Peristiwa Keluaran
(Bahasa
Yunani, exod “keluar”). Keberangkatan bangsa Israel meninggalkan Mesir. Kisahnya
menggambarkan penderitaan bangsa Israel di Mesir, munculnya Musa dan karyanya,
sepuluh bencana, dan perjalanan terakhir keluar dari Mesir.
I. Kisah Keluaran
A. Belenggu [Perbudakan] di Mesir
B. Melepaskan Diri dari Mesir
C. Menyeberang Laut
D. Menuju Sinai
II. Waktu Terjadinya Keluaran
III. Teologi Keluaran
IV. Keluaran Dalam Perjanjian Baru
I. Kisah Keluaran
A. Belenggu
[Perbudakan] di Mesir
Keturunan
Yakub bertambah banyak di Mesir, dan
“Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah
banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka”
(Kel 1:7). Tetapi nasib mereka berubah dramatis di bawah pemerintahan
firaun-firaun baru yang melupakan semua kebaikan yang telah dibuat Yusuf bagi
Mesir, dan yang menindas orang-orang Israel dan menjadikan mereka budak-budak
(tentang latar belakang ini terkait riwayat Yusuf)
dan menjadikan mereka tenaga kerja paksa untuk membangun (atau membangun
kembali) kota-kota Pitom dan Raamses.
Beberapa cerita Kitab Suci mengenai
belenggu Mesir cocok dengan apa yang kita ketahui dari sumber-sumber dari
Mesir. Misalnya tentang jumlah kerja wajib (Kel 5:8.13-14) yang biasa
dibebankan kepada tawanan asing. Demikianlah catatan-catatan Mesir sering mengungkapkan
keluhan orang Mesir yang “frustrasi pada para pekerja” yang menuntut jam-jam
istirahat atau dibebaskan dari pekerjaan, seperti yang dilakukan Firaun ketika
Musa dalam Kel 5 meminta agar umatnya diperbolehkan beribadat kepada Tuhan.
B. Melepaskan
Diri dari Mesir
Musa dipilih oleh Tuhan untuk memimpin
bangsanya keluar dari belenggu perbudakan. Ia menggunakan kuasa ilahi yang
diberikan kepadanya untuk menghancurkan kekerasan kepala Firaun, dengan jaminan
dari Allah bahwa kaum Israel akan dibebaskan (Kel 6:1-5). Lalu kisahnya
berlanjut dengan pertarungan antara Musa dengan imam-imam Mesir (Kel 7:11.22;
8:7.18) dan kemudian sepuluh tulah di
Mesir (Kej 7:14-12:30; Mzm 78:42-51; 105:28-36) yang memuncak dengan
peristiwa Paska.
Orang-orang
Ibrani tinggal di kawasan Pitom dan Raamses (Kel 1:11). Pitom terletak di Tell
el Ratabeh, dekat wadi Tumilat dan di sebelah selatan Raamses. Sedangkan
Raamses boleh jadi terletak di Qantir. Sesudah meninggalkan kedua kota ini,
orang-orang Israel menuju Sukot (Kel 12:37; mungkin kota Theku di Tell el
Mashkhuta, sebelah timur Pitom). Jarak dari Pitom-Raamses sekitar tiga puluh lima kilometer, walaupun banyak
orang menempuh jarak kurang dari itu bergantung pada titik keberangkatan
mereka.
C. Menyeberang
Laut
Dari Sukot
iring-iringan orang Israel terus bergerak ke Etam (Kel 13:20) dan kemudian ke
Pi-Hahirot di dekat laut (Kel 14:2). Dari tempat itu orang Israel yang terjepit
di antara laut dan pasukan Mesir yang mengejar diberi jalan pelarian menyibak
laut dengan mujizat dari Tuhan (Kel 14:21-31).
