Kitab Imamat
Kitab ketiga dari Pentateukh, kelima
kitab Taurat Musa. Berisi hukum mengenai korban, ketahiran yang sah, kekudusan,
pendamaian, tebusan korban, dan lain-lain. Hukum dalam kitab Imamat memberikan
arahan untuk semua aspek kepatuhan agama dan aturan perilaku terhadap Tuhan dan
sesama satu sama lain.
Judul
Ibrani kitab Imamat adalah wayyiqra’ (“Ia memanggil”), yang berasal dari
kata-kata pertama kitab itu dalam bahasa Ibrani. Dalam versi Yunani Septuaginta
disebut Leuitikon yang berarti ”sehubungan atau mengenai orang-orang
Lewi”, suatu judul yang menggambarkan kegunaan kitab bagi para imam Lewi untuk
mengajarkan persyaratan perjanjian. Versi Latin Vulgata menggunakan judul
Yunani dan menyebutnya Liber Leviticus, dan terjemahan Inggris berasal
dari tradisi ini. Di dalam tradisi para rabi, kitab ini diberi judul torat
kohanim (“hukum para imam”), karena banyak darinya menjabarkan
tanggungjawab para imam sebagai pengantara perjanjian Musa. [Terjemahan
Indonesia yang menggunakan judul Imamat kiranya dipengaruhi pemahaman
tradisi para rabi ini, sekalipun juga menunjukkan pemahaman judul Yunani dan
Latin, sehubungan dengan fungsi utama orang Lewi sebagai imam-imam Israel].
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
II. Isi
III. Maksud dan Tema
A. Pembaruan Perjanjian
B. Tujuan Peraturan
C. Kitab Imamat bagi Umat Kristen
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
Kitab Imamat menyatakan kepada kita
bahwa isinya didiktekan kepada Musa dan saudaranya, Harun, di Gunung Sinai (bdk
Im 1:1.; 4:1; 7:37; 10:8; 11:1; 26:46; 27:34; 34:27). Baik tradisi Yahudi
maupun Kristen menganggap Musa sebagai pengarang kitab ini, bersama dengan
seluruh kitab dalam Pentateukh (Taurat). Jika ini benar, maka artinya Musa
menulis kitab ini sendiri (bdk Kel 17:14; 24:4; 34:27) atau mempercayakan
penyusunannya kepada para juru tulis. Dan jika Musa adalah si pengarang, maka
kitab ini berasal dari abad kelima belas SM (atau abad ketiga belas SM,
bergantung mengenai kepastian waktu peristiwa Keluaran).
Menurut
Hipotesis Dokumenter modern, kitab Imamat berasal
dari tradisi imam atau Priestly (atau sumber-P). Bentuknya yang sekarang
berlaku berasal dari suatu ketika pada masa dan sesudah Pembuangan Babilon pada
abad keenam SM. Ahli modern lainnya menyatakan bahwa kitab ini merupakan hasil
dari proses pengembangan yang sangat lama, dan bahwa tradisinya terentang mulai
dari permulaan milenium pertama SM atau bahkan dari milenium kedua SM.
II. Isi
I. Norma Imamat (bab 1-16)
A. Korban (1:1-7:38)
1. Korban Bakaran (1:1-17)
2. Persembahan Tepung (2:1-16)
3. Korban Keselamatan (3:1-17)
4. Korban Penebus Dosa (4:1-5:13)
5. Korban Penebus Salah
(5:14-6:7)
6. Petunjuk Pelaksanaan
(6:8-7:38)
B.Ritus Pentahbisan dan Imamat Harun
(8:1-10:20)
II. Hukum Ketahiran (11:1-16:34)
A. Binatang yang haram dan yang
tidak haram (11:1-47)
B. Pentahiran Wanita Pasca
Persalinan (12:1-8)
C. Kusta dan Penyakit Kulit (13:1-14:57)
D.Yang Dikeluarkan Tubuh
(15:1-33)
E. Hari Pendamaian (16:1-34)
III. Hukum Kekudusan (bab 17-27)
A. Darah (17:1-16)
B. Hubungan Seksual (18:1-30|)
C. Kekudusan Ritual dan Moral
(19:1-21:24)
D. Korban Kudus (22:1-33)
E. Perayaan-perayaan (23:1-44)
F. Aturan Kemah Pertemuan dan
Hujat (24:1-3)
G. Tahun Dabat dan Tahun Yobel
(25:1-55)
H. Berkat dan Kutuk Perjanjian
(26:1-46)
I. Tambahan Mengenai Penunaian
Nadar (27:1-34).
