dalam mengobati insomnia, hal pertama yang dilakukan oleh dokter adalah mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya. Jika gangguan tidur ini didasari oleh kebiasaan atau pola hidup tertentu yang tidak sehat, maka dokter akan menyarankan untuk memperbaikinya. Jika insomnia disebabkan oleh gangguan kesehatan (misalnya, gangguan kecemasan), maka dokter akan terlebih dahulu mengatasi kondisi yang mendasari rasa cemas tersebut.

Dalam beberapa kasus insomnia, dokter akan menyarankan agar menjalani terapi perilaku kognitif. Terapi ini bisa membantu untuk mengubah perilaku dan pola pikir yang memengaruhi tidur mereka.

Jika dianggap perlu, mungkin dokter akan meresepkan obat tidur untuk beberapa waktu. Namun, obat tidur merupakan solusi yang bersifat sementara saja. Hal yang perlu digaris bawahi, penanganan insomnia jarang berhasil bila tak akar penyebabnya tidak ditemukan dan dicari solusinya.

Komplikasi Insomnia

Ketika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup akibat insomnia, fungsi otak akan mengalami hambatan. Itulah sebabnya para pengidap insomnia kesulitan fokus.

Insomnia yang tidak tertangani dengan baik juga dapat menimbulkan efek kesehatan yang lebih serius seiring berjalannya waktu. Kekurangan tidur setiap malam dapat meningkatkan peluang seseorang untuk mengembangkan sejumlah kondisi, termasuk:

-        Mudah cemas.

-        Mengalami depresi.

-        Meningkatnya risiko stroke.

-        Memicu asma.

-        Mengalami kejang.

-        Fungsi sistem kekebalan yang melemah.

-        Meningkatnya risiko obesitas.

-        Tekanan darah tinggi.

-        Memicu perkembangan penyakit jantung.

Tak hanya itu, insomnia juga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif pada rutinitas pengidapnya, yaitu:

-        Meningkatkan risiko kesalahan pada pekerjaan atau kecelakaan saat mengemudi dan mengoperasikan alat atau mesin.

-        Memengaruhi kinerja dan prestasi di sekolah atau tempat kerja.

-        Menurunkan gairah seks.

-        Menurunkan daya ingat.

-        Makin sulit mengatur emosi.

Pencegahan Insomnia

Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan tidur:

-        Cobalah untuk mempertahankan jadwal tidur dan bangun yang kira-kira sama, bahkan di akhir pekan.  Pastikan juga untuk menghindari tidur siang karena dapat mengurangi rasa kantuk di malam hari.

-        Buat rutinitas sebelum tidur yang membantu kamu rileks dan mendapatkan suasana yang baik untuk tidur.

-        Membatasi asupan kafein di sore hari.

-        Redupkan lampu dan letakkan perangkat elektronik sekitar satu jam sebelum waktu tidur.

-        Dapatkan sinar matahari dan aktivitas fisik hampir setiap hari atau setiap hari, jika memungkinkan.

-        Hindari tidur siang, terutama jika tidur di siang hari membuat tetap terjaga di malam hari.

-        Memeriksakan diri ke psikolog jika merasakan gejala gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.

Kapan Harus ke Dokter?

Bila merasakan gejala insomnia yang tak kunjung membaik atau sampai mengganggu aktivitas, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Tujuannya agar penanganan dapat dilakukan sedari dini, sehingga peluang kesembuhan juga akan semakin meningkat. Selain itu, juga dapat meminta saran dari dokter tentang waktu yang tepat untuk tidur terlelap agar fisik kembali bugar di pagi hari.

(Dari beberapa sumber)


Sabtu, 28 Januari 2023

Sabda Bahagia

 



Lebih dikenal sebagai Delapan Sabda Bahagia dari Yesus dalam Khotbah di Bukit (Mat 5:3-10; bdk Luk 6:20-26). Istilah yang lebih umum, “Beatitude” [Semoga Bahagia], mengandung konotasi yang berkaitan dengan suatu bentuk sastra yang terdapat dalam kesusastraan Mesir, Yunani dan Roma yang mengungkapkan pujian dan ucapan selamat.

      Nama “Beatitudes” berasal dari kata beati (bentuk jamak dari “blessed”, atau “yang diberkati”), yaitu kata yang mengawali ucapan-ucapan dalam terjemahan Latin dari Khotbah di Bukit [Beati pauperes spiritu, .... Beati, qui lugent, ... Beati mites,.....  Beati, qui esuriunt et sitiunt iustitiam,.... Beati misericordes,....Beati mundo corde, .....