Para ahli sudah lama memperdebatkan laut
yang diseberangi ini. Dalam bahasa Ibrani, tempat ini disebut yam sup, artinya “Laut Teberau”. Kitab
Suci berbahasa Yunani Septuaginta mengartikannya Laut Merah, yaitu Teluk Suez, yang ada di antara Mesir bagian atas dengan
Jazirah Sinai. Ini konsisten dengan 1 Raj 9:26 yang menyatakan bahwa Salomo
menempatkan armada kapal dagangnya di yam
sup, yang merujuk pada Teluk Aqaba, suatu keluk Laut Merah yang kedua ke
daratan. Di sebelah timur pantai Jazirah Sinai. Yang menarik, ada sejumlah
varietas teberau (gelagah) air asin yang tumbuh terus di sepanjang tepian
Terusan Suez hingga hari ini.
Tempat lain yang mungkin bagi laut
penyeberangan ini meliputi sejumlah danau kecil yang berderet-deret di
perbatasan antara Mesir dan Sinai di zaman kuno. Sejauh yang ditunjukkan oleh
penelitian, Danau Pahit, Danau Timsa dan Danau El-Balla semuanya ditumbuhi
teberau air asin dan mungkin dulu lebih banyak airnya daripada sekarang.
D. Menuju
Sinai
Setelah
menyeberangi laut teberau, orang Israel menyanyikan lagu pujian kepada Tuhan
atas pembebasan mereka (Kel 15) dan segera menuju ke gurun Sur selama tiga hari
(Kel 15:22) dan akhirnya mencapai Elim (Kel 15:27). Dari sana, mereka
melanjutkan ke Gurun Sin. “Pada hari yang kelima belas bulan yang kedua, sejak
mereka keluar dari tanah Mesir” (Kel 16:1) mereka mencapai Sinai. Rute yang mereka tempuh melintasi Sinai terutama ditentukan
oleh geografi. Ada tiga rute yang tersedia. Rute bagian utara tidak mungkin
mereka lalui sebab di sana terdapat benteng-benteng Mesir. Rute di bagian
tengah Sinai juga tidak mungkin bagi mereka mengingat situasinya yang sangat
kering di dataran tengah. Maka yang tersisa hanyalah praktis rute sebelah
selatan, yaitu rute yang akhirnya membawa mereka ke Kades-barnea.
II. Waktu Terjadinya Keluaran
Para ahli
modern terbagi mengenai waktu terjadinya Keluaran. Sebagian mengikuti pembacaan
kronologi Kitab Suci secara kaku, menempatkannya pada abad kelimabelas SM. Yang
lain menggunakan penafsiran data arkeologis sebagai dasarnya, menempatkan
Keluaran pada abad ketigabelas SM. Persoalan itu tidak dapat diselesaikan dengan
mudah, karena Firaun yang keras kepala yang ditampilkan dalam Kitab Suci tidak
disebut namanya.
1. Keluaran
di Abad Kelimabelas. Penjangkaan masa Kitab Suci didasarkan pada 1 Raj 6:1
yang menunjukkan bahwa Salomo memulai pembangunan Bait Allah Yerusalem pada
tahun keempat pemerintahannya, sekitar 480 tahun sesudah keluaran dari Mesir.
Dihitung mundur dari tahun 966 SM ketika fondasi Bait Allah dibangun, kita
sampai pada terjadinya keluaran sekitar tahun 1446 SM. Waktu yang ditunjukkan
ini dikuatkan secara tidak langsung oleh Hak 11:26, ketika Yefta menyatakan
bahwa Israel telah menduduki negeri-negeri sebelah timur Sungai Yordan itu
sepenuhnya tiga ratus tahun – sesuatu yang mustahil jika Keluaran terjadi dalam
abad ketiga belas.
Berdasarkan
perhitungan ini, Firaun pada masa Eksodus tampaknya adalah Tutmoses III
(1479-1425 SM), atau mungkin Amenhotep II (sekitar 1427-1400 SM). Soal
kronologi Mesir sendiri juga masih diperdebatkan, maka sulit sekali dipastikan.