III. Maksud dan Tema
A. Pembaruan Perjanjian
Kitab Imamat terutama merupakan
kumpulan peraturan hukum yang terbagi dalam dua bagian besar, bagian Norma
untuk Imam (bab 1-16) dan Hukum Kekudusan (bab 17-27) .
Insiden
berhala anak lembu emas dan kekejian Israel merupakan pelanggaran serius atas
perjanjian dan diperlukan suatu pembaruan lengkap (Kel 34). Pembaruan
perjanjian itu menempatkan Musa sebagai perantara dan memerinci tanggungjawab
imam-imam dari Harun (Im 1-7), suku Lewi (Bil 3-4) dan suku-suku awam (Im
17-27). Dalam perjanjian yang diperbarui, Tuhan tidak berbicara langsung kepada
Israel, melainkan kepada Musa (Kel 34:10) dan Musa menyampaikannya kepada Harun
dan suku Lewi, dan kemudian mereka menyampaikannya kepada suku-suku Israel (Im
10:11). Kehadiran Allah di Israel tersembunyi di dalam Kemah Pertemuan (Kemah
Allah) sebagai tanda pembaruan perjanjian, dan para imam dan orang-orang Lewi
bertindak selaku pengantara dan pengawal daerah sekeliling Kemah Pertemuan,
berdasarkan petunjuk-petunjuk yang telah dipaparkan dalam kitab Imamat. Kitab
menguraikan berbagai hal mengenai ritus korban dan ritus pentahiran serta
hirarki imam yang memungkinkan rakyat pemberontak itu melakukan pendamaian
dengan Tuhan.
B. Tujuan Peraturan
Bagian pertama dari kitab Imamat,
yaitu Norma untuk Imam (bab 1-16) berfungsi sebagai buku pedoman untuk mengajar
dan membina para perantara perjanjian bagi pelaksanakan tugas kewajiban
keimaman mereka. Di pihak lain kode Hukum Kekudusan (bab 17-26) terutama
ditujukan kepada keduabelas suku Israel dan menekankan bahwa kekudusan mutlak
perlu bagi umat Allah seluruhnya.
Seluruh kitab Imamat dapat diringkas
sebagai berikut:
"Berbicaralah
kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Akulah Tuhan, Allahmu. Janganlah
kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam
dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan,
ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka. Kamu
harus lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup
menurut semuanya itu; Akulah Tuhan, Allahmu. Sesungguhnya kamu harus berpegang
pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup
karenanya; Akulah Tuhan” (Im 18:2-5).
Tuhan terpisah dari segala dosa dan
dari semua pendosa, maka Israel pun harus memisahkan dari dosa dan pendosa pula
(Im 15:31; 20:26). Karena mereka tidak dapat memelihara perjanjian yang asli
dan yang jauh lebih sederhana (Kel 20-23), maka hidup mereka perlu diatur
secara rinci.
C. Kitab Imamat bagi Umat Kristen
Umat Kristen yang hidup dalam era
Mesias menganggap semua pranata dan kurban menurut kitab Imamat sudah
dilaksanakan sepenuhnya dalam Yesus Kristus. Khususnya dengan memperhatikan
Hari Raya Pendamaian (Im 16), yang menubuatkan korban Salib Kristus. Serentak
dengan itu, kitab Imamat menunjuk pada
pengudusan hidup sehari-hari melalui panggilan menuju kasih yang
sempurna “kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri” (Im 19:18). Kitab Imamat
dengan pelbagai ragam keterangan mengenai hewan korban mengingatkan kita pada
perlunya kita mematikan dorongan-dorongan kebinatangan yang ada di dalam diri
kita dan menguduskan hidup kita bagi Tuhan. Dengan demikian kita didesak untuk
melawan dosa yang ada dalam diri kita sendiri dan dalam komunitas iman kita dan
memisahkan diri kita dari semua yang dapat merenggut dan menghancurkan kita
dari hubungan kita yang benar dengan Allah.