Beati pacifici, ..... Beati, qui persecutionem patiuntur propter iustitiam,.....  Beati estis cum maledixerint vobis et persecuti vos fuerint et dixerint omne malum adversum vos, mentientes, propter me..]. [Sama dengan nama “Sabda Bahagia” yang diambil dari kata pertama dari  ucapan-ucapan Yesus yang sama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.]

      Bentuk sastra “Berbahagialah” itu terdapat baik di dalam Perjanjian lama maupun Perjanjian Baru. Bentuk sastra “Berbahagialah” dalam Perjanjian Lama terutama terdapat dalam sastra kebijaksanaan. Dalam Mazmur, misalnya, kita temukan ucapan berbahagia itu bagi: orang yang berjalan di jalan Tuhan (Mzm 1), yang percaya kepada Tuhan (Mzm 34:8; 40:4), yang dosanya diampuni (Mzm 32:1), dan yang takut pada Tuhan (Mzm 112:2).

      Dalam Perjanjian Baru terdapat sekitar tigapuluh-tujuh bentuk sastra ucapan “Berbahagialah” (Mat 5:3-11; 11:6; 13:16; 16:17, 24:46; Luk 1:45; 6:20-22; 7:23; 10:23; 11:27-28; 12:37.43; 14:15; 23:29; Yoh 20;29; Rm 4:7.8; 14;22; Yak 1:12; Why 1:3; 14:13; 16:15; 19:9; 20:6; 22:7). Dari semuanya itu tujuh belas ucapan bahagia di dalam Injil berasal dari Yesus. Ucapan-ucapan itu mengungkapkan perubahan hidup yang dituntut oleh iman kepada Yesus (Mat 11:6; 24:46; Luk 7:23; 12:37; Yoh 13:17; 20:29). Ada tujuh ucapan bahagia dalam Kitab Wahyu (1:3; 14:13; 16:15; 19:9; 20:6; 22:7.14), yang menyatakan situasi bahagia dari kaum beriman yang telah diselamatkan.

      Sabda Bahagia dalam Khotbah di Bukit merupakan ikhtisar singkat Jalan Kristus (KGK 1697). Ucapan itu merupakan inti sari dari ajaranNya dan merupakan pemenuhan dari “semua janji yang telah diberikan kepada umat terpilih sejak Abraham. Sabda Bahagia menyempurnakan janji-janji itu, karena tidak hanya diarahkan kepada pemilikan suatu negeri saja, melainkan kepada Kerajaan Surga” (KGK 1716). Memang ucapan-ucapan itu menyatakan “bahagia” berbagai keadaan yang menurut ukuran duniawi direndahkan: miskin, berduka, dianiaya, dan sebagainya. Namun itulah situasi dari hidup Kristus sendiri di dunia; dan ucapan-ucapan itu “mengungkapkan panggilan umat beriman berkaitan dengan Sengsara dan KebangkitanNya yang mulia” (KGK 1717).

      Sabda Bahagia  dalam Injil Matius berbeda dari Sabda Bahagia dalam Injil Lukas dalam beberapa hal. Di dalam Injil Matius Yesus mengarahkan ucapan bahagia itu menggunakan kata ganti orang ketiga (“Berbahagialah orang yang...”) sedangkan dalam Injil Lukas menggunakan kata ganti orang kedua (“Berbahagialah hai  kamu...”). Selain itu berkat dalam Lukas, lain dari Matius, diikuti dengan kutuk, pernyataan-pernyataan yang dimulai dengan “Celakalah kamu...” Perbedaan ini tidak harus dipertentangkan atau kontradiktif. Sebagai pengkhotbah keliling Yesus pastilah mengajarkan tema yang sama dalam beberapa kesempatan, dan sering bervariasi penyampaianNya.

      Walaupun Yesus dengan menggunakan situasi indikatif tampaknya melakukan pengamatan, tradisi Kristen menafsirkan Sabda bahagia sebagai imperatif, perintah moral, yaitu sebagai petunjuk ilahi bagi perilaku manusia. Sabda Bahagia sering disajikan sebagai suplemen (tambahan) atau pelengkap (komplemen) Sepuluh Perintah Allah. Bagian “Moral” dari Katekismus Gereja Katolik diawali dengan pembahasan mengenai Sabda Bahagia. “Sabda bahagia mengungkapkan maksud keberadaan manusia, tujuan akhir perbuatan manusia: Allah memanggil kita ke dalam kebahagiaanNya sendiri. Allah menyampaikan panggilan ini kepada setiap manusia secara pribadi, tetapi juga kepada Gereja sebagai keseluruhan, kepada umat baru, yakni mereka yang telah menerima janji dan hidup dari-Nya dalam iman” (KGK 1719).