Bagaimanapun, para arkeolog telah menemukan banyak fasilitas penyimpanan di
sebelah timur Delta Nil, di tempat yang sama dengan kawasan kota-kota Pitom dan
Raamses yang disebutkan dalam Kel 1:11 yang berasal dari abad kelimabelas, dan
mungkin merupakan depot logistik militer untuk medan barat pada masa Tutmoses
III. Lempeng-lempeng yang bertuliskan nama Firaun ini ditemukan di salah satu
situs. Begitu pula makam Rekhmire, menteri Tutmoses III menunjukkan budak-budak
Semit dan Nubianlah yang membuat bata-bata di bawah supervisi para mandor
bersenjata untuk membangun kuil di Karnak (bdk Kel 5:6-21). Memang tak satupun
dari temuan ini yang membuktikan berasal dari abad kelima belas untuk
menunjukkan waktu Keluaran, tetapi bukti-bukti ini menunjukkan gambaran sejarah
yang konsisten dengan penjangkaan waktu di dalam Kitab Suci.
2.
Keluaran pada Abad Ketigabelas.
Para ahli
modern pada umumnya berpendapat peristiwa Keluaran terjadi kurang lebih dua
abad lebih kemudian daripada hasil tafsiran kronologi bacaan Kitab Suci secara
harfiah. Teks semacam 1 Raj 6:1 sering berbicara simbolis (misalnya 480 tahun =
12 generasi), dan catatan Kel 1:11 diartikan bahwa kota perbekalan Raamses dibangun
oleh salah seorang raja bangunan Mesir yang paling terkenal, Firaun Ramesses II
(sekitar 1279-1213 SM). Maka Ramesses II diidentikkan dengan Firaun yang
diceritakan dalam Kisah Keluaran.
Dari lapangan arkeologis dikatakan bahwa
Keluaran pada abad ketigabelas cocok dengan situasi di Palestina di sekitar
waktu itu. Misalnya, bebera arkeolog menyatakan bahwa kota Yerikho, yang tampil
utama dalam periode penaklukan Kanaan oleh orang Israel (Yos 6) belum dihuni
orang pada abad kelimabelas, tetapi sudah ada penduduknya pada abad
ketigabelas. Sayangnya erosi besar pada situs Yerikho kuno (Tell es-Sultan)
menjadikan sulit sekali merekonstruksi sejarah pendudukan di sana. Begitu pula
banyak kota penggalian di Palestina menunjukkan kerusakan lapisan-lapisan tanah
dari abad ketiga belas sebagai petunjuk bahwa terjadi konflik yang amat luas di
Kanaan pada masa itu. Ini dikatakan cocok sekali dengan gambaran penyerbuan
Israel dan penaklukan negeri itu pada abad ketiga belas.
Pada akhirnya, peristiwa Keluaran lebih
condong ditempatkan pada abad kelima belas SM. Kronologi Kitab Suci dengan
tegas mengarahkan ke sini, dan bukti arkeologis sama-sama bisa menopang kedua
aliran pendapat. Sesungguhnya, temuan arkeologi modern dapat ditafsirkan
berbeda oleh ahli yang berbeda, maka tampaknya tidak bijaksana untuk menjadikan
data seperti itu sebagai dasar primer bagi peninjauan ulang penjangkaan waktu
Kitab Suci.
III. Teologi Keluaran
Tema pokok
dari Keluaran dinyatakan oleh Tuhan kepada Musa: “Aku akan mengangkat kamu menjadi
umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, Tuhan,
Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir. Dan Aku akan
membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada
Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi
milikmu; Akulah Tuhan" (Kel 6:7-8)
Keluaran merupakan perluasan dari janji
kepada Abraham bahwa Israel akan diberi tanah Kanaan (Kel 3:8; 6:8). Peristiwa
itu merupakan alasan perayaan peringatan sebagai suatu kemenangan besar bagi
umat Israel berkat kuasa Tuhan (bdk Mzm 78:12-14; 106:8-10; 135:8-11). Namun
kenangan akan Keluaran lebih dari sekedar perayaan kejadian masa lalu; kenangan
itu merupakan pernyataan terus menerus karya Allah yang penuh kuasa bagi
umatNya. Melalui peringatan-peringatan hari raya yang dilaksanakan umat sebagai
kenangan akan karya keselamatan Tuhan, maka karya Tuhan itu diwujudnyatakan dan
dihadirkan kepada setiap generasi baru (KGK 1363).