      Sabda Bahagia dari Kristus bersifat “eskatologis”. Mereka menyatakan berkat yang akan diterima sepenuhnya pada akhir zaman, tetapi mereka menyatakannya sebagai “berkat dan ganjaran, yang sudah murid-murid miliki secara tersamar” (KGK 1717). “Sabda Bahagia mengarahkan harapan kita ke surga sebagai tanah terjanji yang baru; mereka menunjukkan jalan yang melalui berbagai pencobaan yang menantikan murid-murid Yesus. Tetapi berkat jasa Yesus Kristus dan berkat SengsaraNya, Allah memelihara kita di dalam ‘pengharapan yang tidak pernah gagal’.” (KGK 1820).

      Para ahli kadang-kadang membedakan dua macam sabda bahagia, eulogi dan makarios. Eulogi (dari kata Yunani eulogia, artinya “berkat, bahagia”) biasanya terkait dengan berkat dari perjanjian. Sedangkan makarios adalah situasi ”senang” atau “beruntung”, yang menggambarkan kebahagiaan kodrati yang dinikmati seseorang yang mempunyai kualitas atau kebiasaan yang baik. Pembedaan ini tidak membantu untuk menafsirkan Sabda Bahagia dari Khotbah di Bukit, sebab dimulai dengan makarios dalam menggambarkan situasi seperti berdukacita yang tidak selaras dengan kesenangan kodrati. Sebaliknya situasi-situasi yang digambarkan itu mengarahkan kita kepada kebahagiaan adikodrati; “mereka membersihkan hati kita dan mengajarkan kita mencintai Allah di atas segaIa sesuatu” (KGK 1728). Dalam pandangan dunia alkitabiah, tidak ada tempat bagi “keberuntungan”, atau “nasib baik”; sebab bahkan situasi yang tidak menguntungkan pun dapat dipandang sebagai berkat bahagia jika dilihat dengan terang Pemeliharaan Ilahi dan perjanjianNya. “Sabda bahagia sesuai dengan kerinduan kodrati akan kebahagiaan. Kerinduan ini berasal dari Allah. Ia telah meletakkannya di dalam hati manusia, supaya menarik mereka kepada diri-Nya, karena hanya Allah dapat memenuhinya” (KGK 1718).

 

Sabda Bahagia dalam Injil Matius (5:3-10)

1. ''Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.   

2.  Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.   

3. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.   

4. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.   

5. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.   

6. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.   

7. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.   

8. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.   

 

Sabda Bahagia dalam Injil Lukas (6:20-26):

1. ''Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.   

2. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan.

3. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.   

4.. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.   


St Tomas Aquinas dan Ajarannya Dalam Gereja

 Pada 28 Januari kita merayakan peringatan wajib St Tomas Aquinas, imam dan Pujangga Gereja. Mengingat kaitan khusus kontribusi St Tomas Aquinas dalam perkembangan filsafat dan teologi Gereja saya usahakan menyajikan tulisan baik yang menyangkut riwayat hidup maupun perkembangan wawasan filsafat-teologinya dalam Gereja. Semoga berguna. 

 


Tomas Aquinas, Tomisme dan Tempatnya dalam Gereja Katolik

Pengantar

Tidak mudah untuk mendefinisikan Tomisme sebagai aliran pemikiran yang tegas, karena begitu banyak pemikir yang mengusungnya sepanjang 700 tahun sejarahnya, tidak pernah mengidentifikasi diri sebagai anggota satu gerakan. Demikian pula, tentang siapa yang dapat disebut sebagai seorang Tomist dan apa kriteria penentuan isi ajaran Tomistik sangat sering diperdebatkan dan berubah seiring perkembangan zaman. Cessario [1] memberikan definisi Tomisme yang paling sederhana sebagai "kumpulan ajaran baik dalam filsafat maupun teologi yang berasal dari dan dianggap mewakili dengan setia ajaran Tomas Aquinas." Wheisheipl menyatakan mereka yang mengikuti filosofi Tomisme tidak hanya menerangkan ajaran Aquinas tetapi mengembangkannya dan mencoba menggunakannya untuk mengolah masalah teologis di setiap zaman. [2]

Dalam arti luas, istilah "Thomisme" diterapkan pada siapa saja yang sebagian mengambil filsafat Tomas Aquinas sebagai sumber induk, menggabungkannya dengan unsur-unsur dari aliran pemikiran lain, menciptakan berbagai jenis Tomisme dan kadang-kadang bahkan menghasilkan wawasan yang sangat berbeda dari ajaran Tomas Aquinas. Sebenarnya, hampir setiap tradisi pemikiran Kristiani dari periode akhir abad pertengahan sampai batas tertentu dipengaruhi oleh ide-ide Tomas Aquinas.

Dalam pengertian yang sempit, Tomisme hanya berlaku bagi mereka yang secara murni berpegang pada prinsip-prinsip sentral filsafat dan teologi Tomas Aquinas seperti yang disajikan dalam karya-karyanya.



Tomas Aquinas

Tomas lahir pada tahun 1225 [3] di Roccasecca, Italia, dari keluarga bangsawan rendah Landolfo dan Theodora d'Aquino. Tomas adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara dan diharapkan keluarganya masuk biara Benediktin di Monte Casino dan dapat menjadi kepala biara, seperti pamannya. Maka, pada usia 5 tahun ia sudah dikirim untuk dididik di biara. Dia menghabiskan 8 tahun di sana dan kemudian melanjutkan studinya di Universitas Naples di mana dia berkenalan dengan filsafat Aristoteles dan ordo Dominikan, yang menentukan jalan hidupnya selanjutnya.

Pada tahun 1243, ia membuat keluarganya kecewa beratkarena dia diam-diam bergabung dengan ordo Dominikan, dan menerima jubah Dominikan setahun kemudian. Suatu legenda mengatakan bahwa ayahnya, setelah mengetahui hal ini, mengambil dan memenjarakan dia di rumah, bahkan  menggunakan perempuan penggoda untuk membujuk agar Tomas kembali ke Benediktin dan melanjutkan tradisi keluarga. Mereka menahannya selama dua tahun dan membebaskannya karena  desakan Paus Innosensius IV dan Raja Frederick II.

Setelah itu, Tomas melanjutkan studinya dengan para Dominikan di Naples, Paris, dan Cologne. Ia ditahbiskan pada tahun 1250. Dia menjadi pengajar di universitas di Paris, dan di bawah pengawasan Albertus Agungdan menyelesaikan studi doktoral di bidang teologi. Sebagai mahasiswa, Tomas sederhana dan pendiam, tipe pemikir, sering dikira bodoh, tetapi kejeniusannya muncul dalam tesisnya. Tutornya berkomentar bahwa "doktrinnya suatu hari akan bergema nyaring di seluruh dunia!". [4]

Selama tahun 1250-an, ia menjadi profesor dan pengajar terkenal di Paris, mengabdikan dirinya untuk menyelidiki kemungkinan rekonsiliasi antara teologi dan filsafat, yang merupakan objek utama konflik dan perselisihan dalam masyarakat pada saat itu, juga di antara berbagai ordo monastik. Kemampuan kritisnya membuat dirinya diterima dalam konsorsium magisterium, bersama dengan tokoh besar Fransiskan, Santo Bonaventura. Ini terjadi pada tanggal 15 Agustus 1257.

Pada tahun 1259, Aquinas kembali ke Italia, dan mulai menulis karyanya yang paling terkenal, Summa Theologica, setelah menolak untuk menulis ulang dan memperbarui komentarnya atas “Sentences” karya Petrus Lombardus , yang ia tulis selama tahun-tahun terakhirnya di Cologne.



Untuk memahami tekatnya untuk memberikan semacam pedoman umum teologis-filosofis, perlu diperhatikan situasi sosial secara keseluruhan pada waktu itu. Abad ke-13 bukan hanya masa konflik antara otoritas gerejawi dan sipil (di Italia antara Paus Gregorius IX dan Frederick II, Raja Sisilia dan Kaisar Roma, yang dikucilkan Paus karena menyerang Negara Gereja)  di berbagai negara bagian maupun di lingkungan universitas; tetapi juga terjadi antagonisme antara Gereja Timur dan Gereja Barat; konflik antara imam diosesan dan ordo religius; juga di antara ordo-ordo satu sama lain (Fransiskan, Benediktin, Dominikan) atau bahkan di dalam diri mereka sendiri; ditambah pertentangan di antara iman yang diusung teologi dengan akal dan hukum kodrat yang diusung  filsafat, terutama antara teologi Agustinus dan filsafat Aristoteles. Karya-karya Aquinas entah bagaimana menjawab semua masalah ini.