Dalam kisah Keluaran, landasan dasar
Israel sebagai suatu bangsa dapat dilacak kembali, bukan pada penaklukan
Kanaan, melainkan pada campurtangan langsung yang dilakukan Tuhan di dalam
menolong umatNya. Rujukan-rujukan pada Keluaran sering dilakukan para nabi,
yang melihat harapan di dalam kuasa Tuhan yang menyelamatkan sekalipun mereka
berkeluh kesah mengenai ketidaksetiaan umat Yahudi (Yes 10:26; 51:10; 63:11;
Yer 31:32; Yeh 20:5; Mi 6:4). Pembebasan merupakan suatu tipologi bagi
keselamatan yang bakal datang (bdk Yes 41:18; 43:19; 48:21; 49:10).
IV. Keluaran Dalam Perjanjian Baru
Keluaran
merupakan pola yang menentukan sebagai dasar pengharapan Israel untuk
keselamatan dan pembebasan. Dengan Keluaran terdapat preseden historis bagi
kepercayaan pada kekuatan Yahweh yang menyelamatkan. Keluaran mendasari
antisipasi Yesaya atas kepulangan ke Yehuda setelah Pembuangan Babilonia (Yes
40-66), namun yang paling penting bahwa Keluaran menjadi penting bagi
Perjanjian Baru dan pembebasan yang dilaksanakan oleh Mesias. Dengan demikian
Keluaran merupakan tipologi penebusan Kristen. Penggenapan akhir dari rencana
keselamatan Tuhan ada pada Kristus, sehingga Paulus menulis: “Untuk menjadi
pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka
semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang
sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan
batu karang itu ialah Kristus” (1 Kor 10:2-4)
Pembebasan Israel dari Mesir merupakan
bayangan awal bagi pembebasan kita dari perbudakan dosa (Rm 6:6-7; bdk 1 Kor
10:1-2); pesta Paska Yahudi mengantisipasi Kristus, Anak Domba Allah, yang
datang membebaskan manusia dari kematian dan yang dagingNya menjadi santapan
dalam Ekaristi (1 Kor 5:7-8; 1 Ptr 1:18-19); Ekaristi juga dipandang seperti
manna pemberian Tuhan di padang gurun (Yoh 6:31-35; 1 Kor 10:1-4); akhirnya,
Kemah Pertemuan merupakan tipologi kemanusiaan Kristus, yang memilih tinggal di
antara umatNya melalui Inkarnasi (Yoh 1:14).
Baca Juga: MUSA
Kitab Keluaran
Kitab kedua
dari Perjanjian Lama dan kitab kedua dari Pentateuch atau kelima kitab Taurat
Musa. Judul dalam bahasa Ibrani dari Kitab Keluaran adalah we’lleh semot, yang berarti “dan inilah nama-nama” (Kel 1:1), yang
mengatakan ulang Kej 46:9: “”Inilah nama para
anak Israel yang datang ke Mesir bersama-sama dengan Yakub; mereka datang
dengan keluarga masing-masing”. Judul itu dengan demikian menunjukkan bahwa
buku ini merupakan kelanjutan kisah dari Kitab Kejadian, yang berakhir dengan
keberadaan keluarga Yakub menetap di Mesir. Kitab Suci berbahasa Yunani
Septuaginta menggunakan judul Exodos,
artinya, “berangkat” atau “titik tolak” menggambarkan isi karya tulis itu:
keberangkatan Israel keluar dari Mesir. Kitab Suci Vulgata berbahasa Latin
menggunakan judul itu juga: Liber Exodus,
Kitab Keluaran.
Kitab Keluaran ditandai oleh dua peristiwa
yang sangat penting di dalam sejarah panjang Perjanjian Lama – keberangkatan
orang Israel dari Mesir dipimpin oleh Musa, dan Perjanjian Sinai. Di dalam
Keluaran, riwayat para Bapa Bangsa diteruskan dalam pembentukan Israel sebagai
suatu bangsa melalui Perjanjian Sinai dan pembaruannya nanti setelah umat Allah
menyembah berhala.