Masalah terbesar dari konflik teologi-filsafat adalah bagaimana menyatukan pengetahuan yang diperoleh dari wahyu dengan informasi yang diterima manusia dengan mengamati prinsip-prinsip alam menggunakan pikiran dan indera mereka. Yang paling radikal adalah pendapat pengikut Ibn Rushdi (Averroes, 1126–1198) [5] bahwa kedua jenis pengetahuan ini secara langsung bertentangan satu sama lain, yang ditolak Aquinas, dengan keyakinan bahwa keduanya berasal dari Tuhan, sehingga keduanya bersesuaian dan pada akhirnya harus mengarah pada hasil yang sama. Selanjutnya, Aquinas juga harus melawan para teolog yang sama sekali menolak ajaran para filsuf Yunani klasik, atau yang menolak keras kemungkinan bahwa kebenaran abadi bisa saja diungkapkan juga dalam bentuk lain kepada orang bukan Yahudi, dan dengan demikian mereka dapat diselamatkan. Ini dituangkan dalam karyanya, Summa contra Gentiles.

Keunggulan Tomas Aquinas adalah bahwa dia “menyatukan pengetahuan teologi yang sangat komprehensif dengan pikiran filosofis yang sangat tajam.” [6] Hasil karyanya terbilang luar biasa besar, mengingat sebagian besar tulisannya ia susun hanya dalam rentang waktu hanya sekitar 20 tahun.

Antara 1268 dan 1272, Tomas dipanggil mengajar di Paris lagi, setelah itu kembali ke Naples. Ketika Pesta Santo Nikolas pada tahun 1273, dia mendapat visiun mistis, suara dari salib memuji dia untuk semua tulisannya demi untuk kemuliaan Tuhan, setelah itu dia malah berhenti menulis sama sekali. Kesehatannya menurun, tetapi ketika Paus Gregorius X memanggilnya untuk ikut serta dalam Konsili Lyons yang direncanakan diselenggarakan pada tanggal 1 Mei 1274, dia berangkat mendahului ke sana pada bulan Januari. Undangan ini adalah karena ringkasan argumen yang ditulis Aquinas sebelumnya, digunakan para teolog kepausan untuk berdialog dengan Gereja Timur, dan maksud konsili ini adalah untuk mencapai saling pengertian dengan pihak Ortodoks Yunani. Namun, kesehatan Aquinas memburuk dengan cepat dan dia terpaksa tinggal di biara Cistercian di Fossanova, Italia, tempat dia meninggal pada tanggal 7 Maret 1274. Mulanya ia dimakamkan di sana, tetapi pada tanggal 28 Januari 1369 jenazahnya dipindah ke Tolouse. Tanggal pemindahan jenasahnya menjadi tanggal yang ditetapkan Gereja sekarang untuk mengenangnya.

Tomas Aquinas dikanonisasi pada tanggal 18 Juli 1323 oleh Paus Yohanes XXII, dan pada tahun 1567 Paus Pius V menyatakannya sebagai Pujangga Gereja. Dia menjadi santo pelindung sekolah/ universitas, siswa, dan teolog.

Selintas Sejarah Tomisme

Tomas Aquinas, meskipun seorang teolog yang dihormati, namun tidak menganggap dirinya sebagai sumber suatu aliran baru, juga tidak mempunyai murid-murid langsung. Tetapi perkembangan  karya-karyanya menarik, dan terus menarik banyak pengikut. Leonard A. Kennedy mencatat total ada 2.034 Tomis yang aktif antara tahun 1270 dan 1900. Katalog Kennedy menunjukkan adanya minat yang terus berlanjut pada karya-karya Aquinas, bahkan pada periode kemunduran praktik aktif teologi; terutama di kalangan para Dominikan, diikuti oleh Jesuit, dan sejak abad ke-19 bahkan diminati semakin banyak orang awam. Selain itu, fenomen menunjukkan bahwa setiap kemunduran praktik teologi sejauh yang pernah terjadi semata-mata akibat dari kemunduran agama secara keseluruhan; bukannya oleh ketidakmampuan filosofi untuk mengatasi situasi sosial saat ini melainkan karena faktor eksternal, seperti konflik di dalam gereja, perpecahan dan pembentukan denominasi reformasi baru (misalnya berbagai bentuk Protestantisme), pecahnya Revolusi Prancis, Pencerahan, perang, atau pandemi.

Sejarawan umumnya mengenali tiga atau empat [7] periode dalam perkembangan Tomisme: pertama, era awal Tomist dan pembelanya (abad ke-13-15); kedua, era komentator (abad 15-17); ketiga, era pasca Reformasi (abad 17-18); dan keempat, Neo-Tomisme (sejak abad ke-19).

Aquinas sudah menerima banyak kritik selama hidupnya, terutama dari para teolog yang menentang segala kemungkinan untuk mengkonsolidasikan filsuf Yunani atau Arab dengan agama Kristen. Penentang utama Tomisme adalah kelompok Fransiskan. Pada tahun 1277, uskup Fransiskan dari Paris, Stephen Tempier, mengeluarkan kecaman terhadap 219 proposisi yang diyakini bertentangan dengan teologi tradisional Augustinian, termasuk 20 yang berasal dari Tomas, yang membuat reputasinya memburuka. Kecaman ini bahkan diadopsi oleh gereja Inggris. Namun, ajaran Aquinas segera dipertahankan oleh beberapa Dominikan, termasuk mantan guru Aquinas, Albertus Agung, yang menyelamatkan tesisnya dari anatema.

Sejak itu ajarannya diadopsi dan dipromosikan oleh ordo Dominikan, yang segera meluas ke Inggris, mendirikan biara di Canterbury, London, dan Oxford. Berkat mereka, pada akhir abad ke-13, Tomisme mengakar sangat kuat di Inggris, berkembang terutama di Oxford hingga perpecahan Anglikan. Namun, konflik Dominikan-Fransiskan di sana sangat intens. Uskup Agung Canterbury John Peckham yang seorang Fransiskan pada tahun 1286 mengucilkan tokoh Dominikan Richard Knapwell karena mempromosikan pandangan Tomistik [8], dan Paus Nicholas IV (juga Fransiskan) menolak untuk menarik Kembali pengucilan ituNamun hal ini justru mendorong para Dominikan untuk semakin aktif mendukung ajaran Aquinas. Dominikan Inggris terkemuka lainnya adalah Thomas Sutton, yang menyelesaikan dua komentar Aquinas yang belum tuntas tentang Aristoteles.

Setelah kanonisasi Aquinas (1323), Tomisme berkembang pesat didukung oleh para profesor yang memahami terobosan yang dicapai Tomas dalam teologi Kristen. Ajaran Tomas juga diakui sebagai sumber kebijaksanaan praktis untuk hidup sehari-hari. Teologi Aquinas disahkan pada tahun 1325 oleh uskup Paris Stephen Bourret.

Perpecahan Besar di Barat (adanya dua dan kemudian tiga Paus di masa yang sama 1378-1417) dan wabah Black Death pada abad ke-14 menyebabkan penurunan praktik kehidupan intelektual dan teologis di Eropa Barat. Sebaliknya, Tomisme malah tumbuh subur di Eropa Timur, seperti Bohemia, Polandia, Skandinavia, dan Byzantium, bahkan mencapai Rusia dan Cina pada abad ke-17. Penyebaran Tomisme menjadi semakin dimudahkan dengan penemuan mesin cetak dan konsolidasi politik sebagian besar Eropa di bawah pemerintahan Habsburg yang menjalankan komitmen kuat pada Gereja Katolik. Pada akhir abad ke-15, Summa Theologica digunakan sebagai buku teks standar teologi, khususnya di universitas-universitas tempat para Dominikan mengajar. Selama Renaisans, sebagai masa kembalinya dan kebangkitan filsafat Yunani kuno, karya Aquinas dihargai karena hubungannya dengan Aristoteles, dan Tomisme Dominikan semakin luas pengaruhnya bahkan di luar karya pelayanan Ordo. Namun, tidak semua tokoh humanis menyukai hal itu, misalnya Erasmus dari  Rotterdam yang terkenal mengkritik tajam Aquinas.

Kemunduran Tomisme terjadi selama masa pergolakan reformasi Protestan di abad ke-16. Namun, karya-karya Tomis dari masa sebelumnya maupun dari masa itu (misalnya terutama dari: John Capreolus dan Thomas Cajetan) digunakan untuk membantu melestarikan iman yang benar dan melawan ide-ide para reformis. Dalam masa ini, Tomisme justru makin jelas posisinya dan mulai dianggap sebagai teologi resmi Katolik, yang kemudian tercermin dalam Konsili Trente (1545-1563) yang mewadahi gerakan Kontra-Reformasi. Mayoritas teolog yang dipanggil dalam Konsili mendukung ajaran Aquinas dan memiliki pengaruh tidak hanya pada dekrit yang dihasilkan Konsili tetapi juga pada Katekismus Romawi yang dikeluarkan oleh Paus Pius V, yang juga seorang Dominikan, pada tahun 1566.

Konsili Trente menandai periode Reformasi Katolik dan kebangkitan Tomisme. Banyak ordo monastik baru yang didirikan pada masa itu menganut ajaran Aquinas, meskipun mungkin tidak secara keseluruhan. Misalnya, St Ignatius dari Loyola, pendiri ordo Jesuit, dipengaruhi oleh guru Dominikan dan mempromosikan sejenis Tomisme eklektik. Jesuit menjadi pendukung terbesar kedua bagi  teologi Aquinas pada abad ke-17 dan ke-18, meskipun kadang-kadang mereka berselisih paham dengan para Dominikan mengenai poin-poin tertentu di dalamnya.