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
II. Isi
III. Maksud dan Tema
A. Menunjukkan Kuasa Tuhan
B. Perjanjian Suatu Kerajaam Imam
C. Pembaruan Perjanjian
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
Menurut
tradisi, pengarang dari seluruhPentateuch atau kelima kitab Taurat Musa adalah
Musa. Para ahli modern sering lebih suka menganggap kitab Keluaran sebagai
kumpulan kisah dan tradisi hukum yang mula-mula disampaikan secara lisan dan
kemudin dalam bentuk catatan tertulis melalui sejarah panjang Israel (lihat Pentateuch untuk bahasan mengenai
hipotesis berbagai sumber), dan akhirnya menerima bentuk akhirnya jauh di masa
kemudian.
Di pihak lain pernyataan bahwa Musa
pengarang kitab ini tidak hanya didukung oleh tradisi Yahudi dan Kristen,
tetapi oleh kitab ini sendiri. Di dalam Perjanjian Baru, Yesus menggambarkan
Kitab Keluaran sebagai “kitab Musa” (Mrk 12:26). Naskah kitab Keluaran menunjukkan
sejumlah ciri yang mengingatkan kita pada kesusasteraan, kode hukum, dan
perjanjian dari kawasan Timur Dekat pada abad kelima belas SM, misalnya Kode
Hammurabi (bdk Kel 21-23). Uraian Kemah Pertemuan serupa dengan uraian tempat
suci Mesir dan dari kalangan Ugarit dari milenium kedua SM. Ciri-ciri ini
dengan kuat menunjukkan bahwa Keluaran ditulis sekurangnya mendekati zaman
Musa.
II. Isi
I. Keluaran dari Mesir (1:1-18:27)
A. Israel Diperbudak di Mesir (1:1-22)
B. Kelahiran dan Panggilan Musa (2:1-4:31)
C. Musa dan Harun Menuntut Kebebasan Israel
(5:1-7:13)
D. Sepuluh Tulah (7:14-11:10)
E. Penetapan Paskah (12:1-50)
F. Keluaran (12:51-15:27)
G. Perjalanan Menuju Sinai
II. Perjanjian (19:1-40:38)
A. Perjanjian Sinai (19:1-24:18)
B. Kemah Pertemuan dan Tabut Perjanjian
(25:1-31:18)
C. Pelanggaran Perjanjian (32:1-33:23)
D. Pembaruan Perjanjian (34:1-35)
E. Persiapan dan P|embuatan Kemah Suci
(35:1-40:33)
F. Yahweh Berdiam Di Kemah Suci (40:34-38)
III. Maksud dan Tema
Kitab Keluaran
melanjutkan kisah sesudah Kitab Kejadian berakhir. Kitab Kejadian dianggap
sebagai poros putaran Taurat karena peristiwa Perjanjian Sinai. Perjanjian
Sinai hanya mungkin karena campur tangan langsung oleh Tuhan dalam melaksanakan
pembebasan umatNya keluar dari Mesir. Untuk melaksanakan karya itu Tuhan
memilih Musa. Kitab ini didominasi oleh dua tokoh: Musa yang menjadi pengantara
Perjanjian, dan pemberi hukum kepada orang Israel; dan Tuhan Pencipta yang
mengasihi yang menganugerahkan perjanjian.
A. Menunjukkan Kuasa Tuhan
Keluaran dari
Mesir (Kel 1:1-18:27) memulai gambaran keadaan keturunan Yakub yang menetap di
Mesir (bdk Kej 37:2--50:26) dan diperbudak. Setia kepada janji yang diberikan
kepada Abraham Tuhan membangkitkan seorang tokoh yang luar biasa, Musa. Tuhan
mengungkapkan diri kepada Musa dan menyatakan namaNya adalah Yahweh, Allah para
Bapa Bangsa (Kel 3:13-15). Musa diutus tetapi menerima ia perutusan itu dengan
enggan; namun ternyata bahwa ia cocok untuk tugas besar yang diberikan
kepadanya: ia menantang Firaun dan akhirnya berhasil membebaskan Israel.