Sayangnya, kebangkitan teologis ini hanya berlangsung sampai gelombang revolusi menyebar ke seluruh Eropa, dimulai dari Revolusi Prancis di akhir abad ke-18, diikuti oleh pendudukan Napoleon, ketika banyak gereja ditutup. Ancaman lain berasal dari para filsuf modern non-Katolik, yang pengaruhnya mulai menonjol bahkan di universitas dan seminari Katolik. Abad Pencerahan  menyisihkan paham skolastik abad pertengahan demi ilmu alam dan filsafat spekulatif, yang diwakili oleh nama-nama seperti Descartes, Kant, Hegel, dan lain-lain. Filsafat Katolik saat ini menjadi sangat apologetis, mencoba memasukkan pengetahuan modern ke dalam beberapa bentuk rasionalisme teologis. Namun, upaya teologis baru ini tidak memiliki dasar yang cukup kuat, Sebagian malah jatuh ke dalam gagasan sesat.

Hanya Ordo Dominikan, yang ternyata waktu itu paling aktif terutama di Italia, yang masih menjalankan teologi sejati Aquinas dan pertama kali menyerukan perlunya untuk kembali mengajarkannya di seminari. Empat orang secara khusus mempunyai kontribusi besar pada kebangkitan kembali Tomisme, dengan pembentukan yang disebut Neo-Tomisme: Vincento Buzzeti, yang menggunakan ajaran Aquinas dalam menyangkal posisi filsafat modern yang tidak cocok untuk menjelaskan teologi kekristenan.; dan murid-muridnya, Sordi bersaudara, dan Joseph Pecci, saudara dari Gioacchino, yang kemudian menjadi Paus Leo XIII.

Dua bersaudara Sordi bergabung dengan Jesuit dan membentuk perkumpulan rahasia untuk  kebangkitan skolastik, mencoba meyakinkan para konfrater bahwa Aquinas adalah pemandu yang dapat dipercaya untuk memperbarui teologi Katolik. Jesuit pertama yang menerimanya adalah orang-orang di kolese Roma di mana Gioacchino muda juga belajar, dan dia juga kemudian mendukung Aquinas. Setelah menjadi uskup, dia kemudian menghadiri Sinode Provinsi Spoleto pada tahun 1849, yang meminta Paus mengeluarkan kecaman atas bidat-bidat masa ituSaran itu diwujudkan oleh Paus Pius IX pada tahun 1864 [9], dan kesesatan menjadi perhatian utama Konsili Vatikan Pertama. Konstitusi Konsili, Dei Filius, dipengaruhi oleh studi tentang Aquinas dari Jesuit lain, Kleutgen.

Setelah menjadi Paus, Gioacchino, atau Leo XIII, mengeluarkan ensiklik Aeterni Patris yang "menyerukan pemulihan ajaran dasar St. Tomas sebagai satu-satunya filsafat Kristen yang sehat yang mampu menjawab kebutuhan moder."[10] pada tahun 1879,  dan di tahun yang sama ia mendirikan Akademi Roma St. Tomas. Leo menyebarkan filosofi Aquinas dengan segala cara yang memungkinkan dan menggunakannya dalam ensiklik berikutnya untuk memecahkan masalah modern.

Terlepas dari usahanya itu, banyak imam muda ingin memperbarui ajaran Gereja agar sesuai dengan semangat zaman, dan setelah Leo XIII wafatjumlah mereka berlipat ganda. Ini menyebabkan Paus Pius X mengeluarkan daftar anatema modernis dan menerbitkan beberapa dekrit tentang pembinaan klerus. Dalam surat Motu Proprio 29 Juni 1914, dia mendesak agar Summa Theologica digunakan sebagai buku teks teologi di semua institusi yang memberikan gelar kepada imam. Sebulan kemudian, Kongregasi Studi memberikan daftar 24 tesis fundamental yang harus dipahami sebagai ajaran utama St. Thomas Aquinas dan norma arahan yang aman bagi Gereja.[11] Kedua rekomendasi ini dikukuhkan pada tanggal 7 Maret 1916.

Pecahnya Perang Dunia I menyebabkan semakin goyahnya iman dan kepercayaan dalam agama serta kemanusiaan dalam masyarakat umum, dan membuat semakin mendesaknya kebutuhan untuk memberikan pedoman teologis yang jelas namun tegas “melayani panggilan umum untuk kekudusan." [12] Maka Kitab Hukum Kanonik yang dikeluarkan pada bulan Mei 1917 di bawah Paus Benediktus XV akhirnya menyatakan ajaran Aquinas sebagai doktrin resmi Gereja Katolik, juga mewajibkan “semua profesor filsafat dan teologi harus memertahankan dan mengajarkan metode, ajaran dan prinsip-prinsip Pujangga Gereja Tomas Aquinas.”[13]

Meskipun Konstitusi Apostolik menyajikan kurikulum studi yang rinci untuk seminari-seminari yang dipaksakan dengan otoritas apostolik sepenuhnyanamun pedoman ini tidak sepenuhnya diterapkan di semua institusi sejenissebaliknya terbentuk semacam "teologi bawah tanah", terutama di Prancis, yang menyerukan pembaruan teologi, yang cenderung mempopulerkan Tomisme transendental dan ragam Tomisme lainnya yang dipengaruhi oleh evolusionisme dan eksistensialisme. Untungnya, teologi versi baru ini tidak mempengaruhi Konsili Vatikan II antara tahun 1962 dan 1965, maupun Katekismus Gereja Katolik yang baru. Posisi Tomas Aquinas dalam teologi Katolik ditegaskan kembali oleh beberapa ensiklik lainnya, seperti Humani Generis dari Paus Pius XII, atau yang beberapa ensiklik dari Paus Yohanes Paulus II terutama yang terbaru dan paling jelas, Fides et Ratio.

Pada akhir abad ke-20, studi sejarah Tomisme dipopulerkan tidak hanya di Eropa tetapi juga di Amerika. Karya Aquinas masih dipelajari di universitas-universitas ternama di Paris, Oxford, Bologne, Cracow, dan lain-lain. Menurut Cessario [14]: “Tomisme tetap menjadi tradisi intelektual yang aktif baik di kalangan sekuler maupun agama,” bahkan di abad ke-21.

BIBLIOGRAFI

24 Tesis Tomistihttp://www.u.arizona.edu/~aversa/scholastic/24Thomisticpart2.htm

CESSARIO, R., A Short History of Thomism. Baltimore: Catholic University of America Press, 2005. 122 p. ISBN 081321386XR.

MCINERNY, R.; O’CALLAGHAN, J., 2015. Saint Thomas Aquinas. The Stanford Encyclopedia of Philosophy [online]. Spring 2015, Edward N. Zalta (ed.), online padahttp://plato.stanford.edu/archives/spr2015/entries/aquinas/>.

St. Thomas Aquinas, Biography.com

Tomáš Akvinský, v: https://www.zivotopisysvatych.sk/tomas-akvinsky/

Thomas Aquinas, v: http://www.catholic.org/saints/saint.php?saint_id=2530

WEISHEIPL, J. A., 2012, The Revival of Thomism: An Historical Survey [online]. Online padahttp://opcentral.org/resources/2012/09/03/the-revival-of-thomism-an-historical-survey-weisheipl/

[1] CESSARIO, R., A Short History of Thomism. Baltimore: Catholic University of America Press, 2005, p. 1

[2] CESSARIO, R., A Short History of Thomism. Baltimore: Catholic University of America Press, 2005, p. 14

[3] Boleh jadiTahun kelahirannya tidak pastisumber yang berbeda-beda memberi data antara 1224 dan 1226.

[4] St. Thomas Aquinas, Biography.com

[5] Averroism adalah aliran filsafat berdasarkan karya filsuf Arab abad ke-12 Averroe, yang aslinya bernama Ibn Rushid, mewakili tafsir radikal Aristoteles disesuaikan dengan iman IslamTerutama keyakinan akan monopsichisme dan panpsichisme.

[6] CESSARIO, R., A Short History of ThomismBaltimore: Catholic University of America Press, 2005, p. 2

[7] Sebagian menggabungkan dua periode pertama menjadi satu; Sebagian menggabungkan kedua periode terakhir.

[8] Di latar belakang adalah mekanisme intrik politik.

[9] Beberapa sejarawan mengira daftar ini disusun Gioacchino sendiri.

[10] WEISHEIPL, J. A., The Revival of Thomism: An Historical Survey (Kebangkitan Tomisme: Suatu Survei Sejarah). 2012.

[11] 24 tesis tercantum di sini: http://www.u.arizona.edu/~aversa/scholastic/24Thomisticpart2.htm

[12] CESSARIO, R., A Short History of Thomism. (Sejarah Singkat Tomisme). Baltimore: Catholic University of America Press, 2005, hal. 26.

[13] WEISHEIPL, J. A., The Revival of Thomism: An Historical Survey (Kebangkitan Tomisme: Suatu Survei Sejarah). 2012.

[14] CESSARIO, R., A Short History of Thomism(Sejarah Singkat Tomisme). Baltimore: Catholic University of America Press, 2005, hal. 12..