Kemenangan itu didapat melalui Allah yang menunjukkan kuasanya, bukan hanya
melampaui dewa-dewa palsu dari Mesir, tetapi juga berkuasa atas segala tata
ciptaan, sebagaimana diwujudkan dalam berbagai tulah bencana yang menimpa
Mesir. Puncak dari bagian pertama kitab ini adalah Paskah (Kel 12:1-27).
Setelah memenangkan kebebasan bagi umat
Israel, Musa memimpin bangsa itu keluar dari Mesir ke kaki Gunung Sinai
melintasi gurun pasir (Kel 13:17—18:27). Perjalanan itu luar biasa, ditandai
lagi oleh campur tangan Tuhan ketika membelah air Laut Merah dan menghancurkan
tentara Firaun (Kel 14:1-29).
B. Perjanjian Suatu Kerajaan Imam
Bagian kedua
dari kitab (Kel 19:1-40:38) berkaitan dengan perjanjian (bab 19 -24),
penjabaran ketentuan-ketentuannya menjadi Hukum Sinai diawali dengan Sepuluh
Perintah Allah dan suatu kode hukum sosial dan etika agama (Bab 20-23).
Maksud dari kitab Keluaran dan perjanjian
dinyatakan Yahweh kepada Musa: “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan
firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta
kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya
seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.
Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." (Kel
19:5-6). Israel ditampilkan oleh Bapanya sebagai putera yang sulung (Kel 4:2)
dari antara segala bangsa di dunia, memenuhi peran raja-imami sebagai saudara
tertua bagi bangsa-bangsa lainnya. |Hukum yang menjabarkan perjanjian
dimaksudkan untuk mengubah konfederasi yang longgar di antara suku-suku menjadi
bangsa keluarga Tuhan. Perjanjian dimeterai dengan meriah di antara Tuhan,
Musa, Harun, Nadab, Abihu dan tujuh puluh penatua Israel dengan makan bersama
di atas gunung (Kel 24:10).
C. Pembaruan Perjanjian
Perjanjian
segera dilanggar dengan penyembahan berhala anak lembu emas. Pembaruan
perjanjian meliputi bagian selanjutnya dari kitab (Kel 33-40). Melalui Musa,
Perjanjian Sinai diperbarui, tetapi hukum Sinai diperluas. Maka penjabaran dan
promulgasi hukum merupakan bagian terakhir dari kitab Keluaran, terutama
sebagain besar hukum yang menyangkut pembuatan dan pengangkutan tempat suci
yang dapat dipindah-pindahkan, Kemah Pertemuan. Di sinilah Tuhan tinggal di tengah-tengah
umatNya, walaupun Ia tersembunyi dari mereka (bab 25—31, 35—40). Bagian Hukum
terus berlanjut hingga seluruh Kitab Imamat dan sepuluh bab pertama kitab
Bilangan.
Musa berperan sebagai pengantara
perjanjian, dan sesudah insiden anak lembu emas sifat pengantaraannya berubah
menjadi seperti Kristus. Suku Lewi kemudian menerima tugas keimaman yang telah
dikhianati seluruh Israel, menggantikan peran anak-anak sulung dari setiap
suku. Dari saat itu selanjutnya, suku Lewi mempersembahkan kurban hewan di
dalam Kemah Kudus atas nama Israel.
Di sepanjang kisah, Israel menjumpai Tuhan
yang telah membuktikan bahwa semua ilah lain tidak berdaya, Tuhan yang memilih
keturunan Abraham dan Yakub untuk maksud ilahi dan memanggil mereka menjadi
bangsa imam-imam. Tuhan telah menguduskan Israel sebagai putera sulungNya dan
telah menyatakan diriNya dan rencana ilahiNya serta kemuliaanNya (bdk Kel 3:14;
19:18; 33:18-23), kerahiman dan kasih serta kesetiaanNya (Kel 3:16-17; 6:3-8;
34:5-9).